Follow Me

Sunday, October 15, 2017

Rotten Book

Bismillah.

#random #hikmah

Bisakah sebuah buku membusuk? Kapan? Saat sudah tidak ada yang mau membacanya?

***

Sebenarnya bukan hal ini yang ingin aku bicarakan. Prolognya sangat tidak nyambung dengan apa yang ada di pikiranku.

Aku ingin bicara tentang buah busuk, yang tidak terlihat busuk dari luar. Lalu aku teringat pepatah don't judge a book by its cover. Bisa jadi sebuah buku covernya begitu baik, namun isinya kosong, mungkin ada isinya, tapi isinya tidak bermanfaat, tidak bergizi.

Aku sedang ingin berbicara tentang orang-orang bertopeng, namun dengan analogi. Sayangnya membuat analogi yang pas, tidak semudah yang aku kira.

***

mask (from unsplash)

Kalau manusia bertopeng itu adalah orang lain, dibalik topeng itu.. seperti apa wajah aslinya? apakah wajahnya lebih indah? atau lebih buruk rupa?

Kalau manusia bertopeng itu adalah diri sendiri, dibalik topeng ini.. wajah apa yang aku sembunyikan? Yang indah? Atau yang busuk?

Kata busuk somehow terbaca begitu tajam di mataku. Entah mengapa, seolah maknanya begitu negatif, dan aku memang menuliskannya untuk mendeskripsikan kenegatifan yang sama.

Faktanya, mungkin seperti itu rupa dibalik topeng indah yang Allah ukir di wajah dan 'image' diriku. Bukan aku yang menyembunyikannya, namun rahmat Allah, yang berhasil menutupi cacat yang begitu buruk rupa.

Kenyataannya, aku cuma manusia biasa, yang berusaha setiap hari untuk memperbaiki rupa dibalik topeng indah yang Allah berikan sebagai salah satu bentuk rahmah-Nya. Berharap aku tidak hanya mendapat rahmah-Nya di dunia yang sementara ini, tapi juga mendapat rahim-Nya di akhirat kelak.

***

Lieur ga bacanya? Pusingnya. Bella nulis apa sih ini? Maksudnya apa? Kenapa? Ada behind the scene stories-nya kah?  Atau ga ada yang nanya, cuma menyernyitkan dahi, nyesel udah baca tulisan ini hehe.

Menulis ini.. somehow mengingatkanku pada sebuah doa. Aku lupa apakah itu doa sahabat atau tabi'in. Sahabat sepertinya. Bentar ya, saya googling dulu.

screenshoot dari artikel rumaysho[dot]com
Aku memang menulis draft ini kemarin malam, saat kepala dipenuhi banyak beban pikiran. Jadi wajar, kalau kesannya aku dalam kondisi negatif. Tapi alhamdulillah Allah tidak mengizinkanku mempublish dengan akhir mindset yang negatif.

Mengingat doa Abu Bakr, aku diingatkan lagi. Bahwa prasangka orang lain kepada kita, bukan urusan kita. Itu diluar kendali kita, tak perlu banyak dipikirkan, tak perlu dipedulikan. Kita pada akhirnya cuma bisa berdoa saja.

Menunda mengakhiri dan menunda mem-publish tulisan ini, juga membuatku bisa menilik hikmah yang pernah kutemukan, namun sering aku lupa. Tentang ujian. Ya, entah kita tampak seperti buah busuk, namun dalamnya ternyata begitu baik dan bergizi. Atau kita tampak seperti buku baru yang masih disegel, namun isinya kosong mlompong. Keduanya bentuk ujian dari Allah. Seolah Allah mengingatkan kita, bahwa kedua-duanya tidak penting, orang lain tahu kualitas sebenarnya diri kita, atau orang lain salah paham tentang kualitas sebenarnya diri kita, keduanya tidak penting. Yang perlu kita fokuskan cuma bagaimana pandangan Allah terhadap kita, bagaimana kita di mata Allah, sudahkah kita seorang hamba yang memenuhi kewajiban sebagai hamba dan memenuhi hak Allah sebagai ilah dan rabb kita?

Aku kembali teringat.. nasihat seorang saudari, yang kini sedang berbadan dua, menanti kelahiran anak kedua-nya. Semoga Allah melindungi sang ibu dan janinnya, semoga kelak bisa bertemu di saat dan di tempat yang lebih baik, dalam keadaan iman masing-masing yang lebih baik juga. Aku pernah curhat padanya tentang perasaan takut dan benciku, saat tahu bahwa blogku banyak dibaca orang, mungkin itu sebelum aku pindah alamat blog, saat itu masih sweetvioletta. Saat itu, dari lisannya, ia mengingatkanku, bahwa ketenaran, dan ketersembunyian bukan pilihan, meski terkadang kita bisa memilihnya, tapi sebenarnya, yang menentukan adalah Allah. Akan ada saat kita diuji dengan ketersembunyian, ada juga saat kita diuji dengan ketenaran. Intinya cuma satu, mengetahui lagi, apakah niat hambaNya masih lurus, atau sudah bengkok. Intinya cuma satu, untuk mengetahui hamba mana yang jujur, dan mana yang dusta akan imannya.

***

I might met the same thoughts over and over again. Ah.. alibi luka lama yang ga bisa aku hindari. Entah ini excuse, atau alasan yang sebenarnya. Tapi, aku pasti akan membahas lagi tentang prasangka orang lain, lagi dan lagi, dan lagi. Semoga kelak, saat aku membahasnya lagi dan lagi, dan lagi, aku bisa selalu mengambil hikmah yang baik, memandang dari sisi yang positif. 

Sebanyak ketakutanku, saat orang lain memandangku rendah, aku juga banyak takut ketika orang lain memandangku tinggi padahal aku rendah. Tapi ketakutan itu seharusnya cuma berlalu lalang saja, tidak perlu sampai disimpan dalam hati. Bukan menyimpan sikap yang harus diambil, namun menghadapinya, mengadu pada-Nya. Karena rasa takut, merupakan salah satu bentuk ujian yang Allah kirim kepada hamba-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang lulus ujianNya, naik tingkat, terus memperbaiki diri meski jatuh dan jatuh lagi, kemudian bangkit dan berjalan lagi mendekat padaNya. Hingga kelak... semoga bisa pulang ke kampung halaman kita, Jannatullah. Aamiin.

Allahua'lam.

***

PS: Tulisan "Karena Manusia Kah?" yang ditelurkan setelah obrolan dengan ukhti cantik shalihah~ miss you so^^ disana tulisannya lebih singkat dan lebih ngena *imho.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya