Kalimatnya membuatku ragu untuk melangkah maju, rasanya ingin berputar balik, menyusuri langkah yang sudah terlewati.
Pertama mendengar kalimatnya, rasanya seperti mendapat kertas ujian dengan nilai buruk, aku tidak lulus. Tapi mungkin karena begitu banyak yang salah, aku bahkan tidak diberitahu nomer mana yang kujawab dengan benar, dan bagian mana yang salah. Aku ingin belajar lagi, tapi aku harus tahu kesalahanku dulu. Aku mau mengerjakan remidial, tapi aku tidak bisa sendiri, aku perlu orang yang bisa memberitahuku, di sini loh, di sini kamu mulai salah menyelesaikan equation-nya.
Ini sebenarnya bukan yang pertama. Seharusnya aku tidak seragu ini. Tapi... nyatanya aku temukan diriku berdiam diri.
Memoriku mengajakku mengingat seseorang, yang mungkin bisa memberi sedikit ruang udara, atas rasa frustasi akan keadaan ini. Aku ingin mendengar pendapatnya, aku ingin menyimak nasihatnya, aku ingin mendapatkan dorongan motivasi darinya.
Agar tidak lagi meragu. Agar aku tahu apa memang aku harus melangkah maju. Atau sebaliknya, aku memang harus meniti ulang langkah yang terlewat. Kemudian belajar lagi. Karena aku ingin memperbaikinya, aku tidak ingin salah mengucapkannya. Karena aku paham, bahwa menghapus permanent marker itu, tidak mudah.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya