Bismillah.
Mungkin suatu saat kamu tersinggung, dan merasa mengkerdil karena dari lisan mereka kamu dibanding-bandingkan dengan orang lain. Entah itu persamaan atau perbedaan. Mungkin suatu saat kamu tersinggung dan merasa menciut karena perbandingan yang mereka tulis dari jemari mereka.
Jika yang membandingkanmu dengan orang lain adalah orang asing, maka dampaknya mungkin tidak signifikan. Seperti beberapa komentar orang asing, masuk lewat telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Atau dampaknya tidak signifikan, meski yang melakukan perbandingan adalah orang terdekat dan kamu percaya, karena topik yang dibandingkan bukan hal yan sensitif untukmu. Setiap orang berbeda, ada yang merasa tersinggung dibandingkan masalah fisik, atau yang tersinggung dibandingkan masalah kecerdasan, ada yang merasa tersinggung dibandingkan masalah kedewasaan, kemampuan, skill, ibadah dan lain-lain. Dampaknya juga mungkin akan signifikan, terutama.. jika yang mereka bandingkan denganmu, bukan orang lain, tapi dirimu, ya dirimu yang dulu, yang terlihat begitu baik, dan dirimu sekarang, yang seolah jatuh dan tampak begitu buruk, kotor karena terlalu lama berkubang dalam dosa.
Saat itu... rasanya tidak nyaman. Ingin marah, ingin balik menyerang, snap back at them. Tapi kau menahannya, entah karena tidak bisa berkomunikasi, atau karena ingin belajar bersabar. Saat itu, perlahan kamu mencoba menenangkan gejolak perasaan negatif setelah menjadi objek yang dibanding-bandingkan. Saat itu.. perlahan kamu mulai membuat teori, hikmah, apalah namanya. Mungkin excuse.
***
Pada dasarnya mereka manusia biasa. Entah itu orang asing, atau orang terdekat, bahkan orang tua kita. Seperti dirimu yang manusia, yang sering tanpa sadar membanding-bandingkan sosok A dan sosok B, bangunan Y dan Z, kota 1 dan kota 2. Karena manusia belajar melalui perbandingan (comparison). Saat kita mengenal angka, angka satu yang menyerupai tugu, angka dua yang menyerupai bebek. Seperti itu, lewat perbandingan perbandingan, lewat comparison. Seperti saat kita mengenal bentuk dasar, yang membedakan segitiga dengan segi empat adalah jumlah sudutnya, yang membedakan bentuk layang layang dan belah ketupat adalah besar sudutnya. Seperti itu. Kita juga mulai belajar mengenal si kembar, siapa yang Ama dan siapa yang Ana dari perbedaan tulang pipinya, dan letak tahi lalat di wajahnya, atau dengan senyum ber-behel atau tidak. Hehe. *izin digunakan sebagai contoh ya Ma, Na.. *Miss you two.. twins Pribadi^^
Jika yang membandingkanmu dengan orang lain adalah orang asing, maka dampaknya mungkin tidak signifikan. Seperti beberapa komentar orang asing, masuk lewat telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Atau dampaknya tidak signifikan, meski yang melakukan perbandingan adalah orang terdekat dan kamu percaya, karena topik yang dibandingkan bukan hal yan sensitif untukmu. Setiap orang berbeda, ada yang merasa tersinggung dibandingkan masalah fisik, atau yang tersinggung dibandingkan masalah kecerdasan, ada yang merasa tersinggung dibandingkan masalah kedewasaan, kemampuan, skill, ibadah dan lain-lain. Dampaknya juga mungkin akan signifikan, terutama.. jika yang mereka bandingkan denganmu, bukan orang lain, tapi dirimu, ya dirimu yang dulu, yang terlihat begitu baik, dan dirimu sekarang, yang seolah jatuh dan tampak begitu buruk, kotor karena terlalu lama berkubang dalam dosa.
Saat itu... rasanya tidak nyaman. Ingin marah, ingin balik menyerang, snap back at them. Tapi kau menahannya, entah karena tidak bisa berkomunikasi, atau karena ingin belajar bersabar. Saat itu, perlahan kamu mencoba menenangkan gejolak perasaan negatif setelah menjadi objek yang dibanding-bandingkan. Saat itu.. perlahan kamu mulai membuat teori, hikmah, apalah namanya. Mungkin excuse.
***
Manusia Belajar Melalui Perbandingan
different color pastels |
Pada dasarnya mereka manusia biasa. Entah itu orang asing, atau orang terdekat, bahkan orang tua kita. Seperti dirimu yang manusia, yang sering tanpa sadar membanding-bandingkan sosok A dan sosok B, bangunan Y dan Z, kota 1 dan kota 2. Karena manusia belajar melalui perbandingan (comparison). Saat kita mengenal angka, angka satu yang menyerupai tugu, angka dua yang menyerupai bebek. Seperti itu, lewat perbandingan perbandingan, lewat comparison. Seperti saat kita mengenal bentuk dasar, yang membedakan segitiga dengan segi empat adalah jumlah sudutnya, yang membedakan bentuk layang layang dan belah ketupat adalah besar sudutnya. Seperti itu. Kita juga mulai belajar mengenal si kembar, siapa yang Ama dan siapa yang Ana dari perbedaan tulang pipinya, dan letak tahi lalat di wajahnya, atau dengan senyum ber-behel atau tidak. Hehe. *izin digunakan sebagai contoh ya Ma, Na.. *Miss you two.. twins Pribadi^^
Allah Tidak Membandingkan
Ini salah satu excuse, hikmah, atau apa sebutannya saat aku mulai merasa sedih dan kecewa pada manusia, dan juga pada diri sendiri yang merupakan salah satu manusia. Aku menengok dan mencoba mengenal Allah. Bagaimana Allah? Allah tidak membandingkan. And that's all matter. Berbeda dengan manusia, Maha Suci Allah, Allah tidak akan pernah sama dengan makhluknya. Saat manusia melakukan perbandingan, bahkan antara dirimu yang dulu dan dirimu yang sekarang. Allah tidak. Allah melihatmu satu, tanpa membandingkan. Allah melihat diri kita yang sekarang, jatuh kita, bahkan diri kita yang hina dan penuh noda, Allah bisa menerima, asalkan kita mau bertaubat, lalu bersihlah kita, berwarnalah kita dengan celupan Rahmah Allah.
Itu teorinya, itu rumusnya bagiku. Saat dunia terasa sesak, dan kita luangkan waktu untuk memikirkan dan mencoba mengenali Allah. Somehow, someway, thinking about it calms my heart. And that's enough.
Seperti saat semua orang tidak mengerti diriku, dan bahkan aku sendiri tidak mengerti diriku, mengetahui dan yakin kalau "Allah knows", itu cukup. 'Know' di sini maknanya bukan cuma tahu, tapi juga mengerti, paham, dan juga menyediakan tempat untuk kita mengadu dan bersandar. Itu cukup (':
Atau seperti semua orang berpaling dari diriku, menutup pintu di depan hidungku, atau mungkin masih membuka pintunya, namun itu karena mereka tidak tahu betapa buruk dan hina hatiku. Mengetahui dan yakin kalau Allah tidak pernah menutup pintu Rahmatnya menjadi hiburan, dan penenang yang jauh dari cukup. Allah knows, all of worst side of me yet He still let the oxygen into my lungs. Yet He still pour the rain to let my smile bloom in my bad day. Seperti itu. Cukup. Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
***
Untuk siapapun, yang pernah, dan akan sering terluka telinga, mata dan hatinya karena perbandingan yang manusia lakukan. Semoga setiap kali dirimu terluka, luka itu membuatmu berlari mendekat padaNya, karena hanya dengan itu setiap luka akan sembuh. Semoga Allah menguatkan hati yang lemah, dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik, lebih dekat dan mendekat terus menuju kepadaNya. Aamiin.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya