Follow Me

Thursday, January 11, 2018

Criticism, Assumption and Softness

Bismillah.
#buku
-Muhasabah Diri-

*saran* baca kutipannya saja, skip yang lain

Tiga kata di judul itu sebenarnya tidak berhubungan. Itu cuma tiga kata kunci dari tulisan yang ingin saya bahas di sini.


Awalnya saya berniat menulis tentang kritik, sebagai artikel baru di Medium saya yang lama tidak diupdate. Nukil buku dari Revive Your Heart-nya Nouman Ali Khan. Tapi saya punya kecenderungan yang negatif, tidak mau keluar dari zona nyaman. Blog ini, zona nyamanku. Medium? Ah.. disana tidak nyaman. Seolah tulisan yang dipublish di sana, harus ditulis secara baku dan dalam tata bahasa yang baik dan benar. Meski kalau ada yang baca Mediumku, pasti menemukan banyak kekurangan di tulisanku. Begitulah. Harusnya mah, di Medium saya belajar untuk menulis dengan baik dan benar.

Anyway, abaikan prolognya, mari mulai saja bahasannya. Tiga hal yang akhir-akhir ini terngiang terus, meski inputnya dari mata, bukan dari telinga.

Oh ya, sebenarnya ada empat hal. Tapi yang pertama sudah ditulis di "Shield". Tentang diri, yang harus selalu termotivasi untuk beramal baik, karena kesalahan dan dosa di masa lalu. Aku kopas ulang kutipannya ya, bagi yang males buka link Shield.
If you have any mistakes in your past, there should be a fire inside of you to want to do good things. Every time there is an opportunity, no matter how tired you are, no matter how exhausted you are, no matter how unmotivated you are, you motivate yourself. And what should motivate you? The mistakes of your past.
Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart

***

Tentang Kritik

Sebelumnya dari hasil baca satu bab di bukunya Dale Carniage, kritik itu tidak baik, bukan cara yang tepat untuk membuat orang lain berubah. Saya bertanya di nukil buku versi blog ini, tentang bagaimana kritik dan nasihat, apa bedanya, mengingat Allah memerintahkan kita untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Nah.. pertanyaan saya waktu itu, terjawab di buku Revive Your Heart. 

Tawasaw bil haq. Dibahas di buku Revive Your Heart, Nouman Ali Khan tentang akar kata tawasaw yang sama dengan akar kata wasiat. Tahu wasiat? Semacam pesan terakhir yang diberikan oleh seseorang yang akan meninggalkan dunia, sebelum kematiannya. Biasanya, ia memanggil orang-orang yang ia sayangi, kemudian mereka berkumpul, dan mendengarkan sang pemberi wasiat. Semua mendengarkan dengan fokus dan menyimak. Karena mungkin, itu pesan terakhir yang diucapkan sang pemberi wasiat.

Dari akar kata yang sama itu.. pandangan lain tentang tawasaw bil haq jadi berubah. Seperti wasiat yang secara normalnya tidak diberikan kepada orang asing, tapi diberikan pada orang terdekat, keluarga atau yang kita cinta. Seperti itu juga yang membedakan kritik dan nasihat normal, dengan tawasaw bil haq.
But is your criticism, even if it is criticism, is it first and foremost rooted in love? In concern? Do you care about them? And is that what's driving you to give this wasiyyah?
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
Dari sini, saya dibuat mikir lebih lama sebelum mengkritik atau mengingatkan orang lain. Apa benar, alasannya karena kita peduli dan sayang pada yang ingin kita kritik? Atau karena ego kita? Atau karena kebiasaan aja, kebiaasaan yang terbangun, karena kini semua hal ada rating-nya. Kebiasaan kalau setiap memberi penghargaan seolah harus disertai dengan kritik. Hmhmhm.

Ada lagi satu quotes, yang bikin saya mikir lagi dan lagi tentang kritik. Intinya sih, karena dasar cinta dan kepedulian tersebut, tawasaw bil haq bisa beda dengan definisi kritik yang kita lihat sekarang. Kenapa? Karena kalau kita cinta dan peduli, maka otomatis cara kita menyampaikannya, pilihan waktu kita menyampaikannya, semua itu kita pikirin. Kalau kita peduli dan cinta, maka kritik harusnya ga disampaikan di depan umum, harusnya ga disampaikan dengan kata-kata pedas apalagi kata-kata kasar.
If you love them, you don't want them to get into more trouble. You want to help them, but you know what? The tone that you're going to take and I'm going to take; the time I will pick and give the advice; the sentiments with which I will carry it; the words I'm going to choose - all of them will be governed by the love I have for them. And if love is not there, if that concern is not there, then we are going to pick some pretty offensive ways of saying things.
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
TT rasanya malu baca kutipan itu. Mengingat berapa banyak tulisan sensiMe, dan kritik tajam serta asal-asalan yang aku tulis. Hm.. semoga ga ada yang terlukai karena tulisan itu. Kalau ada, saya ingin minta maaf.

Tentang Asumsi
Ini berat banget nulisnya. Jadi di bab asumsi ini, ustadz Nouman membahas ayat di surat Al Hujurat. Tentang zann *maaf transliterasinya ga sesuai kbbi. Tentang prasangka. Yang pertama, ustadz Nouman ngasih tahu kalau sebelumnya, dan biasanya Allah tidak menghukumi sesuatu yang masih di pikiran. Seperti niat buruk yang tidak dihitung sebagai dosa. Tapi untuk yang satu ini, Allah memberi peringatan. Tentang prasangka. Silahkan dibuka quran masing-masing, surat Hujurat, halaman terakhir. ayatnya, nanti juga ketemu kalau dibaca.

Pembahasannya agak panjang di buku. Tapi ini beberapa yang saya catet kutipannya. Pertama, tentang zann yang sifatnya selalu ada di sebelah kita. Makanya Allah dalam firmanNya, hindarilah/jauhilah prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Jadi harus ada aksi/usaha kita untuk menghindar. Kita ga bisa diem aja, dan otomatis selalu mikir yang baik-baik. Enggak gitu aturan mainnya. Kita harus banyak bergerak, supaya bisa terhindar dari prasangka yang dosa.
What we're learning then is the idea that making assumption about people is inevitable. It's always there, it's always right next to you, it's not something you say, 'Well, I don't judge people man, I don't judge people, I'm not like that'. Actually it's always there. The ifti'al (ijtinab) form in the Arabic language suggest you have to make an effort to do something, it doesn't come naturally. It's not something you do without even thinking about it. It takes effort.
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
Oh ya, sebelum kutipan ini, aku juga ngutip kutipan lain. Kan tadi udah dijelasin, kalau bahasan tentang prasangka itu spesial. Karena sebelumnya, pikiran itu biasanya ga dibebani dosa. Tapi prasangka/zann itu beda. Allah seolah nunjukkin ke kita bahwa mindset, dan pola pikir itu penting untuk diperbaiki. Kenapa? Kalau ga diperbaiki, maka hidup kita ga akan membaik. Ini pas banget buat saya, yang pernah ngalamin stuck karena ga ngubah cara pikir dan mindset.
We're learning something very powerful about this process. If you don't change the way you and I think, then things are not going to get better; things are going to get worse
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
Sebenernya ada dua lagi quotes yang saya catet dari bab asumsi buku Revive Your Heart. Saya bahas secara singkat aja ya. Kalau penasaran dan mau baca versi yang bener, silahkan pinjam atau beli bukunya, dibaca hehe.

Pertama, bahwa zann ini terkait sama bahasan criticism. Kalau misal kita ga belajar untuk berbaik sangka, kalau kita terlalu banyak berprasangka, maka proses tawasaw bil haq akan terhalang. Orang keburu mikir, ah, kamu ingin njatuhin saya kan, makanya kamu kritik saya, semacam itu. Kedua, kita ga boleh mikir, we can only be a corrupt people in this world full of corrupt. Pemikiran ini ga boleh banget. Itu tanda kalau kita pesimis. Padahal harusnya, kalau kita percaya Islam dan nilai yang dibawa oleh Din ini, kita harusnya jadi penggerak kebajikan dan perubahan. Semua orang bisa memilih untuk kacau di dunia yang penuh kekacauan ini, tapi kita muslim. *ah sulit jelasinnya, aku kasih kutipannya aja ya. V **peace
 ....because the Muslims were supposed to be the example of: how you don't stereotype; how you don't make fun of other people; how you don't make assumptions; how you have clean communication; how you give the benefit of the doubt; how you don't pass judgement until you have absolute clarity. Until you have clarity you don't say anything. You reserve your judgement.
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
Di sini rasanya jleb. Tiap kali aku mikir yang enggak baik, prasangka yang berseliweran. Tulisan di buku ini terngiang. "Oh ini zann.. ayo gerak bell.." Dan ga mudah memang. Tapi bisa, kalaupun enggak bisa, banyak doa dan usaha, semoga Allah mampukan!

Tentang Kelembutan

from unsplash
Sebenernya judul asli babnya Leadership/kepemimpinan. Tapi bagiku yang mengena itu tentang kelembutan. Saat kita berhak marah, dan mengucapkan kata-kata pedas, saat kita bisa saja bermuka masam, membungkam mulut karena kesel. Tapi ayat ini.. dan kisah yang tersimpan dalam ayat ini mengajarkanku, untuk belajar lagi dan lagi tentang kelembutan.
In other word, in your speech, in your speech, in your facial expressions, in your emotions, in your interaction with them, the way you look towards them, all of it will have to be soft.
- Nouman Ali Khan, di buku Revive Your Heart
Fabima rahmatimminallahi linta lahum. Kita mungkin belum dan gak akan bisa selapang dada Rasulullah, mungkin belum dan ga kan bisa selembut Rasulullah. Tapi kita ummatnya kan? Yang mencintainya, dan menjadikannya teladan? Shalallahu 'alaihi wasalam. Maka kita harus berusaha, maksudnya aku harus berusaha, belajar meneladani kelembutannya, kelapangan dadanya. Kalaupun rasanya sesak, rasanya ga bisa aja ga marah dan ga kasar, banyak doa dan istighfar. Wudhu juga boleh. Sembari berdoa, semoga Allah melapangkan dada kita dan memberikan rahmatnya, supaya kita bisa memiliki kelembutan di hati, ucapan dan perilaku kita. Aamiin.

Subhanakkallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illalla anta astaghfiruka wa atubu ilaih.

Wallahua'lam.

***

PS: Maaf, tulisan kritik ga bisa di publish di Medium. entah kalau suatu saat nanti berubah pikiran hehe. Maaf juga kalau tulisan ini ga enak banget dibaca. Sudah diberi saran kan ya di awal, supaya baca kutipannya aja. Bye~

PPS: Satu lagi, dari bab leadership. Salah satu ujian dari leadership, adalah ketika harus berdoa dan memintakan ampunan kepada orang yang mengecewakannya. Trus aku teringat diriku, dan bagaimana mamah dan papah mendoakanku, meski aku messed up, and disappointed them more than once. TT *malah curhat

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya