Follow Me

Sunday, June 17, 2012

Kritik Yang Keriting

Bismillah..
"Prinsipnya gini, no one's can read what in your mind." kata seorang pengisi materi di sebuah Team Building Training.

 Mengkritik dan dikritik menurutku merupakan hal yang sama-sama tidak enak untuk dilakukan. Well, mungkin kebanyakan orang beranggapan bahwa mengkritik lebih mudah dari pada harus dikritik. Hal ini karena mereka menyandarkan bahwa menyalahkan orang lain, lebih mudah daripada berintropeksi diri.

Memberikan sebuah kritik itu diperlukan. Bagi mereka yang sungkan, atau takut justru membuat ia (yang dikritik) tersinggung, coba ingat lagi prinsip di atas. Dalam hidup ini, memang diperlukan keterbukaan dan kejujuran. Selain prinsip di atas, satu hal lagi yang jangan sampai dilupakan : niat. Ya, niatkan apa yang ingin kau ungkapkan (baca: kritik) adalah untuk membuat ia yang kau kritik menjadi pribadi yang lebih baik. Terus ingatkan diri, bahwa tujuan kita mengkritik, menegur, memberi saran padanya..bukanlah untuk merendahkan ia, atau membuat ia sakit hati. Tidak. Kita hanya ingin jujur dan berharap kejujuran yang kita ungkapkan membuat ia menjadi lebih baik.

Lalu bagaimana dengan ia yang suka kritik tapi tak memberi solusi? Bukankah itu sama saja ia lempar batu sembunyi tangan? -.- Untuk masalah di atas, ada dua opini dari ku:

1. Point of view sebagai pengkritik (*pengkritik atau pengritik sih?). Pelajaran yang harus kita ambil adalah think before say. Kita memang harus terbuka dan jujur, tapi sebaiknya dipikirkan juga solusi dari kritik yang akan kita sampaikan. Sehingga nantinya, tujuan kita mengkritik orang tersebut juga lebih cepat terwujud (baca: ia yang kita kritik berubah menjadi lebih baik). Contohnya nih.. jangan hanya berkata "kamu tuh, orangnya suka banget sih menyendiri. Ansos banget" (1), tapi juga tambahkan "temen-temen baik semua kok, nggak ada yang nggigit" :P (2). Well bisa dirasakan sendiri kan.. jika hanya kalimat (1) yang diucapkan, kritik tadi kejam kali rasanya. Tapi, dengan kalimat (2).. insya Allah yang dikritik nggak tersinggung.

2. Point of view sebagai yang dikritik. Berhusnudzonlah pada ia yang mengkritik tanpa memberi solusi. Mungkin menurut ia (baca: yang mengkritik kita), kita bisa menemukan dan memetakan sendiri solusi atas kritik yang ia beri. Mungkin, ia bermaksud membuat kita lebih bijak dan lebih dewasa.. karena diharuskan memikirkan solusinya sendiri.

Talking about critique.. hal yang susah aja (*kalo susah banget mah.. :P) adalah menerima kritikan dari orang lain. Menurutku, ada dua tipe tanggapan kurang pas yang sering muncul terhadap kritikan yang ditujukan padanya. Yang pertama ia tersinggung, dan yang kedua ia tak peduli (baca: acuh). Yang pertama, mungkin hadir karena perasaan dan pikiran negatif. Merasa si pengkritik iri lah, merasa si pengkritik kejam lah, dll. Sedangkan yang kedua, hadir karena keras kepala dan antipati. Merasa tidak ada yang salah terhadap hal yang dikritik pada dirinya. Gampangnya gini, jika orang pertama dan orang kedua dikritik.. maka jawaban mereka adalah :
(1) "Maksudnya apa loh, mentang-mentang dia itu pendiem, lantas gue yang cerewet jadi di salah-salahin?"
(2) "Gue emang dari sono-nya gampang naik darah, so what?"


Kritik. Dikritik. Mengkritik. :) Memiliki seninya masing-masing. Maka jika kita dikritik, berterimakasih-lah pada si pengkritik, karena kita tak bisa melihat wajah kita sendiri tanpa bantuan cermin (*orang lain). Maka jika kita menjadi pengkritik, jadilah pengkritik yang baik.. jangan ragu untuk jujur, karen niat kita baik^^ tapi juga jangan asal ngomong, harus dipikirkan dahulu redaksinya agar tidak menyinggung, agar tak sekedar lempar batu sembunyi tangan.

Wallahu'alam

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya