Follow Me

Saturday, January 5, 2013

Ibu di Sudut Tenggara ITB


[ Bantuan Untuk Ibu Irah ]

Selamat malam teman-teman semua, ada satu hal yang ingin saya sampaikan tentang kondisi seorang ibu yang setiap hari berada di dekat parkiran SR, jalan kecil tempat keluar masuknya orang yang setiap hari ditemani kucing.


Namanya, Ibu Irah berasal dari Cilacap dan telah dua kali keluar dari Panti Jompo (tempat Pantinya tidak tahu yang mana). Hari ini Ibu Irah kondisinya sangat memprihatinkan, sudah lama tidak buang air besar sehingga baunya kurang sedap dan sakit-sakitan. Kemarin Ibu Irah jatuh dan ditolong oleh penjual sekitar. Tadi Maundri (Kadiv PM KM), Anjar, kang Ma'mun (Kampus Penduli) membawa Ibu Irah ke Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan Ambulan Salman dibantu pedagang sekitar dan karyawan parkir ISS. Tadi siang sebelum jumatan langsung dimasukkan ke IGD RSHS dan menurut pemeriksaan kasat mata ada kemungkinan terkena penyakit Bronkitis dan infeksi saluran pencernaan serta pembengkakan di kakinya. Sekarang sedang dirawat di RSHS dan dibantu jaga oleh social worker RSHS.

Sangat diharapkan bantuan dan partisipasi dari teman-teman. Untuk biaya di RSHS kemungkinan gratis karena sudah dibantu seorang dokter di RSHS namun masalahnya adalah biaya pengobatan dan untuk rencana ke depannya. Saat ini pedagang di sekitar parkir SR sedang mencoba mencari nomor kontak keluarga Ibu Irah yang bisa dihubungi. Teman-teman Kampus Peduli serta PM KM sedang berusaha untuk mencari alternatif Panti Jompo, mungkin kalau teman-teman ada yang memiliki saran atau alternatif lain bisa langsung hubungi saya ke 087822758462 (Dedy) atau langsung ke 085716433977 (Maundri).

Juga kalau ada yang ingin menyumbang dana dapat dikirmkan ke nomor rekening 0255258347 bni atas nama nur chamidah (bendahara KM-ITB). Dana yang terkumpul akan dipakai untuk biaya obat dan perawatan di Panti Jompo untuk sementara waktu.
Atas perhatian teman-teman semua, terima kasih ya 

-- 

Dedy Prasetiady
13510102
Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat
Himpunan Mahasiswa Informatika
Institut Teknologi Bandung
***

Bismillah...

Aku tercenung membaca baris demi baris di atas. Menyelesaikannya sampai kata Bandung, kemudian kembali ke awal tulisan.

seorang ibu yang setiap hari berada di dekat parkiran SR, jalan kecil tempat keluar masuknya orang yang setiap hari ditemani kucing.

It feels like. I can't even describe it. So sorry :( Cause I don't write about you, like i was planning to :(
Semoga masih belum terlambat.

***

2012.

Aku tidak tahu tepatnya kapan. Tapi aku sudah lama tertarik dengan Ibu itu. Ibu itu, aku tak pernah tahu namanya. Yang aku tahu, ia selalu berada di sana. Kali ini aku melihatnya sedang dikerumuni beberapa kucing. Ditangannya ada sebuah ikan, perlahan ia memisahkan kepala dan badan ikan. Kucing-kucing di sekitarnya, seolah tak sabar menanti bagiannya.


Aku melewati Ibu itu dengan perasaan takjub. Jujur, ada perasaaan kagum, ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutujukan padanya. Tapi seperti biasa, aku hanya tersenyum tipis dan berlalu.


Ibu itu, duduk di pintu jalan setapak di sebelah paling timur ITB, Institut yang katanya berisi putra-putri terbaik bangsa. Tubuhnya gempal, rambutnya beruban, pakaian seadanya layaknya seorang pengemis. Tapi tidak! Sungguh ia bukan pengemis! Tak pernah sekalipun aku melihatnya mengemis, tak juga aku melihat gelas plastik yang selalu di bawa para pengemis. Tidak, aku yakin sekali ia bukan pengemis.


Ibu itu, aku tidak tahu berapa usianya. Aku tak tahu mengapa ia begitu baik kepada kucing. Mungkinkah ia tahu, bahwa orang yang menyiksa kucing bisa masuk neraka, sehingga menyayangi kucing mungkin saja bisa membawanya masuk surga? Seperti Abu Hurairah yang sangat menyayangi kucing sehingga ia disebut Bapaknya Kucing?

Aku tak tahu mengapa ia tidak mengemis seperti kebanyakan orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Aku tidak tahu. Tidak tahu apa pun tentang ia. Tapi aku tak pernah bisa menyangkal rasa ingin tahuku. Hingga setiap kali lewat, aku sengaja memperlambat langkahku. Memperhatikan sebentar, kemudian berlalu dengan senyum tipis.

Sayangnya, pertanyaan demi pertanyaan ini... tak pernah mampu membuatku berani untuk sekedar bertindak lebih dari itu. Untuk sekedar bertanya, untuk sekedar.... ah! Aku tak pelak sama saja seperti yang lain. Yang hanya bisa lalu lalang di hadapannya. Sibuk dengan dunianya sendiri. Tutup mata, tutup telinga. Seolah dunia ini, hanya perihal aku dan kuliahku di ITB. Sehingga tak pernah terpikir untuk bertanya perihal Ibu itu, cuek, acuh, tak peduli. :'(

I'm not blaming them. No I'm not. I'm blaming myself :(


***


Dan tanyaku saat itu terjawab sudah, dan sesal ini? Tak berarti apapun.

"Bolehkah aku meminta maaf? Maaf, karena tak segera menulis tentang mu. Maaf, karena hanya bisa menjadi bagian dari mereka yang lalu lalang. Maaf, karena hanya bisa menjadi bagian dari mereka yang sibuk dengan dunianya."


Wallahua'alam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya