Baca bagian 1 | bagian 2
***
Nah sebelum bahas ayat 184.. Ada bagian dari ayat 183 yang belum dibahas. Allah di ayat 183 menyatakan bahwa tujuan diperintahkan puasa adalah supaya kita bertakwa.
Jadi menurut Ustadz Nouman Ali Khan, penting banget untuk mengecek ulang tujuan kita shaum. Benarkah supaya bertakwa? Atau cuma nahan haus dan lapar?
Di sini Ustadz Nouman kasih analogi lagi dengan orang yang latihan militer. Misal nih.. disuruh naik ngelewatin pagar setinggi dua meter, 10 kali keliling.. Ada 2 orang. Yang pertama beneran ngelewatin pagar dengan cara naik terus turun. Yang kedua, dia cuma muterin itu pagar. ga naik sama sekali sampe 10 kali cuma ngindarin. Orang kedua mungkin ngerasa sama aja. Yang penting kan sampe finish. Tapi sebenernya ga sama, karena tujuannya ga kecapai. Misal nih di medan perang yang asli ada tebing yang harus di daki orang militer. Siapa yang beneran bisa ngelewati tebing? Orang pertama atau kedua?
Begitu juga dengan puasa. Ada yang shaum-nya asal nyampe 30 hari. Ada juga yang bener-bener ngelatih hatinya menolak semua permintaan tubuhnya. Baik perut yang minta dikasih makan, juga lisan yang pengen ngegunjing orang, juga mata, telinga, dll..
Ini adalah salah satu pembeda kita dari Bani Israil, setelah kiblat yang dipindah ke Ka'bah. Dulu Bani Israil dkk (dan kaum sebelumnya) cuma diwajibin puasa kurang dari 10 hari. Ayat 184 berawal dengan frase "ayyamamma'dudat", yang kata ustadz Nouman dari segi bahasa artinya less than 10 days. Ma'dudat yang artinya kurang dari 10, sekitar 9 hari atau kurang dari itu.
Jadi ayat 184 menceritakan tentang puasa sebelum syariat bulan Ramadhan turun. Singkatnya dari ayat ini kita tahu 2 hal: (1) Puasanya kurang dari 10 hari , (2) Jika melewatkannya (karena sakit, diperjalanan, dll) boleh milih dua cara untk menggantinya: (a) mengganti dengan puasa qadha (b) mengganti dengan memberi makan org miskin. Dua-duanya boleh dipilih oleh yang melewatkan puasa. Tapi Allah menekankan bahwa pilihan pertama (a) lebih baik daripada pilihan kedua.
Jadi surat 183 tuh ngingetin kita lagi tentang tujuan puasa dan kewajiban puasa bagi kaum sebelum islam. Ayat 184 tentang puasa bagi kaum sebelum, yang kurang dari 10 hari dan ada 2 cara ganti kalau ga ngerjain karena sakit, dll. Ayat 185 baru tentang Ramadhan. Ini yang kemarin sering disebut bahwa Allah berfirman tentang Ramadhan cuma sekali. Ya. Cuma sekali yaitu di ayat ini.
Ayat 185 berawal dengan frase "syahru ramadhan" bulan Ramadhan. Ini adalah salah satu pembeda kita dari Bani israil, setelah kiblat yang dipindah ke Ka'bah. Syahru ramadhan, kita udah diminta puasa di bulan Ramadhan. Bukan lagi puasa di ayyamamma'dudaat.
Jadi menurut Ustadz Nouman Ali Khan, penting banget untuk mengecek ulang tujuan kita shaum. Benarkah supaya bertakwa? Atau cuma nahan haus dan lapar?
Di sini Ustadz Nouman kasih analogi lagi dengan orang yang latihan militer. Misal nih.. disuruh naik ngelewatin pagar setinggi dua meter, 10 kali keliling.. Ada 2 orang. Yang pertama beneran ngelewatin pagar dengan cara naik terus turun. Yang kedua, dia cuma muterin itu pagar. ga naik sama sekali sampe 10 kali cuma ngindarin. Orang kedua mungkin ngerasa sama aja. Yang penting kan sampe finish. Tapi sebenernya ga sama, karena tujuannya ga kecapai. Misal nih di medan perang yang asli ada tebing yang harus di daki orang militer. Siapa yang beneran bisa ngelewati tebing? Orang pertama atau kedua?
Begitu juga dengan puasa. Ada yang shaum-nya asal nyampe 30 hari. Ada juga yang bener-bener ngelatih hatinya menolak semua permintaan tubuhnya. Baik perut yang minta dikasih makan, juga lisan yang pengen ngegunjing orang, juga mata, telinga, dll..
Ini adalah salah satu pembeda kita dari Bani Israil, setelah kiblat yang dipindah ke Ka'bah. Dulu Bani Israil dkk (dan kaum sebelumnya) cuma diwajibin puasa kurang dari 10 hari. Ayat 184 berawal dengan frase "ayyamamma'dudat", yang kata ustadz Nouman dari segi bahasa artinya less than 10 days. Ma'dudat yang artinya kurang dari 10, sekitar 9 hari atau kurang dari itu.
Jadi ayat 184 menceritakan tentang puasa sebelum syariat bulan Ramadhan turun. Singkatnya dari ayat ini kita tahu 2 hal: (1) Puasanya kurang dari 10 hari , (2) Jika melewatkannya (karena sakit, diperjalanan, dll) boleh milih dua cara untk menggantinya: (a) mengganti dengan puasa qadha (b) mengganti dengan memberi makan org miskin. Dua-duanya boleh dipilih oleh yang melewatkan puasa. Tapi Allah menekankan bahwa pilihan pertama (a) lebih baik daripada pilihan kedua.
Jadi surat 183 tuh ngingetin kita lagi tentang tujuan puasa dan kewajiban puasa bagi kaum sebelum islam. Ayat 184 tentang puasa bagi kaum sebelum, yang kurang dari 10 hari dan ada 2 cara ganti kalau ga ngerjain karena sakit, dll. Ayat 185 baru tentang Ramadhan. Ini yang kemarin sering disebut bahwa Allah berfirman tentang Ramadhan cuma sekali. Ya. Cuma sekali yaitu di ayat ini.
Ayat 185 berawal dengan frase "syahru ramadhan" bulan Ramadhan. Ini adalah salah satu pembeda kita dari Bani israil, setelah kiblat yang dipindah ke Ka'bah. Syahru ramadhan, kita udah diminta puasa di bulan Ramadhan. Bukan lagi puasa di ayyamamma'dudaat.
Setelah syahru ramadhan kalimat apa? Alladzi unzila fihil quran.. di bulan ini diturunkan Al Quran.
Apa yang kita inget pertama kali saat mendengar kata Bulan Ramadhan? Kita inget ifthaar, inget kolak pisang, dll. Atau minimal kita inget bulan ramadhan itu bulan puasa. Tapi kata apa yang Allah gandengkan dengan Ramadhan? Quran.
Ada yang masih inget pemindahan kiblat seolah-olah kita sebagai kaum baru punya apa? Seolah kita punya ibukota baru.. Dan Al Quran, seolah kita punya konstitusi sendiri. Semacem UUD atau Pancasila gitu.. Jadi kalau kata Ustadz Nouman.. ayat ini bener-bener memisahkan kita dari yahudi. Karena kita punya kiblat yang berbeda dengan mereka, dan kita punya konstitusi sendiri. Rasul sudah punya syariah sendiri.
Di sini kata ustadz Nouman, yang membuat orang-orang yahudi di Madinah kesel. Berarti sekarang mereka ga bisa pura-pura ga mengakui kenabian Muhammad shalallahu 'alaihi wassallam. Karena syariatnya udah beda. Mereka akhirnya harus memilih masuk islam, shalat menghadap Ka'bah dan shaum di bulan Ramadhan.
Jadi bulan Ramadhan ini bulan Quran. Bukan bulan puasa. Karena Allah menggandengkan Ramadhan dengan Quran. Bukan syahru ramadhan alladzi kutiba fihis shiyam.. Atau dengan kata lain. Menurut ustadz Nouman, kalau di negara lain ada hari merayakan kelahiran konstitusi mereka. Allah ngasih kita perayaan 1 bulan karena turunnya Al Quran.
Alladzi unzila fihil quran... huda linnas. Petunjuk bagi seluruh manusia.
Again, ini menurut ustadz Nouman is a slap in the face. Kaya tamparan sekali lagi untuk bani israil. Kenapa? Karena Bani Israil mengira bahwa wahyu (revelation) cuma buat mereka, cuma untuk anak Israil (Ishaq). Tapi Allah menegaskan di sini.. Al Quran ini petunjuk bagi semua manusia. Bukan cuma untuk Bani Israil, bukan cuma untuk Bani Ibrahim, bukan cuma untuk orang arab. Tapi untuk semua manusia..
Bagian ayat ini... huda linnass.. mengingatkan kita bahwa ga boleh ada yang namanya rasisme, perasaan suku A lebih baik dr suku B, warna kulit X lebih baik dr warna kulit Y, bahasa C lebih baik dari bahasa D, dst. Mungkin kita ga sadar.. tapi kenyataannya perasaan itu kadang terselip.
Apa yang kita inget pertama kali saat mendengar kata Bulan Ramadhan? Kita inget ifthaar, inget kolak pisang, dll. Atau minimal kita inget bulan ramadhan itu bulan puasa. Tapi kata apa yang Allah gandengkan dengan Ramadhan? Quran.
Ada yang masih inget pemindahan kiblat seolah-olah kita sebagai kaum baru punya apa? Seolah kita punya ibukota baru.. Dan Al Quran, seolah kita punya konstitusi sendiri. Semacem UUD atau Pancasila gitu.. Jadi kalau kata Ustadz Nouman.. ayat ini bener-bener memisahkan kita dari yahudi. Karena kita punya kiblat yang berbeda dengan mereka, dan kita punya konstitusi sendiri. Rasul sudah punya syariah sendiri.
Di sini kata ustadz Nouman, yang membuat orang-orang yahudi di Madinah kesel. Berarti sekarang mereka ga bisa pura-pura ga mengakui kenabian Muhammad shalallahu 'alaihi wassallam. Karena syariatnya udah beda. Mereka akhirnya harus memilih masuk islam, shalat menghadap Ka'bah dan shaum di bulan Ramadhan.
Jadi bulan Ramadhan ini bulan Quran. Bukan bulan puasa. Karena Allah menggandengkan Ramadhan dengan Quran. Bukan syahru ramadhan alladzi kutiba fihis shiyam.. Atau dengan kata lain. Menurut ustadz Nouman, kalau di negara lain ada hari merayakan kelahiran konstitusi mereka. Allah ngasih kita perayaan 1 bulan karena turunnya Al Quran.
Alladzi unzila fihil quran... huda linnas. Petunjuk bagi seluruh manusia.
Again, ini menurut ustadz Nouman is a slap in the face. Kaya tamparan sekali lagi untuk bani israil. Kenapa? Karena Bani Israil mengira bahwa wahyu (revelation) cuma buat mereka, cuma untuk anak Israil (Ishaq). Tapi Allah menegaskan di sini.. Al Quran ini petunjuk bagi semua manusia. Bukan cuma untuk Bani Israil, bukan cuma untuk Bani Ibrahim, bukan cuma untuk orang arab. Tapi untuk semua manusia..
Bagian ayat ini... huda linnass.. mengingatkan kita bahwa ga boleh ada yang namanya rasisme, perasaan suku A lebih baik dr suku B, warna kulit X lebih baik dr warna kulit Y, bahasa C lebih baik dari bahasa D, dst. Mungkin kita ga sadar.. tapi kenyataannya perasaan itu kadang terselip.
"Allah makes this guidance for all people. You know what that means? He made all human being equal, just by Quran, by the institution of shalat." - Nouman Ali KhanKita ga bisa jadi seorang rasis karena kita solat. Kita ga bisa ngerasa supremist karena kita shalat.. Kenapa? Karena saat kita berdiri bersama untk shalat, kita teringat saat Bilal radhiyallahu anhu berdiri di sebelah Utsman radhiyallahu anhu saat shalat.
Ustadz Nouman menekankan bagian ini karena beliau melihat ashabiyah (fanatisme) di kalangan muslim. Orang arab menertawakan (make fun) orang non arab. Orang bangladesh menertawakan orang pakistan. Orang pakistan menertawakan orang india. Orang indonesia menertawakan orang malaysia. Atau mungkin kalau liat di kalangan mahasiswa.. bisa liat ashabiyah tiap mahasiswa terhadap harakah mereka, organisasi dakwah mereka.
Disini.. saat bahas potongan ayat 185, "huda linnas". Ustadz Nouman ngingetin kita bahwa ada ikatan yang lebih kuat dari ikatan darah. Yaitu ikatan syahadat, laa ilaaha illaallah. Lewat syahadat, Al Quran mengikat kita. Lewat shalat, kita belajar, bahwa urutan orang berada di shaf bukan berdasarkan suku, atau harta. Karena bisa jadi ada bos yang shalat di belakang karyawannya. Dan karyawannya yang jadi imam.
Kalau istilah ustadz Nouman, coba pergi ke amerika, ada banyak gereja berdasarkan daerah, ras, kesamaan bahasa. Lalu coba masuk ke masjid di America. "You walk into masjid, it's an international converence again."
Karena disana pasti banyak orang yang shalat dalam satu shaff padahal mereka ga saling tahu bahasa masing-masing. Tapi al quran menyatukan mereka. Karena apa yang dibaca saat shalat? Al Quran.. They don't even speak each other's language, but they're praying together. The same Quran unifies us.
Atau kalau di Indonesia. Ibaratin aja orang-orang yang cuma bisa bahasa daerah mereka. Bertemu di masjid shalat bersama. Orang jawa, kalimantan, sumatra, dst. Mereka ga bisa saling bicara karena cuma bisa bahasa daerah. Tapi dengan shalat, Quran menyatukan kita.
Bersambung...
Allahua'lam.
***Disini.. saat bahas potongan ayat 185, "huda linnas". Ustadz Nouman ngingetin kita bahwa ada ikatan yang lebih kuat dari ikatan darah. Yaitu ikatan syahadat, laa ilaaha illaallah. Lewat syahadat, Al Quran mengikat kita. Lewat shalat, kita belajar, bahwa urutan orang berada di shaf bukan berdasarkan suku, atau harta. Karena bisa jadi ada bos yang shalat di belakang karyawannya. Dan karyawannya yang jadi imam.
Kalau istilah ustadz Nouman, coba pergi ke amerika, ada banyak gereja berdasarkan daerah, ras, kesamaan bahasa. Lalu coba masuk ke masjid di America. "You walk into masjid, it's an international converence again."
Karena disana pasti banyak orang yang shalat dalam satu shaff padahal mereka ga saling tahu bahasa masing-masing. Tapi al quran menyatukan mereka. Karena apa yang dibaca saat shalat? Al Quran.. They don't even speak each other's language, but they're praying together. The same Quran unifies us.
Atau kalau di Indonesia. Ibaratin aja orang-orang yang cuma bisa bahasa daerah mereka. Bertemu di masjid shalat bersama. Orang jawa, kalimantan, sumatra, dst. Mereka ga bisa saling bicara karena cuma bisa bahasa daerah. Tapi dengan shalat, Quran menyatukan kita.
Bersambung...
Allahua'lam.
#RamadhanInspiratif #Challange #Aksara
Baca Resume Month of Forgiveness Bagian 4 | Bagian 5 | Bagian 6
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya