Follow Me

Tuesday, January 30, 2018

Jangan Menghakimi Diri; Itu Makna Bismillah

Bismillah.
-Muhasabah Diri-

Kemarin ku beranikan diri kirim lagi, tulisan ke Pak Nass, setelah sempat lama memilih diam dan tidak memenuhi target. Kirim dua file, di read. Tidak ada respon, akhirnya aku menuliskan keterangan, intinya minta maaf karena "one day one sent" tidak terpenuhi. Ku jelaskan posisiku, yang In syaa Allah lanjut mengirim tulisan, tapi mungkin tidak setiap hari kirim.

Pak Nass bertanya, "Kenapa?" Kujawab panjang, yang intinya, terlalu banyak berpikir hal-hal negatif. Pak Nass bertanya lagi, "Kok mikir buruk?" Aku jawab, imanku lagi turun mungkin. Seperti biasa, Pak Nass menanggapi dengan positif. "Wah menarik, tulis aja itu"

Membaca respon Pak Nass membuatku membuka arsip blog ini, draft berjudul "Entah Terlalu Moody, atau Tidak Memaksakan Diri", aku salin isinya ke messenger fb, lengkap dengan PS yang berisi pikiran-pikiran negatifku. PS yang aku hide. Oh ya, tulisan tersebut sudah aku kembalikan ke draft, jadi tidak bisa dicari di blog ini.

Pak Nass, merespon, "Nah itu udah ditulis," lalu dilanjutkan dengan pesan yang intinya, saat ada yang mengganjal di hati, ruwet di otak, maka tuliskan saja dulu, biar plong. Jika sudah ditulis, baru kemudian lanjut nulis yang untuk draft buku, biar konsentrasinya balik lagi.
"Nulis itu beratnya di menjaga niat dan semangat," - Nassirun Purwokartun
Sampai di sana, belum ada tanda-tanda awan mendung. Tapi kalimat-kalimat Pak Nass berikutnya memanggil hujan di siang terik. Menderai saja, tanpa tanda mendung terlebih dahulu.

***

He said, "Don't judge yourself".

those words hit me hard, struck me right into my chest

That sentence hit me hard. Struck me right into my chest. I've been doing this for years, judging myself, also looking down upon myself.

Maybe... what I'm afraid the most, in the past years wasn't how people would see me, it's how I would see myself. Perhaps, the only one who think badly of myself, is me.

"Don't judge yourself", that particular sentence from my writing mentor made me think back of the dark and cold moment, not too long ago. How I passed the day, by kept judging myself, kept looking down to myself. Maybe it becomes a habit now, how often my mind speak to me, 'I don't deserve this', 'I don't belong here', 'I'm not capable of this'. That voice over and over ringing in my head, till it brainwashed my mind. Funny right? It's not someone else, it's me who brainwash myself.

He then told me, he remind me, the essence of Bismillah. I was reading that reminder from him, trying to control my breath and tried to stop the rain that wet my face.

***
"Kalo bisa jangan menghakimi diri sendiri. Aku ga bisa ini. Aku ga bisa gini. Aku ga bisa itu. Aku ga bisa gitu. Ucapan kita itu doa. Jadi sugesti. Membentuk diri. Kalo semakin lama diucapkan, jadi terwujud beneran.

Ucapkan aku bisa. Kalopun ga, ya ucap belum bisa. Bukan ga bisa. Yakinkan diri biar jadi bisa. Bismillah tu maknanya itu. Karena udah menyebut nama-Nya yang serba bisa. Kita akan dibantu menjadi bisa"

- Pak Nassirun
***

'Bismillah', padahal kata itu yang selalu membuka tulisanku di blog ini. Ya, bismillah, mungkin sudah diucap, namun masih terhenti di bibir, atau paling dalam, hanya sampai tenggorokan. Kalimat Pak Nass membuatku berkaca, dibuat malu dan tertunduk, bahwa seharusnya ketika mengucap 'bismillah', keraguan itu sirna, pikiran negatif itu pudar, dan tidak ada istilah menghakimi diri sendiri. Karena setiap hal yang dimulai dengan bismillah, artinya kita tidak sendiri, kita menyebut namaNya dalam setiap sisi hidup kita, langkah kaki kita, makan kita, duduk kita, berdiri kita, tidur kita, bangun kita, juga menulis kita, kita menyertakan Allah di dalam setiap aktivitas kita.

Pengingat dari Pak Nass menyadarkanku, bahwa mungkin yang perlu aku belajar makna dan belajar mengamalkan satu dua ayat pendek. Bukan ayat-ayat yang ppanjangnya selembar, bukan yang sehalaman, bukan pula yang setengah halaman. Tapi satu ucapan yang membuka setiap bacaan surat, satu ucapan yang membuka hari seorang muslim. Bismillah. Aku juga perlu belajar memahami, memaknai dan mengamalkan Alhamdulillah yang juga bermakna sikap yang optimis dan selalu memandangan positif atas setiap situasi. Ya, aku harus belajar optimis, belajar tidak menghakimi, belajar tidak memandang rendah diri, belajar memperbaiki cara berpikir yang negatif belajar, belajar....

***

Maaf di tengah tulisan ini tiba-tiba ganti bahasa hehe. Gatau kenapa kelu menulisnya dalam bahasa Indonesia. Mungkin aku juga perlu banyak belajar bahasa Indonesia hehe. 

Terakhir, semoga tulisan yang banyak curhat ini bisa sedikit bermanfaat. Untuk siapapun, yang sedang belajar juga, untuk tidak menghakimi diri sendiri.

Semangat ^^ Bisa, in syaa Allah. Bismillah, BISA~

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya