Bismillah.
Maaf tulisan sore ini banyak curhatnya. Dianjurkan tidak membaca, soalnya tulisan ini cuma curhat.
***
Kemarin sore, aku sebenarnya tanpa sengaja melihatnya, saat ia sedang makan. Saat itu aku sedang dalam perjalan pulang setelah kegiatan jalan kaki, berhenti dan jalan kaki lagi. Selesai, pertemuan yang tidak disengaja itu sudah aku lupakan, terutama tadi pagi ada peristiwa lain yang membuat otakku bekerja lebih keras. Oh ya, aku kira, kemarin ia tidak melihatku, karena aku memilih tidak menyapa dan mempercepat langkahku.
Siang menjelang sore, aku melangkahkan kakiku ke kantor pos. Sempat ragu masuk, karena ternyata ada sosok ia dan temannya. Tapi kan, aku butuh kirim sesuatu, dan menghindar bukan pilihan karena sebentar lagi kantor pos tersebut akan tutup. Aku beranikan untuk masuk, seperti dugaanku, ia melihatku dan mulai mengajak ngobrol. Ia tanya ini itu, hal A, hal B. Aku jawab sekalem mungkin, sembari memandang kearah tembok, dengan jawaban berusaha sesingkat mungkin. Beberapa kali ia bertanya ulang, karena suaraku terlalu tidak jelas, seperti orang menggumam. Jujur, aku dibuat tidak nyaman, aku akhirnya mengulang jawaban, sembari sesekali memandang ke arahnya, bukan ke mata ya -.- ingin sekali memperlihatkannya ekspresi wajah tidak suka dan menyuruh ia berhenti bertanya.
Urusannya selesai, aku kira ia akan segera pergi dan pamit saja. Tapi sebelum ia keluar dari pintu, ia berbalik ke arahku kemudian bertanya, "Ada yang bisa dibantu ga Bell?" tanyanya. Aku terdiam sejenak, seolah tidak mengerti pertanyaannya. Ia mengulangi pertanyaannya, kemudian aku menggeleng dan menolak dengan halus. Ia tanya lagi hal X, aku jawab Y, lalu ia berkata Z. Lalu sudah, dia pergi dan aku lanjut mengurus urusan pengirimanku.
***
how can I help? |
Ada yang bisa dibantu? Pertanyaan sederhana itu somehow membuatku berpikir banyak hal. Bukan tentang ia yang kuceritakan di atas. Tapi tentang Allah, yang begitu indah merangkai hariku, saat aku berusaha melangkah mendekat pada-Nya. Ya.. saat aku yang hina, berusaha kembali mendekat pada-Nya.
Allah selalu begitu sebenarnya, selalu memberikan banyak sekali nikmat dalam hidup kita. Sayangnya hati kita, hatiku maksudnya, terkadang terlalu berkarat untuk peka akan hal-hal tersebut. Kita lebih sering pura-pura lupa akan nikmat dariNya, kita lebih sering banyak berburuk sangka kepadaNya. TT
Baru kemarin rasanya, aku menulis tentang berteman dengan orang baik. Di sana, aku menuliskan tentang meminta bantuan. Entah sejak kapan, atau karena apa, aku termasuk orang yang sangat segan untuk meminta bantuan. Entah itu karena aku yang sombong, atau aku tipe orang yang enggak enakan, atau gimana, itu juga sebenarnya aku masih bingung kenapa. Mungkin karena 'luka lama' mungkin juga bukan, yang membuatku lebih suka menyelesaikan masalah sendiri. Tapi aku sadar, ada beberapa masalah yang kita butuh minta bantuan orang lain.
Ibarat sekedar sakit flu atau demam biasa bisa sembuh tanpa ke dokter, asalkan makan yang banyak, minum air putih yang banyak dan istirahat yang cukup. Tapi ada juga sakit yang harus ke dokter, karena sudah komplikasi (campur-campur), batuk, pilek, radang, magh.. biasanya kalau sudah campur-campur mau ga mau harus minta bantuan dokter. Harus ditekankan, minta bantuan ini, bukan berarti kita bergantung pada manusia ya. Beda cerita. Penyembuhnya tetap Allah, dokter cuma jalannya aja. Yang bantu permasalahan kita mungkin teman, mungkin orang tua, mungkin dosen, dll.. tapi yang sebenarnya punya kuasa menyelesaikan masalah itu adalah Allah.
***
Harusnya saat itu aku minta didoain aja ya? Hehe. Tapi mungkin karena baru pernah ditanya seperti itu, di hari yang bukan hari biasa, jadi aku lebih banyak kaget dan ga bisa benar-benar menjawabnya.
***
Buat yang baca tulisan ini, minta doanya ya. I'm in the process of something. Gatau somethingnya apa. Doain aja semoga aku semakin dekat ke Allah dan diberikan akhir dalam keadaan terbaik.
Zai jian~
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya