Thursday, May 27, 2021
Tuesday, May 25, 2021
Keberkahan Ilmu
Bismillah.
Sejak ikutan guidelight batch 3, lalu kemarin waktu diberi amanah mendampingi peserta guidelight batch 4, aku menemukan satu fakta. Betapa ilmu yang aku dapat malam itu di tahun 2012 masih mengalir deras manfaatnya hingga Ramadhan kemarin.
Aku lupa persisnya, dari siapa aku meniru untuk menggunakan aplikasi Microsoft OneNote. Tapi malam itu, entah mengapa aku memilih untuk membuka laptop dan mencatat materi di OneNote. Bukan di laptop ini, di laptop lama *tapi filenya kusalin sehingga masih bisa kubuka, layaknya membuka binder besar berisi begitu banyak catatan.
Tertulis di sana 3 Nopember 2012, 19.52 Materi Mabit Ashabul Quran yang diadakan Mata' Salman. Pematerinya Ustadz Suherman, S. Ag, Al-Hafizh
Sunday, May 23, 2021
Enam Tahun
Bismillah.
Enam tahun beliau tidak memperbarui blognya. Tulisan terakhir april 2015. Sejujurnya aku juga tidak membaca tulisan itu, atau tulisan di tahun 2014. Memori terakhirku, aku membaca tulisan tahun 2013, berjudul kantor baru.
Enam tahun, dan kemarin, saat membuka daftar bacaan blog, aku melihat tiga tulisan judul baru. Tidak segera aku baca, karena malam sudah terlalu larut, aku hanya membuka tab-nya, kemudian menutup jendela browser. Rencanaku dalam hati, besok saat aku buka browser, aku akan membacanya. Biasanya memang tersimpan, jika kita close window berisi banyak tab.
Sore ini, qadarullah aku membacanya. Tiga tulisan baru, setelah judul, ada tanggal lain. Teteh menceritakan hal yang terjadi bulan Desember 2020. Berurutan.
Berawal dari sini... (2 Desember 2020) Kisah Ibu (3 Desember 2020) dan yang terakhir Akhirnya Corona Sampai di Beranda Rumah Kami (4 Desember 2020).
Berbagai perasaan berkecamuk, kejadiannya Desember tahun lalu, tapi karena tidak pandai menjalin silaturahim, kabar itu baru kubaca hari ini. Kalau lebih cepat tahu, mungkin doa lebih cepat diufukkan. Sekarang aku hanya bisa segera mengirimkan tulisan pendek di kolom komentar.
Aku... seharusnya bisa melakukan lebih dari itu kan? Mencari kontaknya di grup, menyapa langsung.
Semoga kabar teteh dan keluarga sehat semua. Terima kasih sudah menulis lagi. Kalau bukan karena tulisan itu, mungkin aku tidak pernah tahu. Maaf, karena masih perlu banyak belajar agar terus menyambung silaturahim.
***
Terakhir, untuk siapapun yang membaca ini. Semoga bisa menjadi pengingat. Belajarlah dari kesalahanku, dan sambunglah silaturahim.
Untuk siapapun yang membaca ini, ayo menulis lagi di blog. Sesederhana apapun. Tidak ada yang tahu, barangkali ada yang menunggu ingin membacanya.
Allahua'lam.
Wednesday, May 19, 2021
Healing is not Linear
"It is okay to be affected by something you thought you had healed from. Healing is not linear. Be gentle with yourself."
"Dingin menembus pori-pori, dingin yang menenangkan sukma. Setiap kata terucap sejak takbir berkumandang, Al-Fatihah, rukuk, sujud adalah jalan cinta.Dalam sujudnya yang lama, pada sujud terakhir Kasim menambahkan hamdalah dan shalawat Nabi. Menambahkan sayyidul istighfar.Kelapangan hati akan membawa kejernihan pikiran dan mengobati semua sesak yang menghimpit. Shalat yang dilakukannya di malam gelap, bacaan Quran yang mengiringi, tepat seperti yang diucapkan Rumi,Luka hati, adalah sebuah tempat cahaya merambat masuk."
Tuesday, May 18, 2021
Bismillah.
#blogwalking
Kamu udah berlatih, udah dapet sekian skill baru. Periode latihannya sudah selesai, kamu bergembira membawa sertifikat tanda selamat. Tasmu dipenuhi bekal untuk menjalani 11 bulan ke depan. Bekal itu... meski agak berat, tapi begitu berguna. Masa mau dibuang? Gak kan ya? Gak kan...?
Selama ini, aku juga suka bertanya-tanya, bagaimana agar kebiasaan baik di bulan Ramadan bisa awet. Gimana biar ga terjun bebas, jatuh lagi, seolah amnesia akan skill yang dipelajari selama Ramadan. Nah.. qadarullah, aku baca ini nih. *udah lama banget gak nulis blogwalking.
Ide tindak lanjut pasca pelatihan adalah memilih 1-3 perilaku baru yang sudah terbentuk selama Ramadhan lalu:
- Pertahankan. Jadikan sebagai kebiasaan baru.
- Tingkatkan. Baik kuantitas (jumlah atau frekeuensi) dan kualitasnya.
- Perluas konteksnya. Mempertahankan perilaku dalam bentuk yang sedikit berbeda atau dalam konteks yang berbeda.
- Darmawan Aji, dalam tulisan "Agar Dampak Ramadhan Bertahan Lama"
***
Silahkan di klik ya judul tulisan di kutipan, untuk baca lengkapnya.
Pesanku untuk diri, "jangan buang bekal dari Ramadan kemarin ya..."
Sunday, May 16, 2021
New from iPusnas
Friday, May 14, 2021
She's...
Aku pernah datang bedah bukunya. Berinteraksi dengan penulisnya, yang berkomentar aku harus beli karena karakter utama di novel tersebut namanya juga Bella.
Aku pikir ia sudah sembuh. Novel yang diangkat dari kisah nyata tersebut... Aku pikir perjuangannya dengan kanker sudah selesai. Tapi ternyata...
She remind me.. Apa yang akan kutinggalkan, yang bisa terus mengalir pahalanya, jika kelak aku dipanggil menghadap-Nya.
SelfD #9: What are my strength?
Bismillah.
#selfdiscovery
Sebelum menjawab pertanyaan... sebenarnya aku malu, masa seri self-discovery gak beres-beres ditulis. Udah dari bulan November 2020. Semoga bisa dikebut, beres Mei 2021. Ayooo semangat diisi blognya Bell!
***
Dulu... pernah wawancara organisasi/kepanitiaan, kalau ditanya apa kekuatanku, jawaban pertamaku biasanya "I'm easy-going". Di beberapa tempat dan waktu, aku memang sering membangun branding sebagai orang yang kaku, keras, galak, serius. But when it comes to joining a community, atau kepanitiaan *ini parah banget sih kenapa ganti-ganti mulu bahasanya wkwkwk. Paragraf ini dihidden aja kali ya. Tulis ulang dengan lebih baik. *ok sir!
1. Easy going
Ini biasanya jadi jawabanku dulu, kalau ditanya kekuatanku. Dan jawaban ini juga yang terlintas pertama kali di otakku. I'm an easy going person. Mudah untukku berkomunikasi dengan orang baru, bekerja sama, dll. *kenapa kalau dijabarkan jadi berasa aneh ya hehe. Tapi intinya itu, easy going.
Ada beberapa situasi, tempat, waktu dimana aku lebih suka membangun branding sebagai sosok yang kaku, keras, galak, pendiam. That's my defense wall actually. Tapi kalaupun suatu saat kau menemukanku seperti itu, kau cuma perlu "membuka pintu" komunikasi lebih dulu, "mengetuk pintu". Nanti perlahan kau akan melihat bahwa dinding itu memang cuma dinding saja.
2. Menulis
Ini kekuatan kedua, yang sudah menjadi bagian hidupku. Ini dulu... jawabanku, saat wawancara lanjut di asrama atau gak. Di mataku, saudari-saudariku selalu lebih baik. Jadi lidahku kelu, saat ditanya dalam hal apa aku lebih baik daripada mereka.
Baca juga: Jika Dibandingkan dengan Mereka
Tapi karena kondisinya aku harus menjawab, maka jawabanku, menulis. Aku punya kekuatan dengan menulis. Bukan karena aku lebih handal merangkai kata. Kelebihan dan kekuatanku di menulis, semata karena aku begitu sering melakukannya.
3. A Learner
Aku suka belajar hal baru. Yang satu ini aku baru menyadari setelah ikutan talent maping via temali dulu (startup-nya Teh Tristi yang sekarang rebranding jadi hidup @hidupmedia). Waktu itu dijelasin sih, bisa jadii... bisa jadii yang membuat aku bertahan lama di sana, adalah karena aku suka belajar hal baru.
Semoga, semoga kekuatan ini beneran kujaga ya. Biar rajin baca, rajin memperbaiki diri juga. Let me paste a quote here,
Ini mungkin dan terbuka. Kita bisa mempelajarinya. Alasannya sederhana. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Ilmu itu diperoleh dengan belajar. Kesabaran diperoleh dengan belajar menjadi sabar. Kesantunan diperoleh dengan belajar menjadi santun." Ini menjelaskan bahwa di samping karakter-karakter bawaan yang melekat dalam diri kita sebagai warisan genetik. Semua karakter lain bisa kita peroleh dengan mempelajari dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita.
- Anis Matta, dalam buku Serial Cinta
4. Empati
Bahas tentang talent mapping, aku jadi inget kekuatan ini. Waktu itu kalau ga salah ini nomer dua. Kekuatan untuk berempati, untuk mencoba mengerti dan mengenakan sepatu orang lain. Kekuatan ini yang ingin aku bangun di tulisan-tulisanku.
Sejujurnya, aku masih agak ragu sama kekuatan ini. Meski berkali-kali di konfirmasi oleh orang lain, bahwa mereka merasa nyaman bercerita padaku, dan bahkan ada yang mengira aku jurusan psikologi hehe. Thanks for the compliment but.. I have my own label i used to tell myself. Ini gak boleh ditiru ya.
Dulu... saat "menghilang dari peredaran", saat "gelap dan jatuh ke jurang", aku merasa dan melihat diriku sebagai sosok yang sangat egois, self-centered, tidak peduli pada orang lain dan sekitar. And that's the opposite of empathy, that's antipathy, right?
Sekarang, aku paham sih, aku punya kekuatan empati. Dan aku... sedang berusaha menghapus label-label buruk yang kusematkan sendiri pada diri. Butuh proses. Saat itu aku terlalu lama membiarkan diriku overthinking, jadi deh begitu jadinya.
Kamu, atau siapapun yang ga sengaja baca ini... semoga gak pernah ngalamin kaya aku. Kalau mulai overthinking, negative thinking tentang diri... segera berpindah, bergerak, melompat, lari kalau perlu. ^^ lakukan banyak cara untuk mengusirnya. Istighfar, baca quran. Ngobrol sama temen, nulis kalimat afirmasi positif. Baca buku terkait hal tersebut, baca banyak blog orang lain. Nulis, nulis dan petakan pikiranmu. Kalau perlu, bisa juga ke psikolog. It helps. Ah ya, yang satu ini jangan lupa, berdoa dan shalat. Dua hal itu yang pelan tapi pasti ngebimbing aku untuk tahu caranya keluar dari jeratan overthinking dan negative thinking. I ask His help, cause I'm helpless and lost.
5. Terakhir, biar ganjil. Ada yang mau bantu isi? Hehe
Tegas. Ini lebih ke cara komunikasi sih.
Kalau aku punya prinsip, aku berusaha untuk pegang erat prinsip itu. Mudah untukku untuk bilang tidak, atau bilang ya. Aku juga sering jadi pengingat kalau misal forum keluar dari topik utama. Sisi tegas dan serius ini yang membantuku membangun dinding galak, kaku dan keras. Tiga kata itu memang kesannya negatif, tapi sebenarnya, aku merasa gak masalah dikenal begitu. Pernah juga malah puas saat ada testimoni begitu, aku merasa berhasil membangun dinding defense.
Terakhir, kalau kamu, what are your strength?
***
SelfD #1 : What am I Most Proud Of?
SelfD #2 : I am grateful for...
SelfD #3 : What would I tell my future self?
SelfD #4 : If I could do anything, what would it be?
SelfD #5 : What are 7 Things that Made Me Happy?
SelfD #8: What is my favorite ayat nowadays?
SelfD #9 : What are my strength?
SelfD #10 : What are my weakness?
SelfD #12 : What I Want To Be In The Next 5 Year?
SelfD #13: What do I need more in my life?
Taqabbal Ya Kariim
Monday, May 10, 2021
I'll Sent Her a Long Letter
I Make It Okay, I Miss...
Dosa - Taubat - Dosa - Taubat
Bismillah.
Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa Allah menyukai mereka yang bertaubat berkali-kali. Which means, they might be fall and fall and fall again in the darkness pit of sins, but they don't give up on themselves. They try and struggle to get up and walk towards him. Bertaubat, lagi dan lagi.
Pengingat juga untuk tidak "main-main" dengan fakta ini. Bukan berarti lantas jadi menyengaja merasa aman berada di area abu-abu, berjalan di tepi jurang yang jelas-jelas licin. Kalau quotesnya Ustaz Salim A. Fillah, dalam buku JCPP[1]
"Di jalan cinta para pejuang, menolak kemungkaran terdahulukan daripada mengambil kemaslahatan. Di sini, menutup pintu-pintu kerusakan menjadi tradisi. Di sini, kehati-hatian adalah pakaian. Karena kita sedang meniti jalan yang semak di tepiannya bisa menyemburkan asap tanpa api. Jalan cinta para pejuang."
Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa yang bisa mencintai dan memaafkan orang yang berungkali salah, minta maaf, eh salah lagi, minta maaf lagi, itu cuma Allah. Karena kalau manusia, mereka pasti cape, mereka ga mungkin bisa mencintai dengan cinta yang sama. Hati manusia ibarat kertas, kalau udah diremas, susah untuk lurus lari. Tintanya udah terlanjur tertoreh. Susah untuk dihapus. Memang fitrah manusia begitu. Maka meski semua orang mungkin berpaling darimu, karena kesalahan-kesalahanmu, *iya kamu bell! Jangan lupa bahwa ada Allah satu-satunya tempat kembali, satu-satunya Dzat yang seharusnya menjadi tujuanmu belari, meminta maaf dan ampunan.
Terakhir, semoga ga cuma ditulis dan disimpan, tapi masuk ke hati, kemudian kuncup, berbunga dalam amal dan akhlak. Jangan menunda taubat, manusia memang akan banyak dosa, maka dari itu perbanyak taubat juga. Banyakin istighfar, banyakin mengiba dan memohon maaf padaNya. Terutama... terutama, mumpung masih Ramadan. Tinggal beberapa hari memang. Jangan mau kalah sama distraksi, maksimalkan usaha dan doa. Semoga Allah menerima amal kita yang jauh dari sempurna.
Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.
Allahumma innaka afuwwun karim, tuhibbul afwa fa'fuanna.
Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.
***
[1] Jalan Cinta Para Pejuang, ProU Media. **yes I love this book so much <3 nyatet banyak banget quotes, karena dulu bukunya pinjem hehe. Jazakillah khairan Aulia Azmi Masna.
Friday, May 7, 2021
Jumat Mubarak
Tuesday, May 4, 2021
Membaca Buku Tentang Palestina
Monday, May 3, 2021
A Feedback
Bismillah.
Siang ini, install aplikasi formApps *yang begini harusnya di skip, tapi gapapa ya, lagi ingin cerita. Karena sedang di luar, ga buka laptop, tapi ngerasa butuh untuk buat google form untuk evaluasi 'sesuatu'. Harusnya minta feedback evaluasinya di awal pekan kemarin. Tapi qadarullah keskip, jadi harus dilakukan hari ini. It's better late than never, isn't it?
Dan setelah disebar, salah satu feedback yang masuk adalah ini... dan pas baca rasanya, sesuatu...
Aamiin. Kamu juga, wa anti fajazakillahu khayran. ^^
Aku dan Menulis di Ramadan 1442H
Saturday, May 1, 2021
Good Words
Terlambat Memulai
Bismillah.
Bulan Ramadhan sudah melewati batas pertengahan, bahkan sudah mau memasuki sepertiga terakhir. Sejak awal, aku memiliki keinginan produktif menulis di bulan Ramadhan. Entah itu berbagi refleksi hari, atau menyalin catatan pelajaran tentang islam atau tentang quran. Tapi rencana itu tergilas oleh sifat menunda, dan kondisi hati yang tidak baik.
Ada yang pernah dengar teori teko dalam hal menulis? Bahwa apa yang keluar dari teko, adalah apa yang diisikan ke dalam teko. Yang kita tulis, adalah apa yang ada dalam otak kita, pikiran kita, hati kita. Maka saat 18 hari di awal Ramadhan "tidak bisa" menulis, aku jadi sadar, beberapa bulan sebelumnya aku belum mengisi teko dengan apapun. Setelah sadar, aku pun mulai mengisi tekonya. Dan hari ini, meski isinya masih sedikit, aku ingin memulai menulis. Tidak apa-apa terlambat memulai, begitu kata hatiku, pada diriku sendiri.
***
Pernahkah merasa terlambat memulai? Jika iya, dalam hal apa?
Ada sebuah doa yang dalam surat Al Kahfi yang membuatku semangat untuk memulai, meski mungkin terlambat. Terutama saat merasa terlambat untuk melakukan amalan shalih, atau terlambat mengisi Ramadhan dengan aktivitas produktif, atau terlambat belajar agama.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Aku pasti melakukan itu besok pagi, [Surat Al-Kahfi (18) ayat 23]
إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا
kecuali (dengan mengatakan): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini". [Surat Al-Kahfi (18) ayat 24]
Doa ini adalah doa yang diajarkan Allah saat kita berencana akan melakukan sesuatu besok, atau bulan depan, atau Ramadhan ini, tapi lupa tidak mengucapkan in syaa Allah. Doanya adalah "asaa ayyahdiyani robbii li aqroba min hadzaa rosyadaa".
Aku denger penjelasan dari ustadz Nouman di video ini (https://youtu.be/7hmi5ck5ph8). Pertama tentang penggunaan kata "li", bukan "ila". Artinya, kita minta diberi petunjuk sekaligus dianterin sampai ke tujuan. Misal kita cari alamat, tanya ke orang lain, bisa jadi orang lain cuma ngasih petunjuk sebagian, nanti dari situ kita tanya lagi ke orang lain. Tapi doa ini artinya, kita minta petunjuk hingga sampai tujuan.
Terus yang kedua, kita minta petunjuk untuk lebih dekat dari ini, "li aqroba min hadzaa rosyadaa". Min hadza rosyada, artinya minta petunjuk lebih dekat dari ini. "Dari ini" adalah kondisi kita sekarang.
Maksudnya apa?
Allah mengajarkan kita lewat doa ini, bahwa Allah tidak menuntut kesempurnaan. Allah tidak menuntut kita untuk kilat tiba-tiba nyampe, tiba-tiba dekat sama Allah seperti halnya para sahabat Rasulullah. Allah meminta kita untuk terus mendekat, selangkah demi selangkah, gapapa, yang penting kita terus berusaha untuk mendekat ke Allah. Lebih dekat daripada posisi kita saat ini.
Seringkali saat kita melihat sekitar, kita merasa minder. Ada yang hafalan qurannya sudah banyak, qiyamul lailnya tiap malam, shaum sunnahnya rutin, bahasa arabnya, kitab yang dibacanya. Itu membuat kita ragu, bagaimana dengan kita, yang masih segini-gini aja? Tanpa sadar kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan malah sibuk melangkah, kita justru sibuk overthinking membandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah tidak akan membandingkan kita dengan orang lain.
Allah is not going to put you next to someone else and compare. He doesn't even want you to compare yourself to others in dunya, forget akhirah. Not even in dunya. La tatamannau maa fadhdholallahu bihi ba'dhokum 'ala ba'dh (QS An-Nisa [4] ayat 32) Don't wish for what other people have, what Allah has given some preference over others. Don't do that to yourself. --Nouman Ali Khan
Lewat doa ini, kita belajar bahwa tidak ada kata terlambat memulai, selama kita mau memperbaiki diri hari ke hari. Pintu taubat selalu terbuka, selama nyawa belum ditenggorokan, dan matahari belum terbit dari barat. Terutama di bulan Ramadhan ini, hari yang sudah berlalu, kita tidak bisa mengubahnya. Tapi kita masih diberi kesempatan hidup hari ini. Maka perbaiki diri kita. Bismillah, ucapkan nama-Nya, dan memulailah.
Semoga Allah memberkahi hari-hari Ramadhan kita. Semoga semangat kita tetap terjaga, semoga kita termasuk orang-orang yang mencari malam lailatul qadr. Semoga dosa-dosa kita diampuni olehNya. Aamiin.
Allahua'lam bishowab.
12 Mei 2020 | 19 Ramadhan 1441H
#betterword #refleksiramadhan #doa
***
Keterangan : tulisan ini pernah di publikasi di Facebook khusus Ramadan.