#buku #nukilbuku
Tanpa terasa setetes air jatuh dari sebelah mataku, entah yang kanan atau yang kiri. Air itu jatuh saja saat aku membaca kalimat-kalimat di buku berjudul Serial Cinta, bab ke 57 Produktifitas Kolektif.
Enteng benar Ummu Salamah menjawab pertanyaan Anas Bin Malik. Khadam Rasulullah Saw ini diam-diam mengamati sebuah kebiasaan sang Rasul yang rada berbeda ketika beliau menemui Ummu Salamah dan ketika beliau menemui Aisyah. Rasulullah Saw selalu secara langsung dan refleks mencium Aisyah setiap kali menemuinya, termasuk di bulan Ramadhan. Tetapi, tidak begitu kebiasaan beliau saat bertemu Ummu Salamah. Nah, kebiasaan itulah yang ditanyakan Anas bin Malik kepada Ummu Salamah, kemudian dijawab beggini: "Rasulullah Saw tidak dapat menahan diri ketika melihat Aisyah".
Jawabannya cuma begitu. Penjelasannya sesederhana itu. Datar. Ya, datar saja. Seperti hendak menyatakan sebuah fakta tanpa pretensi. Sebuah fakta yang diterima sebagai suatu kewajaran tanpa syarat. Tanpa penjelasan. Sudah begitu keadaannya.
- Anis Matta, dalam buku Serial CintaSaat itu aku terbawa emosi subjektif. Aku bertanya-tanya sendiri, bagaimana bisa menjawab dengan datar, saat kau tahu.. sosok yang kau cintai mencintai orang lain lebih dari ia mencintaimu?
Tapi pikiran itu, pertanyaan itu, beberapa bulan kemudian terjawab saat aku membaca Sirah 'Aisyah radhiyallahu anha karya Sayyid Sulaiman An-Nadwi. Membaca kisah hidup Aisyah, sifat-sifatnya, karakternya, kecerdasannya, kebijakannya, pemahamannya, kecintaannya terhadap al quran dan Rasulullah. Aku mengerti sekarang. Karena aku juga jatuh hati, pada Ummul Mu'minin, Aisyah radhiyallahu anhu.
Aku paham sekarang, saat membaca lebih dari sekali sabda Rasulullah pada Fatimah,
"Wahai putriku, apakah engkau menyukai apa yang aku sukai?"
Juga menjadi lebih mengerti, saat membaca pesan Umar kepada putrinya Hafshah yang juga merupakan istri Rasulullah,
"Hafshah, jangan pernah cemburu pada perempuan itu (Aisyah)."
Juga memahami sikap istri Rasulullah yang lain, saat mereka rela memberikan jatah mereka kepada Aisyah menjelang wafatnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.
***
Kita tahu, keistimewaan Khadijah sebagai istri yang tidak dimadu, keistimewaan Khadijah sebagai yang pertama beriman, pertama menginfaqkan harta, energi dan waktunya untuk mendukung dakwah Rasulullah. Kita juga tahu.. kecemburuan Aisyah karena Rasulullah begitu sering menyebut namanya. Tapi selain itu, kita tahu.. bahwa istri yang paling dicintai adalah Aisyah.
Sebelumnya, bagiku, itu cuma sebagai fakta sederhana. Tapi setelah membaca Sirah Aisyah, aku sedikit lebih mengerti, bahwa .. siapa yang tidak jatuh cinta pada sosok Aisyah? Dengan sifat dan karakternya, kecerdasannya, pemahamannya, imannya, kecintaannya pada Rasulullah. Berapa banyak ayat yang turun karena Aisyah dan itu memudahkan kita? Ayat tentang tayamum misalnya.
***
Dari kejadian itu.. aku mengambil kesimpulan. Jika kita tidak mengerti suatu perkara, banyaklah membaca. In syaa Allah akan lebih mengerti.
Aku memang belum selesai membaca Sirah Aisyah karya Sayyid Sulaiman An Nadwi, tapi dari sedikit yang aku baca, sudah ada banyak hikmah yang bisa kupetik. Ini bukan sekedar kisah yang disajikan dengan story telling memukau. Bukan. Tapi juga tidak sekaku membaca karya ilmiah. Membaca sirah Aisyah berarti juga mengenal sisi Rasulullah dari kisah Aisyah, mengenal lagi turunnya ayat-ayat Quran, penjelasannya. Dan tentu saja belajar dan mengenal hadits dan sunnah Rasulullah.
Semangat membaca.. sedikit, sedikit. Semoga istiqomah~
Allahua'lam.
PS: tidak lupa, terimakasih untuk Generasi Al Fihri. Khusus perempuan, yang mau membiasakan baca dan butuh temen untuk ngingetin dan diskusi buku, bisa kontak emailku isabella.kirei@gmail.com
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya