Follow Me

Thursday, January 18, 2018

Menulis; Pembiasaan, Keseimbangan, dan Kejernihan

Bismillah.

#menulis
-Muhasabah Diri-

Untukku, yang masih belajar supaya konsisten menulis, bukan cuma di sini, di zona nyaman ini. Tapi juga di sana, tempat merajut cita, yang kerlipnya sering kalah oleh perasaan negatif di otak dan di dada.

***

Orang yang tidak pernah menulis akan bertanya heran, bagaimana seseorang bisa rutin menulis sebulan sekali? Orang yang biasa menulis sebulan sekali akan bertanya heran, bagaimana seseorang bisa rutin menulis satu pekan sekali? Orang yang biasa menulis sepekan sekali akan bertanya heran, bagaimana seseorang bisa rutin menulis setiap hari, satu tulisan?

Kata kerjanya bisa diganti, mungkin dengan 'olahraga', atau 'membaca quran', atau hal-hal lain. Yang kamu heran orang lain bisa konsisten dan rutin melakukannya.

Tapi bahasanku kali ini tentang menulis.

***

Ada yang berkata, bahwa menulis itu kekasihnya membaca, tidak bisa dipisahkan. Kalau seseorang kesulitan menulis, mungkin ia melupakan atau justru memisahkannya dengan kekasihnya, membaca. Jadi keduanya memang harus diseimbangkan.

balance your writing and and your reading

Hanya jika tekonya berisi, ia bisa menuang air. Begitu pula... kita bisa menulis, ketika otak kita diisi dengan bacaan, atau hidup kita diisi dengan pengalaman, atau pikiran kita diajak untuk sering brainstorming.

Yang terbiasa menulis sebulan sekali, mungkin gelas yang ia pakai besar dan tinggi. Ia baru bisa meminumnya, ketika tekonya penuh, airnya dituang dan memenuhi gelas. Kalau baru setengah terisi, atau masih setengah kosong, ia memilih menulis sebagai draft saja, tidak di publish. Atau tulisan draftnya tidak selesai, hanya setengah jalan. Hanya pokok-pokok pikiran, atau ide utama tulisan, tanpa pelengkap kalimat penjelas.

Perkecil gelasnya, lebih sering isi tekonya. Semoga dengan itu, frekuensimu menulis, menjadi naik. Jangan memaksakan diri naik tingkat terlalu instan dan cepat. Karena kuncinya adalah pembiasaan, maka lakukan perlahan-lahan, tapi konsisten. Baca buku yang tadinya sebulan sekali, naikkan frekuensinya jadi dua pekan sekali, lalu naik jadi satu pekan sekali, lalu naik jadi hari senin dan kamis, lalu naik jadi dua hari sekali, lalu naik jadi setiap hari. Meski cuma satu halaman perhari, tidak apa-apa, yang penting dibiasakan. Menulis juga, kenaikan frekuensinya tidak perlu mencuat bagai naik tebing, pelan-pelan tingkatkan frekuensinya. Buat jadwal, luangkan waktu, laksanakan, jangan banyak alasan. Hehe.

***

Ada faktor lain selain keseimbangan membaca dan menulis. Ada hati yang perlu dijaga kejernihannya, ada otak yang perlu dibersihkan dari debu-debu negatif. Jika yang ingin kau tulis adalah kata-kata yang baik (betterword), maka tempat mengolah katanya juga harus bersih. Yang masuk ke teko mungkin air susu putih, tapi teko yang berdebu, akan menjadikan susunya rusak. Yang masuk ke teko mungkin teh manis, tapi teko yang kotor bertanah akan menjadikan tehnya pahit. Atau mungkin tidak terlihat, tapi saat diminum, susunya tidak sesegar yang diharapkan, tehnya tidak semanis yang dibayangkan.

Seperti halnya kita, yang terus berusaha memperbaiki dan meluruskan niat, agar setiap tulisan tidak hanya memberi manfaat di dunia, tapi juga akhirat kita. Seperti itu juga, kita harus terus berusaha menjaga kejernihan dan kesehatan hati dan otak. Hati... dari segala penyakit hati. Otak... dari segala virus kenegatifan.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya