Bismillah..
"Show, do not tell.." ujarmu dengan ringan. Dan aku di sini mendengus dalam hati. Mudah sekali perkataan itu kau ucapkan. Kau tidak tahu betapa aku terbata-bata untuk sekedar menceritakannya. Sekarang kau minta aku untuk menunjukkannya? Bagaimana caranya?
-.-
Kesal, sebel, pundung, marah.. dan perasaan tak mengenakkan ini menyelubungiku. Jujur, aku merasa tertekan ketika seseorang memintaku untuk berkaidah baik dalam menulis (baca: show not tell). Aku memang masih dalam tahap belajar, ibaratnya nih.. berjalan saja aku masih tertitah-titah, masa aku disuruh untuk berlari?
Hohoho :)
Sedang ingin berbagi motivasi. Lagi. Tentang menulis.
Let me tell you a little bit, tentang kaidah menulis 'show not tell'.
Show not tell
Dalam sebuah tulisan, jika kita ingin mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain yang harus kita lakukan adalah dengan menunjukkannya, bukan menceritakannya.
Contoh, jika kita ingin menggambarkan kecantikan sebuah pemandangan, jangan tulis 'Pemandangannya indah banget! Indaaah!!'. Pembaca hanya bisa membaca subjektifitasmu, tak bisa benar-benar setuju, kalau pemandangannya indah. Yang harus kau tulis adalah seperti ini 'Sejauh pandangan kau layangkan, yang kau akan temukan adalah hijaunya perkebunan dan birunya langit.'
Gimana, terasakah bedanya? Yang pertama adalah 'tell', yang kedua 'show'.
Show not tell
Terkesan mudah dilakukan, tapi pada praktiknya.. (*terutama bagi pemula macam saya), kaidah ini sulit untuk dilakukan. Seringkali tak sadarkan diri, bahwa yang kita tulis semuanya hanya cerita demi cerita.
Pertanda paling jelas dari perbedaan 'tell' dan 'show' sebenarnya ada pada kata yang digunakan. Jika pada 'tell' akan muncul banyak kata sifat yang bersifat relatif, maka pada 'show' ditemukan kata kerja. Nggak percaya? Let me tell some example:
Kata Sifat (Tell) - Kata Kerja (show)
1. Kuat - Ia mampu mengangkat dua karung beras seberat 1 kuintal
2. Alim - Setiap senin-kamis, ia berpuasa.
3. Lucu - pipinya tembam, dan jalannya seperti donal bebek
4. Sempit - dua mobil tak akan bisa sekaligus melintas di jalan ini
5. dst - dst
Show not tell
Percaya nggak? Bahkan Allah memakai kaidah ini untuk menggambarkan Surga dan Neraka. Juga untuk menggambarkan cantiknya bidadari.
Coba aja tengok QS 66 Al-Waqiah :
27. dan golongan kanan, Alangkah
bahagianya golongan kanan itu.
28. berada di antara pohon bidara
yang tak berduri,
29. dan pohon pisang yang
bersusun-susun (buahnya),
30. dan naungan yang terbentang
luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,
33. yang tidak berhenti (berbuah)
dan tidak terlarang mengambilnya.
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi
empuk.
Show not tell
Kembali lagi ke paragraf paling awal. Tapi kan, show not tell nggak mudah! Aku masih belajar, dan bla-bla-bla. Ada banyak alasan kawan, ya.. banyak banget alasan untuk menyerah. Kenapa? Karena fokus kita pada "Bisa tapi Sulit". Coba deh kita ubah menjadi "Sulit tapi Bisa"? Seriusan.. ya emang tidak mudah menerapkan show not tell, emang bukan barang yang dengan cepat bisa kita kuasai. Tapi, kita bisa kan? Bisa kan?
Masih ingat waktu kita belajar berjalan? Awalnya kita memang tertitah-titah, di bimbing oleh Ibunda yang tanpa lelah, keluh dan kesah mengikuti langkah kaki kita. Awalnya memang kita tertitah-titah, belum stabil.. belum menapak dengan sempurna. Tapi ingat tidak? Dulu, Ibunda atau Ayah kita terkadang menjauh dari kita.. untuk membiarkan kita mendekat, perlahan, kepada mereka. Ingatkah? Awalnya kita tertitah dalam melangkah, tapi bukankah saat itu.. tak jarang pula kita segera berlari, menyambut peluk Ayah dan Bunda?
Kita memang masih terbata dalam menulis, masih belum terbiasa dengan kaidah 'show not tell'. Tapi, nanti.. saat kita terus menerus melatih diri untuk menunjukkan 'show' dan bukan menceritakan 'tell', pasti kita BISA!
*image taken from this
Wallahu'alam.
wah dapet darimana bel ilmunya? share2 dong, an jg lagi nulis2 nih, jzk ya
ReplyDeleteDari baca buku, diskusi sama yang hobi nulis..^^ dari mana aja bisa kok dapet ilmu nulis. hehe
ReplyDeleteAamiin. Semangat nulis yaa :))
buku apa bel?
ReplyDeleteAku lupa dari buku apa. Setauku, tentang 'show not tell' udah banyak yang mbahas. Writing Donuts (http://sweetvioletta.blogspot.com/2011/11/ketika-kelezatan-donat-tak-hanya.html), dari bukunya Salim A Fillah juga ada deh kayanya.
ReplyDelete