Follow Me

Friday, August 17, 2018

Yang Berubah Setelah Baca Sirah 'Aisyah

Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Bukan nukil buku, cuma ingin berbagi insight atau pergeseran persepsi, setelah baca sirah 'Aisyah.

***

Diantara istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam yang paling familiar namanya adalah Khadijah dan Aisyah. Dari keduanya, lebih familiar Khadijah. Istri pertama Rasulullah, yang ada di sisi Rasulullah menyelimutinya saat Rasul menggigil setelah mendapatkan wahyu. Istri yang mendukung dakwah Rasulullah baik finansial, maupun psikologis. Istri yang tidak dimadu, yang darinya lahir Fathimah binti Muhammad.

Sedangkan tentang Aisyah, hanya sedikit yang aku ketahui, tentang ia, istri yang paling dicintai Rasulullah. Tentang kisah-kisah kemesraan Aisyah dan Rasulullah, lomba lari, saat menonton balap kuda, minum dari sisi gelas yang sama, dan keberadaannya di akhir kehidupan Rasulullah. 

Tapi setelah membaca Sirah Aisyah, jadi 'mengenal' lebih dekat tentangnya. Tentang Rasulullah yang pernah mimpi bertemu dengan Aisyah sebelum menikah dengannya. Tentang kecerdasan dan hafalannya yang kuat, sejak kecil. Tentang ayat-ayat yang turun karenanya, hadits ifki, syariat tayamum. Dan tentang banyak hal lain. Dari sana, aku jadi tahu, kalau perlu baca lebih banyak biografi perempuan hebat, seperti Aisyah, untuk membuat kita (perempuan) jadi sadar bahwa kita perlu banyak meneladani perempuan, muslimah hebat tersebut. 

Di era sosmed sekarang, yang istilah follow itu sekedar bentuk kita ingin tahu pembaruan-pembaruan suatu akun.. Di era sosmed, kita jadi banyak membandingkan diri dengan orang lain pada hal-hal yang tampak di mata, pencapaian 'kecil' yang terkesan wah karena jumlah like dan share. Kalau kita mau membaca buku, dan meninggalkan sejenak kehidupan di dunia maya tersebut, kita akan sadar, bahwa berjibaku di sosmed itu sering membuat kita lupa. Bahwa ada banyak kisah muslimah yang patut kita jadikan teladan, yang tidak akan kita temukan akunnya di sosial media manapun. Kalau kita ingin tahu tentangnya, perlu usaha lebih, bukan hanya dengan scroll, tapi harus membaca. *malu sendiri, kalau mengingat porsi waktu membaca dan porsi waktu main sosmed TT. 

***

Sekilas terdengar dan terbaca senada. Aku ingat Maryam salamun 'alaiha yang pernah berdoa agar terlupakan dan dilupakan. Lalu aku membaca tentang Aisyah, yang berucap lebih baik menjadi tanah. Keduanya perempuan, dan perasaan menyesal, ingin dilupakan, suatu saat akan hinggap di hati dan tertutur di lisan. Bukan berarti mendustakan nikmat-nikmatNya, hanya saja.. begitulah manusia, bisa merasa lemah dan menyesali kesalahan atau berada di situasi yang membuatnya ingin dilupakan dan terlupakan.
Saat (Aisyah) sakit, Ibnu Abbas meminta izin untuk menemui Aisyah, tetapi beliau selalu menolak. Anak saudara Aisyah berkata kepadanya, "Wahai Aisyah izinkanlah dia, karena dia adalah anakmu yang paling baik," Aisyah menjawab, "Janganlah engkai memujinya di hadapanku." Mereka berulang kali mengatakan itu sampai Aisyah mengizinkannya masuk. 
Tatkala Ibnu Abbas menemui Aisyah, ia berkaya, "Sesungguhnya engkau dinamakan Ummul Mukminin agar engkau beruntung. Nama itu telah ada sebelum engkau lahir. Engkau adalah istri yang paling dicintai Rasulullah. Tidaklah Rasulullah mencintai seseorang kecuali terdapat kebaikan. Tidaklah antara dirimu dan orang yang engkau cintai melainkan akan berpisah ruh dan jasadnya. Sungguh kalungmu yang jatuh malam hari itu, Allaj menjadianmya bagi kaum muslimin sebuah kebaikan. Allah juga menurunkan ayat tayamum disebabkan olehmu, beberapa ayat Al Qur'an turun berkenaan denganmu. Tidaklah setiap masjid kecuali dibicarakan di dalamnya kendalamu baik malam maupun siang. Maka Aisyah berkata, "Cukuplah engkau memujiku wahai Ibnu Abbas, aku hanya ingin melupakan dan dilupakan"
HR. Al Bukhari kitab Shahihnya bab kedudukan no. 3771 begitu juga kitab tafsir Al Quran surat An-Nur. Dan diriwayatkan secara lengkap oleh Al Hakim di dalam Al Mustadrak 4/9 no. 6726 ia berkata : "Hadits ini hadits shahihul isnad." Imam Ahmad dalam Musnadnya 1/220 no. 1905
- Sirah 'Aisyah, Sayyid Sulaiman An Nadwi
Dan meski kata-kata yang terkesan negatif itu pernah terucap di lisannya, ia tetap menghadapi kehidupan. Ia pernah menyesal akan ijtihad yang menurutnya salah. Tapi ia tidak hidup dirundung penyesalan, penyesalan itu ada dan mungkin selalu muncul sewaktu-waktu, namun ia melanjutkan hidup. Ia mendakwahkan quran dan sunnahNya, ia menerima puluhan dan ratusan tamu yang hendak belajar tentang sunnahNya, ia mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Gatau kenapa, dan bisa jadi pemikiranku salah. Tapi ucapannya, ingin dilupakan, lebih baik menjadi tanah, membuatku sadar bahwa terkadang, tidak apa-apa jika pemikiran itu melintas. Tidak apa-apa menjadi lemah, nyatanya memang kita bukan batu karang yang tetap berdiri tegak dihempas badai. Manusiawi jika tidak setiap waktu kita dipenuhi kepositifan. Terkadang jatuh, kesulitan untuk berdiri lagi itu...tidak mengapa. Terkadang, memilih menyepi karena ingin dilupakan dan terlupakan itu gapapa. Asalkan... kita tidak memutus komunikasi dengan Allah. Karena meski jatuh, meski lemah, meski hina, kita harus tahu bahwa Allah ada, dan selalu mendengarkan kita. Karena yang bisa membuat kita bangkit dan menghadapi badai kehidupan hanya Allah Yang Maha Perkasa. Allah yang akan menguatkan kita, yang akan menenangkan kita, yang akan membanntu kita. Maka meski suatu saat, kita dipenuhi kenegatifan, tidak apa-apa, asalkan kita terus berkomunikasi dengan Allah, lewat shalat, doa, dzikir, membaca kalamNya. 

***

Kutipannya menyusul in syaa Allah. Kalau insightnya salah, itu harap dikoreksi. Baca doa kafaratul majlis dalam hati, jujur berat untuk publish. 

Tulisan ini, untukku, untukku, untukku. 

Allahua'lam. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya