Follow Me

Wednesday, October 4, 2017

Hikmah dari Kisah Daun, Ranting, Batang dan Akar

Bismillah.
#hikmah

Ada dua kisah. Keduanya menyangkut tentang percakapan dua orang sahabat. Sebelum lanjut cerita, mari kita buat nama, agar memudahkan mengidentifikasi keempatnya. Sebut saja dia yang pertama Daun, dia yang kedua Ranting, dia yang ketiga Batang, dan dia yang keempat Akar. Oke, mari disimak kisahnya.

***


Kisah Daun dan Ranting

Alkisah terjadilah percakapan antara Daun dan Ranting. Awalnya percakapan dimulai dengan kekhawatiran Daun, hari itu daun ujian, apakah ia bisa lulus menjadi daun yang sehat dan tidak berjamur. Pikiran Daun dipenuhi dengan hal-hal negatif, karena sudah tiga kali ia ujian, dan dua kali tidak lulus, ia tidak yakin yang ketiga ini ia tidak yakin bisa lulus. Pengumuman sudah keluar, alhamdulillah Daun berhasil lulus. Ranting memberikan kata selamat. Ranting pikir, keluhan dan pikiran buruk Daun akan berhenti, namun tidak.. Daun kembali membuka unek-uneknya tentang rasa inferiornya terhadap daun-daun lain yang lebih cantik, tentang ketakutannya tidak bisa bersanding dengan bunga. Ranting, sebenarnya saat itu juga sedang dalam keadaan tidak baik. Sebenarnya pikiran Ranting juga dipenuhi dengan kekhawatiran, pikiran negatif, rasa inferior juga. Tapi mendengar cerita Daun, Ranting jadi merasa makin negatif.

Ranting kemudian memberanikan diri untuk mengungkapkan pikirannya. Memberitahu Daun bahwa ia sedang ingin mengobrol hal-hal positif saja. Mengeluh balik ke Daun, kalau Ranting juga sebenarnya sedang tidak baik-baik saja, sedang dipenuhi pikiran negatif, sedang berusaha menahan air embun dari daun agar tidak jatuh.

Kisah Batang dan Akar

Alkisah terjadilah percakapan antara Batang dan Akar. Batang hendak menyampaikan pamit, akan pensiun karena sudah memberanikan diri mengajukan diri, sebagai salah satu batang yang akan ditebang, yang kayunya nanti mungkin akan digunakan sebagai bahan membangun rumah. Akar bertanya pada pada Batang, bagaimana rasanya. Batang menjawab dua kalimat yang bertolak belakang, lega dan senang, tapi di sisi lain ga bisa berbohong kalau takut juga lemes. Akar bertanya, kenapa lemes? Karena merasa semua sia-sia? Batang menjawab dengan excuse, karena untuk mengajukan diri, ia perlu lari kesana-kemari, jadi dia lemes. Akar kemudian menyarankan Batang untuk menikmati hari-hari terakhirnya di hutan ini dengan piknik, menyenangkan diri. Batang tersenyum, lalu menjawab, sudah kemarin, piknik bersama batang-batang lain yang juga mendaftar untuk ditebang. Diperlihatkannya foto Batang dengan kawan-kawan senasibnya. Kemudian Akar hening, ia pergi menjauh. Batang sejujurnya bingung, apa makna dari diamnya Akar. Batang cuma bisa berbaik sangka, mungkin Akar sibuk, ada acara lain.

Siang berganti malam, saat Batang terbangun dari tidurnya, tanpa sengaja Batang mendengar teman-teman Akar sedang berdiskusi, tentang Akar yang sedang gelisah karena kepastian pernikahannya yang belum datang, tentang restu orangtua yang sudah hadir, namun teknisnya seolah dipersulit. Batang kemudian terdiam, merasa bersalah. Mungkin seharusnya Batang tidak terlalu sering bercerita tentang diri.

***

Sekian dulu kisah fiksinya hehe. Kita bahas hikmahnya pakai bahas non fiksi saja ya?? Hehe.

Dari Daun aku mengambil hikmah... bahwa memang benar, lebih baik curhat hal-hal negatif di pikiran kita, supaya ada yang mengingatkan untuk kembali positif. Karena terkadang memendam pikiran negatif, akan menjadikan dirinya makin negatif dan larut dalam kenegatifan.  Tapi seharusnya kita juga belajar peka, barangkali.. keluhan kita membuat sahabat kita tidak nyaman mendengarnya, barangkali negatif kita menular bahkan memancing perasaan negatif sahabat kita. Dari Daun aku mengambil hikmah, bahwa memang boleh curhat kepada manusia, kepada teman imaji (diary, blog, sosmed), tapi tetap saja, harus tahu kadarnya. Jangan terlalu sering, tidak perlu banyak-banyak. Tidak akan bermanfaat buat siapa-pun. Tempat yang paling pas untuk mengadukan kesedihan, rasa letih, marah, bosan, dan perasaan negatif lain adalah kepada Allah. Seperti Nabi Yaqub, yang hanya mengadukan kesedihan kepada Rabb-Nya. Ingatkah kau kalimatnya (Yaqub 'alaihi salam), saat anak-anaknya memprotesnya karena masih belum bisa melupakan Yusuf 'alaihi salam?


Dari Ranting aku mengambil hikmah

Terkadang kita perlu jujur, daripada pakai topeng dan pura-pura menjadi pendengar yang baik. Dalam persahabatan, atau relasi antarmanusia memang yang sulit satu hal. Seringkali kita tidak menyukai/tidak nyaman dengan sesuatu, namun kita tidak bisa mengkomunikasikannya. Kalau didiamkan, maka akan bertumpuk, ujung-ujungnya kita justru memutus komunikasi. Kalau disampaikan, tapi caranya tidak ahsan, juga bisa menyebabkan jarak jadi renggang. Seni komunikasi, harus banyak belajar.

Dari Batang aku mengambil hikmah

Belajar untuk tetap tampak baik-baik saja, meski sebenarnya tidak. Ga semua orang perlu tahu kegundahan hatimu. Belajar untuk berbaik sangka, ketika seseorang berhenti merespon ceritamu. Mungkin itu salah satu tanda bahwa dirimu terlalu banyak cerita tentang diri.


Dari Akar aku mengambil hikmah

Betapa tersembunyi, tak pernah bercerita, selalu diam dan menyimpan sendiri. Akar selalu begitu, tidak punya keinginan diri untuk menampakkan diri. Jadi ingat, sebuah quotes tentang akar dari sebuah cerpen.

“akar ya… semua akar, semua jenis pohon”. aku mengambil napas sesaat, “soalnya akar itu apapun pohonnya tapi fungsinya selalu sama, menopang. tak perlu banyak bicara, tak perlu disadari keberadaannya, tak perlu disinari cahaya, tapi tetap menopang. diam di dalam tanah yang legam menghitam. Dibiarkannya kita manusia berdebat daun mana atau batang siapa yang paling hebat, dan dalam diam dia menjalankan tugasnya. Tidak hanya satu-atau dua akar pohon tertentu, namun seluruh akar yang ada”
- cerpen Di Sepanjang Jalan
***

Sebenarnya ada lebih banyak hikmah lain. Tapi entah mengapa sulit untuk direngkuh kata, jemari jadi kaku hehe. *apa sih bell. wkwkwk. **Inget isi pinned post puisi Menjadi Tepat

Ada yang mau nambahin? Apa hikmah yang kamu dapat dari dua kisah di atas? Atau komentar terhadap dua kisah diatas? Kisahnya aneh ya? wkwkwk. Ya, harap maklum, namanya juga fiksi, bisa bebas, aneh, fantasi. Kan fiksi, bukan nyata.

Ayo kita akhiri selftalknya. Kita tutup tulisan ini dan segera publish, setelah berdiam lama di draft meski sudah diedit lagi dan diedit lagi.

Semoga bermanfaat, dengan segala kekurangannya^^

Bye5

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya