Follow Me

Tuesday, January 9, 2018

Selapis Kulit Bawang Terbuka

Bismillah.

#curhatsemua

*warning* I wish you don't read this.

***

Sejujurnya aku sudah curiga sejak pertama bertemu dengannya. Pertemuan singkat yang diakhiri bertukar kontak itu, memang terkesan tiba-tiba. Membuatku bertanya-tanya, skenario apa ini? Hikmah apa yang Allah titipkan bersama ini?

Saat itu aku duduk, menunggu seorang teman membawakan matras dan sleeping bag. Kupesan sepiring makanan, supaya tidak merasa asing di tempat yang ramai tersebut. Jumat sore, tapi banyak yang menyempatkan lari di sana, ada juga yang sekedar duduk dan memesan makan.

Seorang perempuan duduk di hadapanku, menegak air putih di botol bermerk nasional. Kondisi hatiku saat itu sedikit baik, aku tersenyum tipis padanya, kemudian melanjutkan memakan pesananku. Lalu ia menyapaku. Aku lupa, kata tanya apa yang ia lemparkan. Mungkin tentang angkatan dan jurusan. Aku bertanya balik, ia orang jakarta, kuliah di Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan. Kami bertukar tanya, bertukar nama, sampai akhirnya bertukar id line. Lemon. Begitu aku menamainya, di tulisanku sebelumnya.

Di tulisan sebelumnya, aku ragu komunikasi dengannya akan bisa terjalin. Aku tahu kelemahanku, tidak pintar memulai percakapan. Tapi Lemon, seseorang yang unik. Ia selalu memulai chat terlebih dahulu, kemudian membawa topik yang unik. Sekali tentang ramalan, kedua kirim pranala cerita pendek, lain waktu bertanya tentang info kamar kos, atau tiba-tiba menulis kalau ia kangen. Entah basa-basi, atau beneran kangen. I'm not sure.

Ahad, malam larut, dua puluh menit lagi jam 12 malam. Ia mengirimkan padaku chat. "Kak Bella", tulisanya, "Ak pengen nikah deh". Aku baru buka Line esok paginya, pukul 10, kubalas pesan Lemon. Percakapan mengalir, berganti topik, lalu dari sana, selapis lagi kulit bawang terbuka.

brambang
Aku yang terlebih dahulu bercerita, tentang masa lalu. Ia berkata pernah mengalami hal yang mirip. Lalu aku kemudian bertanya padanya, "Mau cerita?"

Dari kisahnya, perjuangannya, hijrahnya, naik turun terjunnya, aku memetik sebuah hikmah. Allah Maha Baik, mempertemukan kami.

***
Tapi, meskipun bukan karena itu semua, aku percaya ada makna dari pertemuan singkat kita. Cause there's no coincidence in our life, right? -kirei, Dua Perempuan Berbeda
Kisah Lemon, perjalanannya, perjuangannya jujur membuatku menunduk malu. Deraan yang ia rasakan lebih keras, jauh lebih hebat. Ibarat aku hanya merasakan lindu (side effect dari gempa), ia merasakan di titik pusat gempanya. Tapi ia bertahan, bisa melalui puing runtuhan selepas "gempa" yang terjadi di hidupnya. Ia memutuskan untuk tetap melaju, sembari memulai lagi merajut mimpinya. Kalau lukanya, adalah luka yang butuh operasi, luka-ku, tidak bisa disebut luka. Hanya goresan kecil, tak berdarah, tak dalam, ibarat goresan di kulit, yang hanya mengelupas lapisan kulit terluar.

Seolah lewat pertemuanku dengan Lemon, lewat percakapan panjang kemarin, Allah ingin menyadarkanku. Aku harus belajar untuk bersyukur dan bersyukur lagi. Bahwa luka-ku tidak pantas disebut luka, aku saja yang melebih-lebihkan, hiperbol, lebay. 

Lewat Lemon aku diajarkan lagi, bagaimana seharusnya aku melanjutkan hidup tanpa keraguan. Maju jalan, dan tidak banyak diam ditempat. Seolah Allah ingin aku belajar menyingkirkan mindset negatif itu.

Kamu mungkin pernah menyerah sebelum mencoba. Tapi jangan jadikan kesalahan itu, sebagai identitas dirimu. Maju, jangan ragu. Keberanian itu tidak datang tanpa diundang. Perlu usaha, tubuhmu mungkin gemetar karena takut, tapi kaki tetap melangkah, bukan cuma menapak. 

Wallahua'alam.

***

PS: #selftalk Jangan menunggu mood untuk menulis Bell... katanya mau setiap hari berprogres? Paksakan. Kalau terasa kaku, dan stuck, nulis di banyak curhat dulu gapapa. Semoga moodnya nanti muncul, trus lanjut nulisnya, di sini, atau di draft itu. Ya? Semangat!

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya