Follow Me

Saturday, August 11, 2018

Have Responsibility But No Control

Bismillah.


Mudah menuliskan kesimpulannya.

Bahwa kita memiliki kewajiban namun tidak memiliki kontrol atas seseorang. Dan kita harus tahu bedanya. Kadang kita suka lupa. 

Tentang orangtua, yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya sebaik-baiknya, menciptakan lingkungan yang baik untuk mendukung ia tumbuh dewasa menjadi pribadi yang hebat. Tapi.. meski kita sudah melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, bukan berarti kita memiliki kontrol atas anak-anak kita. Mereka, adalah individu yang berdiri sendiri kelak di hadapan Rabb-Nya. Usaha kita, mungkin tidak selalu membuahkan hasil manis.
"We cannot change the environment of our children and expect that they're going to come out perfect. We cannot, later on, start getting frustated with them when they change, when they make bad decisions. Because a lot of our kids will make a bad decisions. Like we made bad decisions. You and I made bad decisions. We disappointed our parents, they couldn't control everything we did. We also gave them a hard time."
***

Daripada menyederhanakan dan hanya menuliskan kesimpulannya saja, aku ingin menuliskan juga contoh-contoh kasus yang Allah deskripsikan dalam Al Quran. Ingin rasanya menuliskan semuanya, persis seperti yang disampaikan dalam video khutbah berdurasi 30menitan itu. Tapi...

***

Jadi Allah tidak banyak memberikan teori parenting, tapi Allah banyak memberikan contoh kasus, kisah-kisah interaksi antara orangtua dan anak. Yang pertama, tentang Ibrahim yang lahir dan tumbuh di lingkungan yang tidak baik, lingkungan yang sangat buruk. Namun Ibrahim mampu menggunakan kemampuannya, untuk menemukan kebenaran, mengenal Allah, kemudian ditunjuk Allah sebagai kekasihnya, bapak Tauhid.


Lalu kisah kedua, tentang Nabi Yaqub, Yusuf dan saudaranya. Lingkungan dan pendidikan mana yang lebih baik, menjadi anak seorang nabi adalah lingkungan dan pendidikan terbaik yang mungkin di dapatkan seseorang. Namun meski begitu, ada perbedaan "produk". Ada Yusuf, yang terpisah dari pengawasan orangtuanya saat masih muda, ia kemudian menjadi budak di rumah seorang politikus. Ia muda, dan ia bisa berbuat semaunya, karena tidak berada di bawah pengawasan orangtua. Kemudian, ia dituduh bersalah, dan berpindah ke lingkungan yang buruk juga, penjara. Orang-orang seperti apa yang kita temui di penjara? Namun meski lama berada di lingkungan yang tidak baik, Yusuf 'alaihisalam tidak terpengaruh ia mampu tetap menjadi pribadi yang memukau. Bandingkan dengan saudaranya, yang berada di lingkungan yang baik, namun mereka berbohong, membuat skema buruk kepada Yusuf, bahkan tidak menghormati ayah mereka Yaqub 'alaihisalam. 

Kemudian kisah dalam surat Al Kahfi. Nabi Musa saat hendak berguru kepada Nabi Khidir dipertemukan dengan tiga situasi. Pertama tentang pemuda yang bekerja dengan menangkap ikan. Kemudian anak yang terbunuh, yang ternyata alasan dibalik terbunuhnya adalah karena ia kelak akan membuat kedua orangtuanya kesulitan. Ustadz Nouman mendeskripsikannya, dengan kata terror dan horror. He was going to be a terror and a horror to his parents. Yang unik, di ayat 80 surat Al Kahfi, kedua orangtuanya dideskripsikan sebagai orang baik yang beriman. Fa kana abawahu mu'minain. Orangtuanya tadinya hendak mendidik dan membesarkan anak tersebut dengan segala kemampuan mereka, namun anaknya ini kelak akan menyebabkan keburukan untuk kedua orangtuanya.
"Tughyaanan wa kufran, quran describe it as rebellion and disbelief. He's going to leave Islam, and he's going to be a horrible rebel against his parents. Even though they did nothing wrong in raising him." - Nouman Ali Khan
Masih di surat Al Kahfi. Kisah anak yatim, yang kita tidak mengetahui apapun tentangnya. Musa 'alaihisalam diberitahu untuk membangun sebuah dinding, ia tidak tahu mengapa ia membangunnya. Saat diberitahu alasannya, ternyata.. ada anak yatim, yang ayahnya belum lama meninggal. Ayahnya ini seorang yang baik. Anak yatim ini kelak akan tumbuh dan besar di jalanan, namun uniknya Allah azza wajall ingin menjamin kehidupan anak tersebut. 

***

Dari sekian kisah dalam quran tersebut, kesimpulannya.. ada di paragraf-paragraf pembuka tulisan ini. Kita memiliki kewajiban, tapi tidak punya kontrol. We have responsibility but no control. Meski di penjelasan ini fokusnya tentang kewajiban orangtua terhadap anaknya, sebenarnya ini bisa juga dibalik arahnya. Sama.. anak juga punya kewajiban untuk mengingatkan orangtuanya, tapi anak tidak punya kontrol atas iman orangtuanya. Begitupun teman kita, istri/suami kita, tetangga kita, orang-orang yang kita sayang. Kita punya kewajiban untuk menyampaikan ayat-ayatNya, memberitahu mereka betapa indah ajaran islam, tapi kita juga harus ingat, kita tidak punya kekuasaan atau kontrol atas mereka.

Allahua'lam. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya