#SensiMe
Maksud diri ingin membatalkan 'claps', hasilnya? Justru mengkalilipat-kannya.
***
Semoga yang nulis itu ga baca blog ini.
Ia menulis, "Entahlah, aku hanya ingin melakukan sebuah mimpi sederhana. Membuat orang lain bahagia, membuat mereka juga ingin berbuat demikian untuk orang lain. (KLISE, ngawang, tidak jelas, tapi hanya ini, beneran hanya ini)"
Tulisannya memang bagus, jadi aku kasih clap satu kali. Namun, mungkin karena sudah malam, otak sensiku aktif.
Kataku dalam pikiran, "Klise? Bukan. Justru membahagiakan orang lain itu hal yang susah, bahkan bisa jadi tidak mungkin". Padahal ya, kalau saya mau teliti, toh ia tidak menulis, membahagiakan semua orang. She just wrote, she wants to make someone else happy. Hal yang mulia. Aku saja, yang malam ini terlalu sensi.
***
Jangankan membuat orang lain bahagia, membuat diri sendiri bahagia juga bukan hal yang mudah loh. Misalkan aja nih.. cita-citanya adalah membuat orangtua bahagia, itu bukan perkara mudah loh. Akan ada masa kita saya membuat orang tua marah, atau kecewa. Membuat orang tua bahagia itu bukan hal yang mudah, tidak sesederhana itu.
She said, mimpi sederhana, membuat orang lain bahagia. It's not simple, rather it's complicated. Untuk tahu orang sudah bahagia tidak semudah, yang penting ia sudah menaikkan kedua ujung bibirnya. Kalau sebuah senyum saja cukup, mungkin memang sederhana. Kita bisa ngelawak, kita bisa ngasih senyum, yang efeknya mungkin orang lain jadi balas senyum kita, atau melakukan hal-hal kecil yang membuat mereka tersenyum. Tapi bahagia, bukan sekedar apa yang tampak diwajah kan?
Banyak yang tersenyum, namun sebenarnya sedang gelisah dan tidak bahagia. Banyak yang menangis, tapi justru tangisannya adalah bentuk pengekspresian kebahagiaannya. Jika standar yang dikejar adalah kebahagiaan orang lain, maka itu bukan hal klise, itu hal yang super sulit, bahkan bisa jadi tidak mungkin. We can't really make people happy. Kita cuma bisa berusaha, hasilnya, mereka bahagia atau tidak, itu ada di hati mereka, sesuatu yang invisible. Terkadang mungkin memang terpancar dari matanya, dari senyumnya, dari nada suaranya, namun kita tidak pernah bisa tahu.
***
Karena ini tulisan SensiMe. Saya minta maaf. Ia yang menulis itu, mimpinya indah. Cita-citanya mulia. Karena sebuah senyum bagi saudara muslim adalah sedekah. Maka saat ia membuat saudara muslim bahagia, tentu ada pahalanya juga.
Mimpinya untuk membuat orang lain bahagia, bukan berarti yang ia kejar adalah kebahagiaan orang lain. Karena jika manusia tujuannya, pasti yang terjadi adalah kecewa, dan ga mungkin. Kita ingin buat orang lain bahagia, tapi karena fokusnya, center-nya manusia, hasilnya, hidup kita yang tidak bahagia. Beda, kalau yang ia maksud di sana, adalah cara/media. Cita dan mimpinya adalah meraih ridho Allah, cara/jalannya adalah dengan membuat orang lain bahagia. Karena menyingkirkan sebuah duri ditengah jalan saja berpahala, apalagi membuat orang lain bahagia. In syaa Allah berpahala kalau niatnya karena Allah.
Iya, saya minta maaf. Saya yang salah.
Yang ia maksud memang seperti itu. Definisi cita-cita yang seperti itu. Seperti seseorang yang bercita-cita menjadi dokter, sebagai perannya, menjadi khalifah di bumi, dengan niat menjalankan tugas yang dititahkan Allah pada manusia, dengan niat, sebagai bentuk penghambaannya pada Allah. Seperti itu.
***
Sekali lagi maaf, karena dibawakan pakai Sensi. Sudah malam, mengantuk, tapi belum bisa tidur. Mungkin itu alasannya, atau excuse, atau pengen curhat saja.
Mungkin akan balik ke draft lagi. Tapi malam ini, izinkan kupublish sampai waktu tertentu.
Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya