Follow Me

Monday, October 2, 2017

When People Questioning Your Plan

Bismillah.


When people questioning your plan, what is your reaction? 

They don't forbid you, they're not. They're just questioning, why must you do that? Do you know what is the possibilities inside your plan? Do you understand the bad side of it? How complex it is to be done?

What is your answer to them?

***

Jujur, awalnya aku kalem aja ditanyain. Justru senang, karena sebenarnya kekhawatiran dan pertanyaan-pertanyaan itu sudah hinggap di otakku. Saat seseorang menanyakannya, aku jadi merasa ada seseorang yang bisa jadi teman diskusiku. Dan itu.. jauh lebih baik daripada sekedar menumpuk kekhawatiran di otakku, yang tak jarang berubah negatif, meski sedang berusaha dipositifkan hehe.


Curhat gapapa ya? Hehe. Jadi ceritanya, aku, setelah lama menghilang dari peredaran, memberanikan diriku untuk masuk ke peredaran lagi, pelan-pelan. Sempat posting di facebook foto-foto bunga, lalu aktif ig juga hehe, trus sejak itu jadi banyak yang pm aku, baik via dm ig maupun messanger fb. Dan rasanya memang dagdigdug, wajar lah, karena sudah lama tidak muncul, jadi mengawali komunikasi lagi dengan orang lain rasanya excited dan dagdigdug ga jelas. Padahal bukan sama ikhwan, ga ada ikhwan malah hehe. I know it's freak, tapi itulah yang aku rasakan. Aku sudah terlalu lama menutup diri dan menutup komunikasi, jadi berubah lagi menjadi sisi ekstrovertku butuh effort dan rasanya aneh, tapi juga menyenangkan. Suka aja, bisa berkomunikasi lagi, yang berujung dengan saling mendoakan. Mayoritas percakapanku berakhir dengan doa, alhamdulillah~


Pekan kemarin, aku beranikan pm ke salah seorang mentor menulisku. Mentor menulis yang kutemui di Kompilasi, yang juga jadi penasihat/pembina di komunitas Soto Babat. Wah itu nama komunitas nulis loh ya, bukan komunitas kuliner hehe. Inti dari pm-nya minta bimbingan dan nasihat, agar menulisku tidak berhenti di satu titik. Ga cuma aktif sendiri dan heboh sendiri di blog sendiri. Aku bertanya kepada beliau tentang ide menyusun buku dan menerbitkannya. Dan bukan Pak Nass namanya, kalau beliau tidak kritis. Status facebook-nya saja selalu diisi kekritisan mengenai berita terkini, dengan cara yang kocak dan singkat, mengundang banyak reaksi dari pembaca status dan mengundang banyak komentar juga. Yang penasaran bisa cek di akun facebook Pak Nassirun Purwokartun. Penulis buku fiksi, pembina di majalah Embun, kartunis juga. Ngobrol sama beliau selalu seru, banyak cerita. Termasuk cerita pengalaman kehidupan beliau, pernah ke bandung juga, katanya jadi staff cuci gerbong kereta hehe.

Prolognya panjang banget ya? Mungkin akan aku hide, jadi yang ga niat baca curhat, bisa langsung baca intinya di sini. Pak Nass bertanya padaku, kenapa harus nulis buku? Pertanyaan lainnya, aku copas di sini ya?

Males nulis ulang, peace V.

Intinya mah diingetin lagi, untuk menguatkan pondasi. Kalau memang beneran mau nulis buku, niatnya apa? Kenapa harus buku, dll. Juga ditawarkan alternatif lain dari nulis buku, yaitu nulis essay. Pak Nass memang sih ga pernah memotivasi anak-anak mentee menulisnya untuk nerbitin buku. Obrolan lagi dengan Pak Nass ini mengingatkanku, kalau Pak Nass memang lebih prefer menyarankan anak didiknya untuk nulis di media, masuk media, lebih bagus lagi media online, karena keterbacaannya lebih tinggi.

Alhamdulillah, sudah bisa menjalin komunikasi dengan mentor nulis, setidaknya, sekarang kalau galau tentang menulis dan kepenulisan, bisa ada tempat bertanya, dan tidak segan atau kikuk. Alhamdulillahnya lagi, aku sedang dalam kondisi positif, tidak senegatif dulu. Jadi efek dari pertanyaan-pertanyaan itu, bukan jadi putus asa dan sebel. Tapi justru seolah pemantik semangat lagi, untuk meluruskan niat.

Niat menulis buku, selalu ada. Akan selalu ada in syaa Allah. Ga akan berubah karena memang sudah tertanam jauh-jauh hari sebelum aku mengenal Pak Nass. Mungkin karena impian ini bukan efek dari luar, tapi dari internal, jadi pendapat orang lain tidak membuatku goyah.

Tapi disamping menulis buku, aku jadi ingin banyak bertanya tentang essay. Jujur selama ini aku tidak peduli dengan essay, karena terkesan akademis, dan isinya harus yang berat-berat hehe. My mindset wkkwk, harus dibenerin. Ga boleh gitu harusnya memandang essay, yang ga punya salah apa-apa ke aku hehe. Kalau niatku adalah berprogres, dari sekedar menulis di blog, ke menulis di tempat lain, yang kebermanfaatannya lebih terasa ke orang lain, maka essay bisa jadi salah satu opsinya.

***

Menulis ini, jadi teringat beberapa hari lalu blogwalking tentang fix mindset and growing mindset. Jujur baca tulisan itu banyak sensinya, hihihi. Soalnya aku tahu, aku lebih banyak masuk kategori fix mindset, dan ga suka aja ketahuan buruk2nya seseorang yang fix mindset hehe. Tapi kan.. sekalipun sekarang aku masih fix mindset, aku sedang berusaha mengubahnya menjadi growing mindset. Berusaha untuk memiliki mindset yang lebih baik. Kita semua, sebenarnya sedang dalam proses hijrah masing-masing kan? Hijrah menjadi manusia yang lebih baik, menjadi hamba Allah yang lebih baik.

Semangat!

***

Balik ke topik.

Orang akan mempertanyakanmu. Wajar lah, kan manusia itu punya kuriositas yang tinggi. Ketika kamu memilih A dan tidak memilih B. Kamu akan dipertanyakan oleh orang-orang. Ketika kamu berjalan lewat jalur C dan bukan jalur D. Dan selanjutnya, dan seterusnya. Tidak apa-apa. Sebagian mereka mungkin cuma basa-basi, sebagian lainnya beneran penasaran, sebagian lainnya lagi ingin menguji pendirian dan keyakinanmu. Kamu punya banyak pilihan reaksi/respon, kamu bisa mengabaikan mereka, menjadi labil karena pertanyaan mereka, menjadi semangat karena pertanyaan mereka, dan juga bisa menjawab secara detail dan mengasyikkan mengapa kamu memilih dan berencana seperti itu. Kalau kamu seorang influencer, kamu bahkan bisa membuat orang yang mempertanyakanmu jadi setuju, dan bahkan ingin ikutan melakukan rencana/pilihan yang sama denganmu.

Be positive~

Minta doanya ya... apapun nanti hasilnya, buku atau essay, atau mungkin alternatif lain. Semoga apapun yang nanti terjadi bisa menjadi berkah, kebaikan yang bertambah-tambah.

Terakhir, izinkan aku menutup tulisan ini dengan kutipan dari Ustadz Fauzil Adhim.
Semoga Allah bangkitkan kebaikan dan kekuatan, melalui setiap kata yang mengalir dari ujung jari kita. Sungguh sebuah buku dapat mengubah jiwa manusia dan nasib dunia.. -M. Fauzil Adhim
Awalnya dari niat,
kelak Allah akan menilainya dan memberikan barakah sesuai dengan niatmu
#M. Fauzil Adhim
Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya