Follow Me

Tuesday, May 5, 2020

Kelas Kejujuran

Bismillah.

Tanggal 2 Mei kemarin, sebenarnya aku ingin menulis di sini. #tentang orang lain, dan topik yang dibahas pun pas momennya dengan hari pendidikan. Tapi.. tapi.. ternyata jadinya baru nulis sekarang. *yang kaya gini, harusnya ga perlu ditulis ya? Hehe.

***



Kali ini aku ingin bercerita tentang seorang dosen, yang memenuhi perannya, bukan hanya sebagai pengajar mata kuliah TTKI (Tata Tulis Karya Ilmiah). Tapi juga memenuhi perannya sebagai pendidik. Ya, mendidik mahasiswa tentang integritas.

Matkul TTKI itu semacam mata kuliah bahasa indonesia. Termasuk MKU (Mata Kuliah Umum) wajib untuk TPB (Tahap Persiapan Bersama). Wajib diikuti oleh mahasiswa tingkat 1. Saat itu, salah satu tugasnya adalah membuat kalimat dengan struktur yang sudah ditentukan. Ada beberapa nomer. Jadi misal soal no.1 S+P, no.2 S+P+O,......, no. 10 S+P+K. PRnya bukan diketik, lalu dikirim via email, melainkan ditulis tangan di kertas. Aku lupa di kertas A4 atau kertas folio. Intinya tulis tangan, di kertas, kemudian dikumpulkan sewaktu kuliah.

Satu pekan berlalu sejak tugas itu dikumpulkan. Kami masuk kelas seperti biasa, bersiap menerima materi tata penulisan yang baik dan benar. Bersiap mendengarkan kalimat yang sering diulang oleh beliau. "Bagus kan? Bagus aja atau bagus banget? Bagus aja kali. Kalau bagus banget mah...". Kelas dengan beliau santai dan tidak terlalu kaku. Tapi siang itu berbeda.

Masuk kelas, ia tiba-tiba menuliskan di papan tulis. Mencontek itu HARAM. Wajahnya mengeras, suaranya tegas dan keras. Beliau memberitahu kami tentang terlarangnya perbuatan itu. Mau jadi apa kalian, kalau buat kalimat saja mencontek? Kelas sunyi dan mencekam. Kepalaku memutar memori teringat menit sebelum kelas pekan kemarin, kulihat ada teman yang sedang menyalin tugas seseorang di selasar GKU.

Yang merasa memberi contekan dan mencontek diminta maju dan mengaku. Atau perlu disebutkan namanya? Situasi saat itu, perasaan saat itu, membayangkan malunya dua orang yang akhirnya maju ke depan kelas dan diceramahi tepat di depan muka. Semuanya terekam lekat. Di kelas itu, beliau membuktikan sosoknya bukan sekejar pengajar mata kuliah TTKI. Tapi juga pendidik integritas. Tugas yang masuk bukan sekedar formalitas dikumpulkan, tapi benar-benar dibaca dan dinilai.

Benar, ada begitu banyak tugas mata kuliah lain yang membuat kami kewalahan, begadang, dll. Tapi semua itu tidak boleh dijadikan alasan untuk menodai proses belajar dengan kecurangan. Beliau, kelasnya, dan didikannya tentang integritas membuatku belajar banyak.

Maka setelah itu... saat ada tugas pra-praktikum komputer, dan hampir semua orang merasa tenang karena ada 'contekan' dari 001. Atau tubes dan tucil lain, dimana begitu mudah untuk copy paste, karena memang tugasnya kode dan deretan algoritma. Atau juga saat UTS, duduk di belakang dan melihat sosok-sosok yang membuka hp, atau bertanya ke teman sebelah. Atau momen saat satu deret nilai kuisnya sama, dan satu orang mengganti nilainya jadi lebih jelek, hanya karena takut kecurangannya ketahuan.

Entah sejak kapan pendidikan kita, bukan lagi tentang mencari ilmu dan belajar pengetahuan yang baru. Entah sejak kapan, nilai begitu penting sampai berbagai jalan kecurangan ditempuh.

'Bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar,' begitu jawabku sendiri. Teringat sahabat SDku yang dihukum dan dicap bandel, karena menggigit temannya. Kau tahu kenapa? Karena temannya itu terus menerus memaksa minta diberi jawaban saat ulangan. Saat SMP, saat SMA. Kecurangan-kecurangan itu berulang kulihat.

***

Sejujurnya, aku merasa tidak pantas menulis tentang ini. Siapa aku? Aku cuma bisa diam dan mengamati saja. Tidak berani bersuara, hanya diam dan membenci dalam hati.

Oh ya, izinkan aku menambahkan ini. Agar kita tidak cuma melihat gelapnya malam. Tapi juga melihat terang bulan dan gemerlap bintang. Bahwa aku menulis ini agar kita ingat. Bahwa di tengah realita yang pahit, ada orang-orang yang menebar rasa manis. Seperti beliau, dosen TTKI yang kuceritakan. Atau kakak-kakak asisten lab, yang menuliskan di tempat upload tubes tentang 'lebih baik mengumpulkan seadanya, daripada copy paste tugas orang lain', juga yang kutemui saat aku malu mendemokan tugas tambahanku yang sangat jauh dari sempurna. Ada banyak momen juga, aku menemukan rasa manis, momen saat aku dibuat percaya kembali, bahwa integritas itu masih ada, bahwa tidak semua orang memilih melalui jalan kecurangan yang tidak sukar dan berliku.

Terakhir, semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang jujur. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Serial tentang orang lain adalah tulisanku cerita tentang sosok orang lain, atau momen bersama orang lain. Tentu, pasti disisipi ceritaku juga, bagaimanapun setiap memori persepsi bergantung pada sudut pandang yang bercerita. Sudah ada beberapa tulisan, barangkali ada yang tertarik baca.

Tentang orang yang khawatir tidak akan bertemu teman hidup
Tentang orang yang tinggal di kamar seberang
Tentang orang yang bertanya, "Apa Doanya?"

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya