Bismillah.
Malu-malu, kucing yang berada dibalik selimut itu, menyembulkan kepalanya. Aku mengusap kepalanya pelan, bulu lembutnya membuat tanganku nyaman untuk terus mengelus kepalanya.
"Rina..." suara Mamah terdengar dari balik pintu. Ketukan pelan kemudian terdengar. Aku bergegas menuju pintu dan membukakan pintu. "Ada apa ma?" tanyaku. Kemudian dengan wajah khawatir, mamah memberitahukanku bahwa makan malam telah siap.
Ia mungkin heran, karena dari siang hingga waktu makan malam, aku belum juga beranjak dari kamarku.
Mama melangkahkan kaki masuk dan sejenak memeriksa kamarku. Aku berusaha untuk kalem, "jangan panik" bisikku dalam hati.
Pussy, kucing itu kini telah kembali menyembunyikan lagi kepalanya. Ia tampaknya begitu nyaman berada di balik selimut biru muda itu. Sehingga ia hanya menyembulkan kepalanya sesekali saja. Seolah ia tahu apa mauku, agar tak banyak orang yang tahu tentangnya.
"Mama tunggu di bawah ya," ucap Mama setelah merasa tidak ada yg aneh dari kamarku. Setelah merasa aman, aku kemudian mendekat ke selimut biru, menyapa Pussy sejenak. Memberitahunya bahwa aku akan pergi sebentar untuk makan malam. Mendengar suaraku, kepalanya kembali menyembul keluar selimut.
Aku tersenyum melihat wajah kawaii kucing itu. Kemudian bergumam kecil dalam hati,
"aku juga seperti kamu, lebih nyaman berada di balik hijab.
muncul sewaktu-waktu saja. tak ingin semua orang tahu keberadaanku."
Mataku memanas. Ku gelengkan kepalaku cukup keras, mencoba mencegah bulir itu jatuh lagi. "Rina tidak boleh cengeng. Kondisinya memang tidak ideal, jangan mengeluh.."
Tap tap. Aku meninggalkan Pussy di kamar. Menuruni tangga dan tersenyum ketika melihat semua sudah siap di meja makan menungguku. Mama, Papah, Kakak dan Adik. Kemudian bersenandung pelan tanpa nada, "jika pun kondisinya tidak ideal, aku percaya Allah akan menjagaku".
#fiksiku
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya