Kita mengutuk! Tapi apakah kita sudah pernah mencoba memahami muda-mudi saat ini? Mencoba berkomunikasi dengan dunia mereka? Berbicara dengan bahasa mereka? Facebook? Twitter? Instagram? Social media? Digital media? Menelisik apa yang terjadi dengan mereka? Sudikah kita merangkul mereka yang tersunyi dari agama mereka sendiri? Sebagian kita lebih suka menyisihkan diri, bersembunyi dalam lingkungan privasi. Enggan membaur, merangkul. Kita lebih suka membuat garis demarkasi dengan saudara sendiri. Kita dengan ayat, mereka dengan pandangan hidup barat. Habis perkara!
Awalnya, ditunjukkan oleh seorang teman. "klo mnrtku menohok sekali," begitu ungkapnya. Dan setelah dibaca. Yes it's true. Menohok. Jleb.(diambil dari sini)
Terutama membaca tulisan bagian bawah kutipan, ijinkan aku menuliskan ulang (bukan hasil paste) :
Sebagian kita lebih suka menyisihkan diri, bersembunyi dalam lingkungan privasi.
Enggan membaur, merangkul.
Kita lebih suka membuat garis demakarsi dengan saudara sendiri.
Kita dengan ayat, mereka dengan pandangan hidup barat.
Habis perkara!
***
Baru-baru ini. Aku memberanikan diri untuk lebih mendekat ke angkatan. Walau tadinya meragu, namun karena hal tertentu, akhirnya mendaftar dan mengikuti kepanitiaan ospek jurusan. Dan yang kurasakan? Well. Ada banyak hal yang aku pelajari. Namun juga banyak hal, yang membuatku ingin melangkah mundur, dan kembali menjauh.
Kalau mau jujur, membaca kutipan pembuka
tulisan ini. Memang hati merasa tertohok Jleb. Tapi jujur, rasa
tertohok itu ternyata masih belum bisa melunakkan kepalaku. I mean, I'm
still me. Si Keras Kepala.Jujur, aku masih bertanya-tanya,
mempertanyakan..
Apalagi membaca tulisan tentang ikhtilat di sebuah grup. Ijinkan kukutip sebagian :
Jika boleh. Aku ingin beralibi. Karena kami muslimah. Sungguh, kami tidak bermaksud menjauh dari saudari-saudari kami.. yang belum menutup auratnya dengan baik. Sungguh, kami tidak bermaksud menyisihkan diri, dari saudari-saudari kami, yang masih belum tahu -atau tidak mau tahu- tentang bagaimana Islam mengatur interaksi lawan jenis. Sungguh... yang kami hindari adalah keluar dari 'hijaab'. Dan ikhtilat yang hampir tidak mungkin dihindari, tidak bolehkah kami lari darinya? Dengan cara tidak hadir pada forum-forum dimana kami harus terjebak pada situasi yang tidak kami sukai. Tidak bolehkah?
Dan kalau sudah sampai pada pertanyaan itu. Kemudian aku mulai menyalah-nyalahkan orang lain. Allah.. Ampuni aku. Yang masih mempertanyakan keberadaan "mereka".
***
Aku... aku........ aku tidak tahu harus menulis apa lagi. Dua ide tersebut berperang di hati dan pikiranku. Aku tahu, aku tidak bisa terus berada di zona nyaman. Apalagi mengingat kalimat ini :
Kita lebih suka membuat garis demakarsi dengan saudara sendiri.
Kita dengan ayat, mereka dengan pandangan hidup barat.
Habis perkara!
Tapi aku.. ijinkan aku tetap memilih untuk pergi dan menjauh. Bersembunyi di balik hijab. Layaknya fitrah seorang muslimah. Layaknya fitrah seorang muslimah.
Jangan usik aku. Jika ditengah perjalananku mencoba merangkul saudari-saudariku. Jangan usik aku. Jika ditengah-tengah, aku kemudian menghilang. Susah dihubungi. Bersembunyi entah dimana. Anggap saja di saat-saat itu. Aku sedang mencoba menetralkan lagi hatiku. Karena sungguh, mendustai fitrah itu adalah luka tak berperi. Dan hanya Allah yang dapat mengobatinya.
Tak pernah bosan mengutip quote yang satu ini :
“Wanita sholeha itu tidak suka mengenali dan dikenali,
Tidak suka memandang dan dipandang,
Di bibirnya tidak meniti nama-nama lelaki,
Dan di bibir lelaki tidak meniti namanya”
Tidak suka memandang dan dipandang,
Di bibirnya tidak meniti nama-nama lelaki,
Dan di bibir lelaki tidak meniti namanya”
Allahua'lam bishowab.
belum baca.. masih dipinjem Rahayu. hiks.
ReplyDeleteiya kok na. aku juga gak maksain ada di porsi yang harusnya diambil sama ikhwan.
in syaa Allah. semester depan. fokus dakwah ke muslimah. Dakwah ke muslim? itu tanggung jawab ikhwan. Kita cuma bantu2 aja dari belakang.
uhibbuki fillah..
kontak personal itu paling efektif dalam da'wah, insyaa Allah.
ReplyDeletejazaakillah khair, sudah berbagi, bella. ^^
yang penting, dlm berda'wah jgn smpai kita menggunakan perasaan kita, krn nantinya bila ditolak akn terasa sakit (nasihatin diri sendiri juga hehe)
kalau niat kita benar ridwanullah, insyaa Allah apapun kata orang nantinya, kita ttap tenang hatinya, krn artinya bila banyak opini bermunculan itu tanda kita telah menyampaikan. semangat, ukhtiy.. :D
-someone you've tagged :3
setuju bgt.. kontak personal alias dakwah fardiyah, emang paling efektif. makasih udah ngingetin.
ReplyDeleteoke.. makasih juga untuk nasihatnya. kalo yg ini kayanya rada sulit diterapin. soalnya kau urusan dakwah, atau urusan apapun.. hampir nggak bisa nggak pake hati. pasti pake sih (*maklum,aku emg sensitif pisan)
-someone who tags you- hehe *senyumlebar