Follow Me

Friday, August 17, 2018

Belajar Menolak Panik

Bismillah.

#blogwalking

Salah satu blog yang rutin diisi dengan tulisan berkualitas. Aku selalu tertarik membaca setiap kubaca judul inisial SAK sebagai penulisnya. 

gatau kenapa selalu ada emot sebagai image preview di setiap tulisan Mba Shinta Anggraini, mungkin settingan dari theme wordpressnya.
***

Tulisan kali ini cocok untukku, yang sering panik, clumsy, dan tergesa-gesa. Tulisannya, membuatku tergerak untuk menulis blogwalking, yang lewat di sini, berkunjung ke blog tersebut, dan sadar kalau ternyata banyak blog lain yang lebih berkualitas isinya daripada blog ini hehe. 

Langsung aja ya, kutipannya.. 
Sejak saat itu, seburuk apapun keadaan, saya berusaha sekali untuk tenang. Butuh kerja keras memang. Butuh tarik napas panjang, memejamkan mata, dan berdiam diri sejenak untuk memikirkan. Butuh waktu lama untuk terus berlatih dan membiasakan. Butuh kesabaran untuk menjalankan. Dan, yang paling utama, butuh niat yang lurus untuk istiqomah melakukan.
Dan kini, ketika berhasil menaklukan rasa panik, orang-orang sering bertanya, “Shin, kok nggak panik? Nggak sakit? Nggak takut?”
Saya manusia biasa yang memiliki rasa. Tentu saja ada rasa panik, takut, dan khawatir, ketika menghadapi situasi menegangkan. Tentu saja merasa khawatir dengan kesalahan. Tetapi, saya tahu, satu-satunya cara menghadapi semua itu adalah mencari solusinya. Dengan begitu, segala ketegangan akan sirna secara perlahan.
Ada proses panjang dilakukan untuk menolak rasa panik. Pemahaman tersebut tidak tertanam begitu saja. Ada proses afirmasi diri berulang kali dilakukan. Ada proses pembiasaan yang terus diusahakan. Dan ada proses-proses lainnya.
- Shinta Anggraini Karsono, Menolak untuk Panik

Selengkapnya langsung klik di link di atas ya (:

***

Tentang panik, jadi ingat temen-temen asrama. Salah satu pesan yang berulangkali muncul di kertas kecil dari mereka adalah untuk tidak panik, dan santai. 

Yang ga kenal aku, mungkin tidak akan pernah melihat sikap panikku. Tapi yang sering bersamaku, pasti tahu, dan paham, serta biasanya jadi teman yang mengingatkanku untuk menolak panik. 

Sekarang, meski belum bisa selalu menolak panik, aku kira aku sudah sedikit tidak terlalu sering panikan. Unik, bagaimana Allah menempatkanku di situasi yang ga boleh panikan. Karena jika panik, maka pasti terluka, meksi luka kecil, tetap saja, jadi jejak kepanikan. Sekarang, jadii belajar untuk tidak panik, belajar tetap tenang tapi juga tetap cekatan. Cepat itu tidak harus tergesa-gesa. Kalau tenang, dan cekatan, kemungkinan terluka akan kecil.

Seperti yang ditulis Mba Shinta, menolak untuk panik memang tidak mudah, perlu tarik nafas panjang, membiasakannya. Kalaupun panik, gimana caranya, diusahakan cuma panik di hati dan tak sampai muncul di sikap atau tingkah laku. 

It won't be easy. But let's learn (:

Don't be panic!

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya