Follow Me

Tuesday, January 16, 2018

Pengingat itu Baik

Bismillah.

Sebuah ayat surat di Adz-Dzariyat, intinya tetaplah mengingatkan, sesungguhnya pengingat itu baik/bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Aku tidak hendak tadabbur, tapi ide tulisan ini somehow mengingatkanku akan ayat itu.

***

Berikut ini pesan/pengingat dari orang-orang baik, yang ingin kusimpan di sini. Takut, kalau otakku suatu saat melupakannya. Redaksinya tidak sama, karena pengingatnya diberikan lewat lisan, dan tidak direkam dengan teknologi. Tapi telinga dan otakku, semoga masih mengingat dengan baik pesan dibalik pengingat tersebut. Semoga tidak ada distorsi, sehingga pesan ini masih tetap bermanfaat untukku di masa depan.

***
Sekarang sudah bukan saatnya lagi kita bersabar, sekarang saatnya kita belajar bersyukur -SA
Saat itu, kondisi tidak berjalan lancar, kacau dimana-mana karena kesalahan sendiri. Tapi pilihan sabar, tidak membuatku membaik, karena aku tidak mempraktekannya dengan benar. Saat itu, beliau mengingatkanku. Bahwa ada pilihan lain, sebagai seorang muslim yang bisa kita pilih untuk membantu kita selain sabar, yaitu syukur. Kalau kita meluaskan pandangan, melihat limpahan nikmat dariNya, mungkin kita bisa semangat dan menangis haru, kemudian berusaha bergerak untuk mendayagunakan nikmat dariNya, sebagai bentuk syukur kita.

***
it's not a noisy fight, actually it's a lonely fight ; cause you fight nobody else but yourself ; mungkin seperti shadow boxing P
Melawan diri sendiri memang sulit. Bahkan mungkin pergulatan yang paling sulit -DPL
Setiap perjuangan, pertempuran, perang, tidak ada yang mudah. Tapi saat lawannya, adalah dirimu sendiri, sesuatu yang tidak bisa kamu hindari, yang selama hidup akan terus bertemu, tidak akan mudah, sulit.

Saat semua orang seolah tidak tahu, dan tidak mengerti. Kalimatnya membuat hatiku sedikit lebih tenang. She knows the battle inside me, she knows how hard it is for me.

***

Mungkin waktunya tersita, mungkin tenaganya terkuras, mungkin pikirannya terpaut, tapi ia juga dapat pahala atas itu, ia juga mendapat kepuasan hati karena menolongmu. -DPL
Aku tidak tahu orang lain. Tapi rasanya, tidak nyaman, bahkan menyakitkan saat banyak orang membantumu, namun yang dibantu (dirimu) tidak menunjukkan progres kebaikan, tidak membaik, mungkin jalan ditempat atau bahkan mundur.

Dengan kalimat itu, ia meyakinkanku... kalaupun kita tidak bisa membalas, dan memenuhi ekspektasi yang membantu. Sebenarnya tidak ada yang sia-sia, yang membantu kita, semua yang mereka lakukan akan dibalas oleh Allah, lunas, dengan pahala. Atau dengan kepuasan hati, yang tidak bisa dilihat lewat mata.

Saat kita tidak bisa membalas apapun, dan merasa terbebani akan bantuan orang lain. Mungkin kita cuma perlu mengucapkan doa dengan tulus, jazakumullahu khairan katsiraa. Semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik.

***
Ubah mindsetnya. Kamu mungkin tidak pantas. Tapi kamu bisa mulai sekarang memantaskan diri. -DPL
Kalimat sederhana, pengingat agar selalu menjadikan kalimat menjadi positif. Saat kita mengubah mindset kita, cara pandang kita, kita akan selalu bisa menemukan hal positif. Salah satu contohnya kalimat di atas.

Jadi pengingat darinya (semoga Allah memberkahi hidupnya), kalau merasa tidak pantas, jangan jadi berhenti, mundur, dan balik arah. Pantaskan dirimu, lagi dan lagi. Ga pantes lagi, pantesin diri lagi. Gitu terus. Hanya dengan itu kita bisa memperbaiki diri, berprogress menjadi lebih baik. 

***

Terakhir, kalau kata Mba Sinta Yudisia, menulis itu membuka luka, kemudian mengobatinya. Membuka masa lalu, kemudian mencoba berdamai dengannya. Itu yang dimaksud dengan menulis yang mengobati, jadi ga tiba-tiba sembuh, ada proses sakitnya dulu.

Semoga bermanfaat.

Wallahua'lam.

PS: 18 Januari, sudah diedit, curcol ga pentingnya sudah diubah. Barangkali ada yang nyariin postingan ini, selamat membaca lagi.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya