Follow Me

Friday, August 17, 2018

Harusnya Fokus pada Isi Bukunya

Bismillah.

Tapi aku.. justru lebih tertarik pada nostalgia kenangan yang tersimpan di buku tersebut. 

***


Buku berikutnya, judulnya Mizanul Muslim. Direkomendasikan oleh Mba Nisaa Fatayah. Belinya di Yaquut Islamic Book Store. Gatau sekarang toko bukunya masih buka atau ga. Aku mulai baca dari halaman pertama lagi, kemudian menemukan jejak nerupa lingkaran dengan pensil pada beberapa kata, garis bawah masih dengan pensil pada kalimat tertentu, tanda tanya, dan tanda semisalnya. Sepertinya, sifatnya bukan sebagai highlight atau quote yang berkesan, tapi bagian yang perlu ditanyakan atau belum dipahami. 

khasyyah itu bisa diterjemahkan takut, tapi maknanya bukan cuma takut, jadi tetap ditulis setelah kata takut. 

Rasanya... jadi nostalgia, saat melihat tulisan kepemilikan, alamat yang tertera, oh.. aku beli buku ini pas aku tinggal di sana. Trus saat menemukan pembatas buku dari Yaquut, ada CP-nya, membuatku bertanya itu nomernya siapa ya? Masih bisa dikontakkah? Atau sudah tidak aktif? Apa itu nomer temenku? *Ga sampai cek kontak di hp sih, cuma bertanya-tanya aja.

Saat liat jejak pensil, dibuat kagum juga, sama rencana Allah, terhibur sendiri. Seolah, Allah memang merancangnya begitu, belinya saat itu, baca sebagian saat itu, lalu mulai membaca lagi saat ini. Kata-kata yang tadinya asing, sekarang aku sudah sedikit tahu artinya. Kalimat yang tadinya tidak aku pahami, sekarang cukup aku pahami. Alhamdulillah. Nikmat mana lagi yang kita dustakan? (':


Satu lagi, tiba-tiba ingin menyebut buku ini bak harta karun memori. Saat sekali lagi kutemukan pembatas buku, ukurannya kecil, tulisan yang tertera juga hampir tak terbaca. Membuatku tersenyum saat kemudian mengenali, kalau itu dari Annisaa Gamais.

***

Aku tahu.. harusnya fokus pada isi bukunya. Tapi aku tidak bisa menutupi perasaan tak deskripsikan, menimbulkan senyum, membuatku ingin menuliskannya. 

Waktu yang tidak genap sewindu itu, meski terdapat penyesalan di sana sini, sungguh penyesalannya semata karena dosa dan kesalahan diri. Selain itu, aku bersyukur atas setiap memori dan kenangan. Buku itu, buku bersampul keras *hard cover hahaa.. puitisnya gagal. Buku itu.. buku bersampul biru itu berhasil membuat hatiku ikut biru, bukan biru dalam bahasa inggris yang sering menjadi konotasi rasa sedih. Tapi biru, seperti birunya langit yang membuat ujung bibir kita refleks naik, melengkungkan senyum. Seperti birunya air lautan, tenang, namun berisi begitu banyak rahasia di dalamnya. 


Aku tahu.. harusnya fokus pada isi bukunya. Tapi.. izinkan aku menuliskan ini. Nanti, in syaa Allah aku tuliskan juga cuplikan isi bukunya.

Allahua'lam. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya