Follow Me

Saturday, August 25, 2018

Revisi

Bismillah.


Ia memandangi lembaran kertas yang diklip, masih tidak mempercayai jumlah halaman yang ditekuk ujung kiri atasnya. I berkata padaku, nanti bantuin edit ya. Aku jawab iya. Saat itu menjelang waktu magrib, aku baru pulang dan dalam kondisi capeknl. Ia masih memandangi lembaran kertas tadi, membolak-balik dan melihat coretan-coretan di dalamnya. Seolah tak percaya kerja kerasnya bermalam-malam ternyata harus direvisi sekitar lima puluh persennya.


Malam itu aku yang di depan laptop, membantu memperbaiki kalimat ambigu yang ia ketik, kesalahan ketikan, format numbering. Ia di sebelahku, mendiktekan bagian yang perlu ditambahkan, atau mencari referensi dari bagian yang kurang. Sesekali ia memintaku untuk berhenti mengedit dan istirahat dahulu. Aku tidak mau, protes, sudah malam, aku mau segera tidur, jadi proses mengeditnya harus diselesaikan segera. Aku tandai bagian yang belum bisa diedit malam itu, agar besok ia edit. Malam itu, aku berpikir banyak. Jujur masih ga percaya akan jadi editor skripsi adikku. 

Aku mungkin tidak bisa mengerti sepenuhnya. Bagaimana mentalnya broke down, setelah hasil kerjanya malam-malam begadang hanya diterima setengahnya, sisanya harus ia kerjakan lagi, perbaiki lagi. Sebenarnya, ketimbang ikut merasakan perasaan beratnya, aku justru ingin tersenyum melihatnya. Bagaimanapun, revisian tersebut bukti bahwa ia berprogres. Ga kaya aku hahaha.


Aku jadi mikir, saat ia heran, dan ga bisa berkata-kata atas banyaknya bagian yang perlu diperbaiki, orang lain jika ada di posisinya mungkin akan begitu senang jika diberikan revisian yang banyak. Kadang memang gitu, lebih mudah melihat orang lain kemudian mengambil hikmah dari yang dialami orang lain. Ketimbang merasakan sendiri, biasanya cari hikmahnya jauh lebih sulit, karena tertutup kabut perasaan sendiri. Jika itu orang lain, kita bisa melihat dari kacamata penonton, sudut pandangnya jadi lebih objektif.

***


Alhamdulillah, ia sudah ditanyatakan lulus, setelah melalui beberapa seminar dan pendadaran. Btw, penddadaran itu istilah lainnya apa ya? Dulu sering banget denger sekarang malah lupa hehe.


I'm proud of him. Untuknya, jangan berhenti membumbungkan asa ya. Pernah ia menceritakan keinginan mendaftar beasiswa kuliah di LN, tanya padaku tentang proses pembuatan paspor, biayanya, dll. Gatau kenapa, meski aku banyak kurangnya sebagai kakak, kadang amazed.. sama skenario Allah. Qadarullah udah pernah pengalaman buat paspor, jadi bisa menjawab pertanyaannya, meski banyak lupanya hehe.

Aku tahu, tulisan ini.. kalau kata ibuku, bebek ya silem hehe. Adine dhewek ya dialem hehe. I just want to write it here. Semoga ga ada yang nyasar trus nyesel baca ini hehe. 

Terakhir, kamu Bell, draftmu, apa kabar?

Allahua'lam. 


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya