Follow Me

Thursday, July 5, 2018

Proaktif: Fokus Pada Diri yang Bisa Kita Ubah

Bismillah.
#nukilbuku #buku

Sudah lama rasanya ga nulis nukil buku, sampai lupa... mau mulai dari mana? Let's start from proactive vs reactive, bedanya dimana?

Proaktif vs Reaktif

Beda proaktif dan reaktif ada di fokus. Orang-orang yang proaktif fokus bekerja di "lingkungan pengaruh"nya, daerah yang bisa ia ubah. Sedangkan orang-orang reaktif fokus di "lingkungan kepeduliaan", area yang tidak tersentuh pengaruhnya.

Contoh: you want to travel, climb a mountain or visit the beach. But you're busy with your work, you don't have enough money, you don't have friend and you don't know how to travel alone.

Orang-orang reaktif hanya akan berhenti di keluhan. Ya, mau gimana lagi. Susah deh traveling. Selesai. Setiap kali ada yang memberikan solusi, yang keluar dari lisannya excuse, excuse and another excuse. Orang reaktif seolah lupa, bahwa meski lingkungan kepedulian tidak bisa kita ubah, sebenarnya ada area yang bisa kita perbaiki, yang di sana kita bisa melakukan usaha untuk mengubahnya.

Orang-orang proaktif fokus pada apa yang bisa ia lakukan sekarang, ia membuat rencana, mencari waktu yang pas untuk cuti kerja, menghitung perkiraan budget yang dibutuhkan, menabung uang, dan bahkan mulai mencari teman yang mau diajak traveling dari rekan kerja atau orang-orang yang ada di sekitarnya. 

Itu cuma contoh kecil saja. Sebenarnya hampir di setiap situasi kita bisa melihat peluang menjadi reaktif atau menjadi proaktif. 
"Orang proaktif memfokuskan usahanya pada Lingkaran Pengaruh. Mereka membenahi hal-hal yang dapat mereka perbaiki. Sifat alamiah energi mereka adalah positif, memperbesar dan memperluas yang menyebabkan Lingkaran Pengaruh mereka membesar.
Di sisi lain, orang reaktif memfokuskan usahanya pada Lingkaran Kepedulian. Mereka berfokus pada kelemahan orang lain, permasalahan di lingkungan dan keadaan yang tidak dapat mereka kendalikan. Fokus mereka berujung pada sikap menyalahkan dan menuding, bahasa reaktif, serta meningkatnya perasaan menjadi korban. Energi negatif yang dihasilkan oleh fokus ini, digabungkan dengan ketidakpedulian terhadap hal-hal yang dapat mereka perbuat, menyebabkan Lingkaran Pengaruh mereka makin menciut atau mengecil.
- Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People

3 Kondisi, 1 Kutipan Doa

Masih di bab yang sama, disebutkan juga tiga jenis situasi. (1) Kondisi Kontrol Langsung, (2) Kondisi Kontrol Tidak Langsung dan (3) Kondisi Tanpa Kontrol. Yang pertama ada kondisi/situasi yang kamu punya kontrol langsung atasnya, misal kemampuan membaca quran masih belum lancar, kita punya kontrol langsung untuk bisa belajar dan memperbaikinya. Yang kedua, biasanya terkait dengan orang lain. Misal, kamu punya mertua yang super cerewet, kamu ga punya kontrol langsung, ga bisa serta merta minta ganti mertua hehe. Tapi ada jalan untuk bisa proaktif yaitu dengan mengubah perspektifmu, tetap jalani peran sebagai menantu yang baik. Yang ketiga, sesuatu yang ga bisa diubah, seperti masa lalu. 

Ditulis juga, sebuah kutipan yang mungkin sudah sering kita baca, sebuah doa.
"Tuhan, beri aku keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat dan seharusnya diubah, kedamaian untuk menerima hal-hal yang tidak dapat diubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya." - anonymous

Konsekuensi dan Sikap Proaktif terhadap Kesalahan

Yang termasuk dalam lingkaran kepedulian adalah konsekuensi dan kesalahan. Setiap pilihan kita terdapat konsekuensinya. Ibarat ujung tongkat, kita memilih ujung tongkat satu, pasti ada ujung tongkat lainnya.

Masih ingat ga, kalau setiap stimulus dan reaksi ada jeda, dan kita bebas untuk memilih apapun. Dengan proaktif, kita bisa memilih jalan yang kita suka, tapi bersama tiap pilihan hadir juga konsekuensi. Konsekuensi dari pilihan tidak selalu baik, ada yang buruk. Biasanya kalau konsekuensinya buruk, kita menamakan pilihan kita sebelumnya sebagai kesalahan. Dan setiap kesalahan, normalnya mengundang juga penyesalan.
"Pendekatan proaktif terhadap kesalahan adalah mengakuinya dengan cepat, memperbaiki dan belajar darinya. Hal ini benar-benar mengubah kegagalan menjadi kesuksesan."
 ....
"Namun, tidak mau mengakui kesalahan, tidak memperbaikinya dan belajar darinya, maka hal itu merupakan kesalahan dari urutan yang berbeda. Biasanya hal ini membuat orang menipu diri dan membenarkan diri sendiri, yang sering kali melibatkan rasionalisasi (kebohongan rasional) pada dirinya sendiri dan orang lain. Kesalahan kedua ini, tindakan menutup-nutupi, memberi kekuatan kepada kesalahan uang pertama, memberinya kepentingan yang tidak seimbang, dan menyebabkan cedera yang jauh lebih parah pada diri sendiri.
Bukan apa yang orang lain perbuat atau bahkan bukan pula kesalahan kita sendiri yang paling melukai kita, tetapi respons kita terhadal hal-hal itu. Mengejar ular berbisa yang menggigit kita hanya akan membuat racun bergerak lebih cepat ke seluruh sistem tubuh kita. Akan jauh lebih baik untuk mengambil tindakan darurat dengan segera mengeluarkan bisanya."
- Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People  
Bagian ini bagi saya, membuat saya berkaca pada masa lalu. Saat itu saya salah, tapi respons saya bukan segera mengakui dan memperbaikinya, justru membuat kebohongan rasional pada diri sendiri, dan orang lain. Masalah lain datang, bertumpuk, ibarat benang yang sudah kusut, jadi makin kusut, hingga aku kehabisan energi dan waktu untuk mengurainya. Hasilnya? Aku harus rela memotong benangnya dengan gunting, dan harus siap dengan konsekuensi keputusan itu.

Membuat dan Memenuhi Komitmen

Penutup kebiasaan pertama, adalah tentang komitmen. Menurut Covey, hal paling inti dari Lingkaran Pengaruh kita adalah kemampuan membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Bahkan ini juga bisa jadi inti pertumbuhan kita.
"Di sinilah kita menemukan dua cara untuk menempatkan diri kita sebagai pemegang kendali atas kehidupan kita dengan segera. Kita dapat membuat janji -  dan memenuhinya. Atau kita dapat menetapkan target - dan berupaya mencapainya. Saat kita membuat dan memenuhi komitmen, bahkan komitmen kecil, kita mulai membentuk integritas batin yang memberi kita kesadaran berupa kontrol diri, keberanian, dan kekuatan untuk menerima lebih banyak tanggung jawab atas kehidupan kita."
- Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People  
***

Terakhir, untukku, selamat belajar menjadi proaktif bell~

Allahua'lam

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya