Follow Me

Sunday, October 8, 2017

Yang Lebih Sulit

Bismillah.


#hikmah

Which one more difficult for you? Calculus? Or Chemistry? Or Both? Or maybe English?

***

Aku bertanya pada diriku tentang yang mana yang aku rasa lebih sulit. Tapi bukan tentang mata pelajaran/mata kuliah. Tapi tentang hal lain, tentang lebih sulit mana.. memberitahukan kepada orang lain "kesalahan/kelemahan" kita, atau membiarkan orang lain mengetahui hal tersebut dari orang lain. Dua-duanya sulit sebenarnya bagiku. Ingin rasanya, mereka tidak perlu tahu apa kelemahan/kesalahanku. Tapi aku tidak bisa memungkiri.. Someday they'll know, whether it's from my own lips, or from someone else's lips, or from my own fingers, or from someone else's fingers.

Saat ini.. Aku masih belum tahu jawabannya yang mana. Dua-duanya sama-sama sulit, untukku yang masih belum bisa rendah hati mengakui kelemahan dan kesalahan diri. Rasanya, seolah aku diminta memilih membuka aib diri, atau membiarkan orang lain memberitahu mereka tentang aibku. Meski ga bisa dibilang itu aib juga sih, karena kelemahan dan kesalahan, it's always there. Bahkan mungkin perlu ada, supaya mengingatkan kita, bahwa kita cuma manusia, manusia pada umumnya. Manusia, yang punya banyak kelemahan dan kesalahan. Karena kalau aib mah, sebaiknya disembunyikan saja. Biarkan hanya Allah dan kita yang tahu. Tapi kalau ini sebuah fakta yang perlu mereka tahu, -walau aku sebenarnya ragu, emang buat apa mereka tahu ya? Hehe. Semacam fakta kalau aku seorang yang cengeng, ga perlu aku umumin juga kan, pas sesi perkenalan? hmmm...

Saat ini.. Aku masih bingung, yang mana yang lebih sulit. Bagiku sama saja hehe, dua-duanya sulit. Aku pernah memilih untuk membuka mulutku, menggerakkan jemariku yang kaku, memberanikan diri mengucapkan/menuliskan fakta tersebut, fakta bahwa betapa diri ini lemah dan banyak salah. Ku sebutkan pada mereka kelemahan diriku, dan kesalahanku. Rasanya seperti mengiris bawang satu kilo. *hiperbol hehe V. Pokoknya rasanya ga nyaman membuat mata perih. Bagiku, menceritakan kelemahan dan kesalahanku pada orang asing jauh lebih mudah, ketimbang menceritakannya pada orang terdekat.

Ya, lebih mudah bercerita tentang kelemahan dan kesalahanku pada orang asing. Karena mereka cuma orang asing, yang lalu lalang dalam hidup kita. Masalahnya, yang terkadang justru perlu tahu tentang fakta kelemahan/kesalahan kita adalah orang terdekat, karena bisa jadi, tidak mengetahuinya akan membuat mereka sedih. Seperti halnya aku yang sering sedih dan bertanya, "kenapa dia ga cerita ya?", pertanyaan semacam itu. Tapi mengungkapkan kelemahan atau kesalahanku pada mereka yang dekat itu, sejujurnya dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran. Takut kalau mereka memandangku dengan cara yang "berbeda", setelah mereka mengetahui fakta tersebut. Khawatir, mereka akan menjauh, atau menjaga jarak, atau apapun, perubahan sikap apapun.

Saat ini.. Aku masih bingung, yang mana yang lebih sulit. Bagiku sama saja hehe, dua-duanya sulit. Aku pernah juga memilih merasakan pilihan kedua. Saat orang lain sudah tahu, lewat orang lain. Rasanya pahit juga, ga kaya ngiris bawang sih, kaya apa ya? Hihi. Mungkin kaya kena duri-duri kecil yang nempel di rok ketika lewat rerumputan, yang kecil-kecil itu loh, yang perlu kamu cabut satu-satu. Ga nyaman pokoknya. Ga melukai memang, sama kaya mengiris bawang tidak melukai. Tapi cukup tidak mengenakkan, bukan hal mudah juga.

Sebenarnya yang bikin susah dari pilihan kedua adalah ketika kita dibuat mikir. Memikirkan kemungkinan, bahwa semua orang kini tahu kelemahan atau kesalahan kita. Memikirkan kemungkinan berita buruk tentang kelemahan dan kesalahan kita sudah tersebar, ke seluruh penjuru dunia. Memikirkan hal-hal buruk lain, termasuk bertanya-tanya dari siapa ia mengetahui fakta tersebut. Lalu kita jadi overthinking, jadi ke-PDan, merasa semua orang tahu, PD yang bikin minder. Rasanya setiap kita lewat tempat ramai, semua orang tahu lemahnya kita, tahu betapa banyak kesalahan kita. Kemudian kita akhirnya lebih memilih untuk memutus komunikasi, memilih menyendiri, karena tidak mau menemui orang-orang lain, yang ternyata sudah mengetahui fakta kelemahan dan kesalahan kita, padahal kita belum pernah bercerita kepada mereka.

***

Gimana menurut pembaca? Mana yang lebih sulit? Kebayang ga sih, maksud/contoh kelemahan/kesalahan yang perlu kita kasih tahu ke orang lain?  Karena sebenarnya mah, kalau kondisi normal, harusnya mereka(orang lain) ga perlu tahu. Tapi terkadang ada satu dua fakta di masa lalu, yang merupakan kesalahan/kelemahan kita, dan tidak bisa kita putuskan rantainya. Akan selalu ada di sana. Then someday, people will know it, whether it's from our lips, or someone else lips.
Atau kalian punya semacam hal tersebut. Sesuatu yang seolah perlu untuk kita kasih tahu ke orang lain, tapi entah mengapa mengucapkan fakta itu berat rasanya, tapi membiarkan mereka tahu fakta tersebut dari orang lain, juga berat.

***

Balik ke topik.

Aku bertanya pada diriku tentang yang mana yang aku rasa lebih sulit. Tapi bukan tentang mata pelajaran/mata kuliah. Tapi tentang hal lain, tentang lebih sulit mana.. memberitahukan kepada orang lain "kesalahan/kelemahan" kita, atau membiarkan orang lain mengetahui hal tersebut dari orang lain. Tapi setelah mencicipi keduanya, in positive side, sebenarnya dua-duanya tidak terlalu sulit. I mean, it's difficult, it's still difficult everytime I face both of them. But its difficulty is something I can bear. Sulit, kata sifat itu tidak menjadikan sesuatu tidak mungkin dilakukan. Begitu pula kedua opsi tersebut. Dua-duanya sulit, tapi sebenarnya kita bisa melewati keduanya. Kita bisa menjalani keduanya, mungkin akan ada drama nangis bombay di belakang layar, atau menahan perih saat harus mengeluarkan duri-duri. Tapi ya, habis itu kita bisa melanjutkan hari. Lalu kembali bertemu dengan pilihan yang sama.

Sebenarnya tidak sesulit itu, mengucapkan/menuliskan langsung tentang fakta kelemahan dan kesalahan kita. Tidak sesulit itu. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka kepada orang lain, bahwa mereka akan memahaminya, mereka tidak akan berubah dan menjauhimu, mereka tidak akan memandangmu dengan tatapan aneh. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka, bahwa.. meskipun ada yang menjauh, mungkin itu cara Allah menunjukkan pada kita, orang-orang mana yang Allah izinkan tetap di sampingmu, menerima kesalahan dan kelemahanmu, merangkul, menasihatimu saat kamu salah, menguatkanmu saat kamu lemah.

Sebenarnya tidak sesulit itu, mendapati seseorang mengetahui kelemahan dan kesalahan kita dari oranglain. Tidak sesulit itu. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka kepada orang lain, bahwa mereka peduli pada kita, sehingga mereka bertanya pada orang lain. Mungkin mereka begitu senggan bertanya pada kita, karena mereka lihat kita terus bungkam dan menghindar. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka, bahwa yang memberitahunya, bukan berniat ghibah, atau menyebar kelemahan dan kesalahanmu supaya kamu dijauhi, apalagi dikenal keburukannya. Mungkin si pemberi informasi ingin ada orang lain yang menguatkanmu saat kau lemah, karena ia sendiri tidak tahu caranya menguatkanmu, atau tidak bisa menguatkanmu secara langsung. Mungkin si pemberi informasi ingin ada orang lain yang menasihati kesalahanmu, karena ia tidak tahu caranya, tidak bisa menasihatimu secara langsung.

Sejujurnya... tidak sesulit itu. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka kepada Allah. Allah Maha Mengetahui. Setiap rencana, pasti ada hikmah. Setiap ujian, pasti ada kenaikan tingkat. Setiap kesulitan, pasti ada kemudahan.

Sejujurnya... tidak sesulit itu. Kalau kita mau sedikit berbaik sangka kepada Allah dan juga kepada orang lain.

***

I know, keep thinking positive after all the bad things that happen to you is difficult. I also know, keep thinking positive after all the bad person that you met is difficult. Tapi balik lagi, coba renungkan lagi, pikirkan lagi dengan hati yang lebih jernih. Sulit tidak menjadikan sesuatu tidak mungkin. Difficult doesn't make something impossible. Mungkin sulit, tapi bisa.. In syaa Allah bisa. Kalaupun kita tidak bisa, mintalah pada Allah Yang Maha Perkasa, agar memampukan kita.

Selamat belajar, berbaik sangka.. Selamat belajar, menjadi positif. Tetap semangat, meski semua hal terasa begitu sulit. SemangKA!
Life is not easy, and it won't be easy. Cause this worldly life is not your home. So when you feel like everything is difficult, remember, that you're not in Jannah yet. -kirei
Allahua'lam.

***

PS: Maaf ya, vakum 2 hari. Nulis padahal, tapi ga pantes di post. Ini juga sebenernya tulisan kemarin, sudah diedit jadi lebih baik. Selamat menjalani aktivitas hari ini~

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya