Bismillah.
Jujur... aku takut, aku kembali lari, dan bukannya menghadapi. Lebih mudah untuk pura-pura lupa, padahal sebenarnya selalu ingat. Aku tahu padahal, begitulah kalau cara yang kita pilih adalah lari.
Kemana kamu berlari, apa bentuk pelarianmu? Menulis di sini? Bukan. Bagiku, di sini justru jalan tengah untuk mengingatkanku, agar keluar dari fase pelarian.
Pelarian, biasanya apa yang menjadi media pelarianmu? Makan? Ya.. ada yang memilih makan sebagai pelarian. Alih-alih mencoba menyelesaikan kerumitan, lebih baik pura-pura lupa dengan menyibukkan mulut, gigi dan lidah dengn berbagai makanan. Ada juga yang pelariannya tidur. Saat tidur, ia memang tidak memikirkan masalahnya. Namun ia lupa, ia tidak bisa tidur terus, suatu saat ia akan bangun, entah karena lapar, alasan lain. Ada juga yang pelariannya main, nonton, nge game, segala jenis hiburan yang bisa sejenak jadi sarana pura-pura lupa. Jika habis satu, pindah ke yang lain. Ada lagi yang lain.. banyak. Pelarian itu medianya banyak.
***
Ah.. jadi inget salah satu nukil buku yang membahas tentang pelarian/berlari. Istilah bahasa arabnya apa, aku tidak inget...
Firar maknanya melarikan diri/pelarian. Ada dua jenis pelarian, yang menderita: lari dari Allah ke hal-hal lain, dan yang bahagia: lari dari hal-hal lain ke Allah.
Baca : Istilah Lain dari Kelapangan Hati
Kau tahu? Mengapa aku memilih tetap menulis, meski kondisinya sedang tidak baik. Dan tulisanku sangat amat mungkin bermuatan serba negatif? Karena tulisan membuatku berpikir, dan menyadari realitas. Termasuk kondisi saat aku ingin mencari pelarian saja. Menulis juga.. membantuku mengingat, otakku bekerja.
Dan ingatan tentang nukil buku tersebut, sedikit mampu membuatku lebih tenang. Manusia pada dasarnya memang penakut, pengecut, atau aku salah? Anak kecil kan berani ya? Hehe. Hmm.. Maksudku.. aku teringat penjelasan tentang halu'a.
Baca: Halu-a dan Halu'a
Random. Tapi alhamdulillah, alhamdulillah.
Aku kehabisan kata. Izinkan aku kopas beberapa link, kemudian aku akhiri tulisan random ini.
Untukku... jangan berhenti menulis ya. Sampai Allah menentukan aku tidak bisa menulis. Selama itu tidak terjadi... mari produktif menulis. Lurukan niat. Ingatkan pada dirimu, tulisan - tulisan di blog ini, dan blogmu yang lainnya.. untuk dibaca dirimu sendiri. Baik saat kamu menuliskannya, juga nanti.. saat kamu membaca ulang tulisan lamamu.
Semangat untukku 👊
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya