Follow Me

Friday, August 10, 2018

Tujuan Hidup, Misi Hidup

Bismillah.
#buku

Kali ini nukil buku dari 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R. Covey. Kebiasaan kedua: mulai dari tujuan akhir.

Baca nukil kebiasaan pertama: Proaktif: Fokus Pada Diri yang Bisa Kita Ubah

What's your goal? What's the mission of your life? Ini dua pertanyaan yang menjadi landasan kebiasaan 2 di buku 7 Habits of Highly Effective People. Kita lebih membutuhkan tujuan dan kompas (petunjuk arah) daripada sebuah peta. Buat apa punya peta kalau kita tidak tahu harus kemana. 

Terkait tujuan atau misi hidup ini, kalau menurut Stephen R. Covey enaknya bayangin saja kita meninggal, visualisasikan ingin dikenal sebagai orang yang bagaimana, atau apa yang akan orang bicarakan tentang kita di pemakaman kita. 

Walaupun aku pribadi kurang suka dengan hal itu. Karena kesannya yang kita kejar itu opini manusia. Padahal kan ya, hidup kita kalau untuk ngejar 'ridha' nya manusia, ga akan selesai, yang ada hanya sedih dan stress. 


Kecuali kalau tujuan visualisasi itu untuk mengingat kematian. Itu memang penting, karena kita sering lupa, untuk menentukan tujuan hidup, cuma ngalir aja, karena lupa bahwa kita akan dan pasti akan mati. Yang membuat kita lupa bisa banyak hal, antara lain kesibukan dan rutinitas. 
"Mudah sekali bagi kita untuk terperangkap dalam jebakan aktivitas, dalam kesibukan hidup, bekerja makin keras saja dalam mendaki tangga kesuksesan, hanya untuk mendapati tangga itu bersandar di dinding yang salah." - Stephen R Covey, dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People
Membaca kutipan itu entah mengapa mengingatkanku akan ayat quran, bersusah payah, memasuki api neraka TT. Al Ghasiyyah ayat 3-4.
"Jika tangga tidak bersandar di dinding yang tepat, setiap langkah yang kita ambil hanya akan membawa kita lebih cepat ke tempat uang salah. Bisa saja kita sangat sibuk, sangat efisien, tapi kita hanya bisa menjadi sangat efektif ketika kita memulai dengan tujuan akhir." - Stephen R. Covey
Kita pasti tidak ingin, sudah bersusah payah mendaki ratusan anak tangga, hanya untuk mengetahui, bahwa kita berada di gedung yang salah. So, let's ask ourself, what's the end that we want to achieve?


***

Selanjutnya, dituliskan juga di bab ini mengenai pusat kehidupan kita dan pentingnya untuk mengenalinya. Beberapa contoh pusat kehidupan yang bahas antara lain: pasangan, keluarga, uang, harta, pekerjaan, kesenangan, teman atau musuh, gereja, diri sendiri. Biasanya seseorang tidak berpusat pada satu hal saja, melainkan kombinasi dari beberapa.

Di penjelasan tentang macam-macam pusat, ada satu kutipan yang ingin saya catat, mengenai orang-orang yang pusat kehidupannya hanya mencari kesenangan demi kesenangan semu. Waktunya habis untuk berganti dari satu game ke game berikutnya, film ke film berikutnya, adventure ke adventure berikutnya.
"Kondisi ini memastikan kapasitas seseorang terbengkalai, bakat tidak dikembangan, pikiran dan semangat menjadi lesu, serta hati menjadi hampa." - Stephen R Covey, efek samping orang yang berpusat pada kesenangan
Kalau di buku ini, disarankan untuk berpusat pada prinsip. Prinsip di sini definisinya kebenaran yang mendalam dan mendasar, kebenaran klasik, petunjuk bersama dan umum. 

Lepas dari saran di buku ini, sebagai seorang muslim, saya jadi teringat salah satu slogan yang dipopulerkan ustadz Yusuf Mansyur untuk mengingatkan kita, agar kehidupan kita berpusat pada dan hanya kepada Allah semata. Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus. 
"Dapatkah Anda melihat betapa mendasarnya pusat kita mempengaruhi kita? Sampai ke motivasi, keputusan sehari-hari, tindakan (atau seringkali reaksi kita), atau interpretasi kita tentang suatu kejadian? Itu sebabnya sangatlah penting memahami pusat Anda sendiri. Jika pusat ini tidak memberdayakan Anda menjadi orang yang proaktif, sangat penting untuk melakukan pergeseran paradigma untuk mencapai efektivitas yang dibutuhkan dalam menciptakan pusat yang akan memberdayakan Anda." - Stephen R. Covey
***

Menuliskan Tujuan Hidup atau Misi Hidup 

Sekedar tahu pentingnya memiliki tujuan atau misi hidup tidak cukup. Manusia itu diciptakan mudah lupa, maka penting untuk menuliskannya.

Menulisnya tidak perlu di blog, atau di sosial media. Tuliskan dan rumuskan di kertas atau buku, menuliskannya pun mungkin memakan waktu lebih dari satu hari. Bahkan mungkin juga direvisi sembari kita semakin mengenali diri kita dan apa yang ingin kita capai dalam hidup, dalam rangka meraih ridha Allah tentunya.
"Penulisan misi bukanlah sesuatu yang Anda tulis dalam semalam. Dibutuhkan introspeksi yang mendalam, analisis yang cermat, ekspresi yang bijaksana dan sering berkali-kali menulis ulang untuk menghasilkan bentuk akhirnya." - Stephen R. Covey
Bicara tentang tujuan dan misi hidup selalu mengingatkan saya sebuah ceramah berbahasa inggris yang disampaikan ustadz Nouman, yang dibahas salah satu ayat di Surat Yusuf. Inti dari ceramah tersebut mengingatkan kita, bahwa setiap orang perlu merinci, bagaimana kita akan mengabdi, menghamba kepada Allah. How are we going to serve Allah? How are we going to serve His Deen? 

Balik lagi ke buku 7 Habits. Kalau di buku ini, menuliskan pernyataan misi hidup ada banyak tips, dikasih beberapa contoh juga dari kliennya Stephen R. Covey. Disarankan memperlyas pikiran secara terperinci, melibatkan sebanyak mungkin perasaan, emosi dan indra. Sebaiknya divisualisasikan, layaknya atlet dunia, yang mayoritas sebelum mereka menang mereka jauh-jauh hari sudah memvisualisasikan perasaan dan kondisi saat mereka menang. Itu efeknya tujuan akhir jadi jelas dan tidak abstrak.

Di bagian ini, aku jadi teringat tentang bagaimana quran mendeskripsikan jannah, sangat bosa divisualisasikan. Buah yang berpasang-pasangan, pelayan muda yang menuangkan minuman, dan para penghuninya saling bertanya dan mengobrol, bahwa dulu ia sekeluarga takut diazab, namun Allah melindunginya dari azab neraka. 

Balik lagi ke buku. Baca kebiasaan dua itu sesuatu bagi saya. Setelah membacanya, saat mau lanjut baca kebiasaan ketiga, rasanya kaya berhutang karena belum mencoba menulis misi hidup pribadi. Begitupun sekarang saat menuliskan nukil bukunya, membuat saya berkaca, apa kabar? Itu udah bener yang kamu tulis? Gamau coba tulis ulang, dan memikirkan lebih cermat dan mendalam lagi? Hehe. Pokoknya, sekedar tahu dan mengerti pentingnya tujuan atau misi hidup itu ga penting. It won't be easy. Ga mudah menuliskannya, tapi proses ini penting.
"Saya merasa proses ini sama pentingnya dengan hasil-nya. Menulis dan melihat kembali pernyataan misi akan mengubah Anda karena hal ini memaksa Anda untuk memikirkan prioritas Anda secara mendalam dan cermat serta menyelaraskan perilaku Anda dengan apa yang Anda yakini." - Stephen R. Covey
Terakhir, untukku, atau siapapun. Selamat merumuskan dan menuliskan misi hidupmu!
Menggunakan kata-kata Frankl, "Setiap orang memiliki panggilan atau misinya sendiri dalam hidup... Oleh karena itu, dia tidak bisa digantikan, dan hidupnya tak bisa diulang. Jadi, tugas semua orang itu seunik kesempatan khusus yang dimilikinya untuk dilaksanakannya." - masih dari buku 7 Habits of Highly Effective People
Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya