Follow Me

Saturday, May 2, 2020

Doa, Penghalang dan Hati yang Mati


Nukilan Buku “Amalan Penghilang Susah (: Musthafa Syaikh Ibrahim Haqqi
Gambar dari sini.
Bismillah.
Sebuah tulisan untuk muhasabah diri. Jika dua pekan yang lalu, saya membagi makna ujian dari buku ini, kali ini, saya ingin membagi beberapa hal terkait doa, yang merupakan salah satu dari beberapa amalan untuk penghilang susah.

Apabila bencana menimpamu, dan berbagai urusan menyulitkanmu, maka tekunlah berdzikir kepada-Nya; pujilah nama-Nya; mohonlah kelapangan-Nya; mintalah rezeki dan pertolongan-Nya; perbaikilah prasangkamu; pergunakan seluruh waktu untuk beribadah kepada-Nya dengan sebaik-baiknya sampai engkau bahagia dan beruntung. — Dr. Aidh Al-Qarni, La Tahzan
Dalam berdoa, ada hal-hal yang harus kita ketahui, salah satunya, mengetahui penghalang terkabulnya doa.

Penghalang Terkabulnya Doa

  1. Makan, minum dan berpakaian haram
  2. Tergesa-gesa dan meninggalkan doa
  3. Berbuat maksiat dan hal-hal yang diharamkan
  4. Meninggalkan kewajiban-kewajiban yang diperintahannya
  5. Berdoa memohon (perkara) dosa dan memutus silaturahim
Selain lima hal di atas, disebutkan di buku ini, penyebab doa kita tidak diijabah adalah hati kita telah MATI. Apa yang menyebabkan matinya hati?

Penyebab Kematian Hati

  • Kalian mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan hak-Nya
Apakah kita memenuhi hak Allah sebagai ilah? Apa kita memenuhi hak Allah? Apakah hidup kita, bangunnya, tidurnya, berdiri dan larinya, adalah bentuk penghambaan kepada Allah?
  • Kalian membaca kitabullah, tetapi tidak melaksanakannya
Apa kabar interaksi kita dengan Al Quran? Apakah masih mesra? Atau ia tergeletak di sudut ruangan? Apakah kita sudah memenuhi hak Quran? Untuk dibaca, dipelajari, dihafal, diamalkan?
  • Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi tidak mengikuti sunnahnya
Masihkan kita, merasa berat melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah (shalawat dan salam untuk beliau)? ‘Kan cuma sunnah’, masih seperti itukah?
  • Kalian mengaku memusuhi setan, tetapi kalian mengikutinya
Apa kabar deklarasi permusuhan kita? Apakah kita yakin, kita telah meninggalkan semua pintu-pintu maksiat? Di saat banyak orang, maupun saat sendiri?
  • Kalian mengatakan, kami cinta surga, tetapi tidak menyiapkan amal untuk meraihnya
Seberapa rajin kamu meminta surga dalam doamu? Ketimbang meminta jodoh/lulus/hal-hal lain? Apa kabar amal yang kau lakukan, untuk dapat memasuki surga-Nya yang lebih luas dari bumi dan langit-Nya?
  • Kalian mengatakan, kami takut neraka, tapi kalian gadaikan jiwa kalian dengannya
Seberapa besar perjuanganmu meninggalkan apa-apa yang haram? Seberapa sering kamu bertaubat, menangis, memohon ampunan-Nya, atas maksiat yang kau perbuat?
  • Kalian mengatakan bahwa kematian itu benar, tetapi kalian tidak mempersiapkannya
Apa yang kita persiapkan? Padahal kematian bisa datang sewaktu-waktu... Padahal kematian tidak dapat ditolak meski kita bersembunyi di suatu tempat dengan dinding-dinding tinggi…
  • Kalian sibuk mengurus aib saudara kalian, tetapi kalian buang aib kalian sendiri
Seberapa cepat lisan/jemarimu untuk komentar, mengkritik aib saudaramu? Dan seberapa lambat dirimu, menyadari… bahwa yang lebih pantas dikritik adalah dirimu sendiri?
  • Kalian memakan nikmat Rabb kalian, tetapi tidak mensyukurinya
Fa bi ayyi alaa irabbikuma tukadzzibaan? Nikmat yang mana lagi, yang kamu dustakan?
  • Kalian kuburkan jenazah, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran
Bagaimana perasaanmu? Saat melihat jenazah masuk ke kubur, kemudian ditutup dengan tanah? Apa yang kau pikirkan, apa pelajaran yang kamu ambil?



Semoga Allah menghidupkan hati kita dengan Kalamullah, seperti Allah menghidupkan kembali bumi yang mati, melalui air hujannya. Semoga kita senantiasa mengecek kondisi hati, agar tidak kering, tidak sakit, sekarat, bahkan mati.

Yaa Muqallibal quluub.. tsabbit qalbii ‘ala dinik
Sekali lagi, ingin menegaskan. Tulisan ini untuk muhasabah diri. Adapun jika ada manfaat yang didapat pembaca selain diri, Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah.

Wahai hatiku, apa kabarmu?
Allahua’lam.

***
Keterangan: Tulisan ini sudah pernah di publish di akun Medium @isabellakirei

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya