Berulangkali, entah lewat bahasa verbal maupun nonverbal kudengar dan kulihat ketidaksukaannya melihatku duduk menatap layar. Entah itu laptop, atau hp. Aku paham, meski biasanya saat disindir, aku lebih suka menghindar dan masuk ke kamar. Tapi sebenarnya aku paham. Karena aku sama.. tidak suka juga melihat anak-anak kecil yang terpaku di depan layar, entah layar hp, layar tv maupun layar komputer. Lebih menyenangkan melihat mereka bergerak dan bermain. Atau membaca buku membolak balik halaman, atau melakukan hal lain selain menatap layar.
Saat melihatmu duduk menatap layar, aku tidak tahu persis apa yang kamu lakukan. Apakah kamu sedang berselancar scrolling sosmed, penasaran pada sepotong kotak kehidupan orang lain. Apakah kamu sedang membaca e-book, mencerna informasi di setiap pixel. Aapakah kamu sedang bermain game, atau menonton film. Atau mungkin sedang menulis, mengerjakan tugas. Ketidaktahuan itu yang membuatku tidak suka. Terkadang prasangka hadir saja, seolah saat kamu menatap layar, waktu terbuang sia-sia. Kalau dulu ada istilah berpangku tangan karena tidak melakukan apa-apa. Kini justru menatap layar, rawan menjadi aktivitas yang tidak produktif dan menyita waktu.
Sesekali saat aku disindir, ditegur,... aku terluka. Seolah ingin menjelaskan padanya, bahwa aku tidak selalu menatap layar menyia-nyiakan waktu mudaku. Rasanya ingin menjawal dan memberitahu, bahwa banyak aktivitas produktif yang kulakukan meski aku hanya tampak menatap layar saja. Tapi sebagian diriku tahu... aku tidak berhak sok terluka. Karena aku paham, mengapa ia menyikapiku begitu setiap aku terlihat begitu lama berdiam memandangi layar. Toh ada benarnya, bahwa ada begitu banyak distraksi dan bisa jadi memang 80% aku menatap layar aku tidak produktif.
***
Aku bukan generasi milineal, yang sudah mengenal dan familiar dengan layar sejak balita. Aku baru mengenalnya saat duduk di bangku menengah pertama. Jujur, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nanti aku harus bersikap jika aku berulangkali melihat anak-anak yang lebih muda dariku duduk menatap layar. Mungkin aku juga akan tidak suka, dan mengekspresikannya baik dalam bahasa verbal maupun non verbal.
Aku bukan generasi milineal, yang sudah terbiasa menatap layar lama-lama sejak masih balita. Aku yang sudah jauh lebih tua, dan seharusnya bisa paham kapan harus meletakkannya dan kapan harus menggunakannya saja... masih sering lalai, dan terdistraksi. Layar itu.. seolah terus menarikku untuk menatapnya. Kelengkapan fungsi yang dimilikinya seolah menawarkan efektivitas dan efisiensi. Tanpa sadar aku memandanginya terlalu lama, mencicipi sisi gelapnya.
Bagaimana dengan anak-anak yang lebih muda dariku. Pasti mereka lebih kesulitan lagi menghadapi distraksi layar ini. Harus ada yang mengajak mereka bergerak dan meninggalkan layar. Harus ada yang mengingatkan mereka, seperti aku butuh diingatkan.
***
Melihatmu duduk menatap layar...
Melihatku duduk menatap layar....
Melihatnya duduk menatap layar...
Lalu tulisan ini hadir, mencoba merajut ide. Tentang interaksi kita dengan layar. Entah itu hp, tv atau komputer.
Semoga Allah menolong kita, agar kita tidak menjadi lalai karena terlalu lama menatap layar. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya