-muhasabah diri, catatan liburan-
Bismillah..
Ceritanya, ingin
membuat serial catatan liburan. Sekedar mencoba merekam momen dan ibrah dalam
tulisan. Agar meski diri pelupa, entah beberapa tahun lagi.. Diri masih bisa
tersenyum simpul, atau sedikit terisak. Merasakan manisnya ibrah yang selalu
Allah coba berikan di setiap detik yang kita lewatkan. Meski terkadang, kita
tak bisa menerjemahkannya dalam bahasa. Meski terkadang, kita lebih suka
mengeluh. Kita? Plak. Maksudku diri.
***
Untuk catatan kali
ini, ijinkan aku mencoba mengurai hikmah. Dari salah satu pelajaran, yang
kupetik saat Training For Trainer SSDK (Strategi Sukses di Kampus).
Bahwa komunikasi yang efektif itu, adalah komunikasi
dua arah.
Jika dua orang yang
berjarak 20 meter, yang satu bisa berjalan dengan kecepatan 2 meter/ menit, dan
yang lain 3 meter/menit. Yang mana yang lebih cepat, jika mereka ingin
berkomunikasi(menyampaikan pesan)?
Jika ini hanya
tentang perhitungan, maka jawabannya adalah, lebih cepat jika ia yang berjalan
3 meter/menit-lah yang mendekat. Namun ini.. bukan cuma tentang matematika.
Maka jawabannya adalah, lebih cepat.. Jika mereka sama-sama mendekat. Bukan yang satu
menunggu, kemudian yang lain mendekat. Bukan yang satu bicara, dan yang lain
mendengar. Melainkan sama-sama berusaha untuk mendekat. Jika ada perbedaan,
masing-masing mencoba mengerti dan mau berubah meski perlahan.
Tidak akan terjalin
komunikasi yang efektif. Jika kita terus menuntut orang lain yang mendekat.
Tidak akan terjalin komunikasi yang efektif, jika terus memaksa orang lain
untuk mengerti diri tanpa mau berubah.
Dan bicara tentang komunikasi yang efektif...
Begitu pula komunikasi kita dengan
Allah. Jangan sampai, hanya Allah saja yang aktif memberikan rahmatnya kepada
kita. Menunjukkan kepada kita kebesarannya dan kasih sayangnya. Seharusnya,
kita juga aktif mentadabburi ayatnya, baik yang kauniyah maupun qauliyah.
Seharusnya, kita juga aktif mensyukuri nikmat darinya, mencoba menghitung, meski kita tahu kita
tidak mungkin bisa. Setidaknya, dengan mencoba menghitung, kita kemudian
tersadar bahwa diri masih harus banyak bersyukur.
Bahwa mengelola sebuah hubungan itu : penting!
Apa sih, pentingnya
menjaga hubungan pertemanan. Dengan ia, yang dulu pernah duduk di SD yang sama
dengan kita? Apa sih, pentingnya
menjaga hubungan pertetanggaan (eh?). Dengan ia, yang rumahnya dulu
pernah bersebelahan dengan rumah kita?
Apa ya, pentingnya? Apa? Sebenernya yang nulis ini juga bukan tipe orang yang "oke" dalam mengelola hubungan. Tapi beneran deh. Mungkin kesannya sepele dan nggak perlu banget yang namanya mengelola hubungan. Tapi beneran deh. Coba aja.. tetep berusaha in touch dengan mereka yang dulu pernah berhubungan denganmu dan sekarang sudah terpisah jarak dan waktu. Sesekali cobalah menyapa terlebih dulu. Bertanya kabar, sharing cerita.. Atau bisa juga dengan share tulisan misalnya (eh?).
Aku sendiri awalnya meragu. Enggan harus berlagak sok ramah. Itu memang bukan tipeku banget sih. Tapi akhirnya aku mencoba, dan hasilnya.. Ada rasanya... indah. Ada rasa damai dan perasaan tak bernama. Mungkin ini yang Allah gambarkan lewat ayatnya, tentang ukhuwah sesama muslim. Indah... You'll never feel it, if you don't try. Coba kembali kelola hubungan kita dengan orang lain. Yang masih kusut, coba kembali luruskan. Minta maaf, memaafkan. Hingga akhirnya tidak ada salah satu dari kalian yang merasakan pahit.
Dan bicara tentang mengelola hubungan...
Begitu pula hubungan kita dengan
Allah. Jangan sampai, kita terlalu sibuk mengelola hubungan dengan manusia sampai melupakan hubungan kita denganNya. Apalagi kalau mau kita telusuri... kalau mau kita jujur... kita akan menemukan, adalah benar bahwa ukhuwah itu buah iman. Maka saat hubungan kita dengan manusia kacau balau kusut bundet, ah.. itu pasti karena iman kita yang sedang sakit. Ah... rasanya tidak ingin meneruskan paragraf ini. Jujur, takut sekali pada ancamanNya di surat As Shaff. Karena diri, sungguh masih nggak ada apa-apanya tentang mengelola hubungan dengan Allah. Ya Ghoffur.. ampuni hamba..
Wallahua'lam.Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi ‘ala Diinik
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya