Follow Me

Friday, January 27, 2017

LDR dan Deteksi Kebohongan

#blogwalking

Hari ini blog milik Mba Sinta Yudisia membahas tentang ilmu yang mungkin bisa jadi bekal nanti, di fase kehidupan selanjutnya. Dikutip, karena barangkali suatu saat butuh.
6. Jangan bawa emosi amat sangat saat online  
Percayalah, bahasa lisan dan tulisan itu bedaaaaaa jauuuuhhh! Jawab singkat bisa bermakna sejuta. 

 “Bisa ditelpon, Mas?”

Jawabnya : Y.

Hati sudah senewen. Sebelum dia disana selesai typing… maka kita sudah lebih dahulu mengirim : kok gitu jawabannya? Gak suka ditelpon ya?
- Sinta Yudisia, Bagaimana Merawat Cinta dalam LDR (Long Distance Relationship)
Sudah ingin komen rasanya di sini, bagaimana bahasa lisan dan tulisan amat berbeda berdasarkan pengalaman hehe. Tapi nanti aja di bawah, lanjut ke kutipan kedua tentang deteksi kebohongan *bukan topik TA #eh.

Teknik ini digunakan dalam salah satu buku feature tentang spionase karya Victor Ostrovsky. Cara merekrut orang yang tekun dan teliti serta tepat, adalah ketika orang itu dapat ditanya pada saat-saat terdesak dengan jawaban konsisten. Misal, nama saya Sinta dan harus menyamar menjadi Mona. Maka kemana-mana harus memakai nama Mona. Suatu saat, ada tim penyeleksi yang tau-tahu menabrak saya di mall, lalu barang saya berjatuhan.  Dalam kondisi gugup mereka akan bertanya :aduh maaf ya Mbak…sorry barangnya jatuhh. Mbak siapa ya…?
Begitu saya jawab “Sinta”, maka saya nggak akan lolos sebagai agen spionase. Orang-orang yang terlatih untuk “berbohong” akan spontan menyebut Mona. Dan itu melalui pelatihan bertahun-tahun, serta harus orang-orang bertalenta tertentu yagn dapat lolos seleksi tersebut, menurut Victor. Cara deteksi kebohongan seperti itu bisa dilakukan pada seseorang ketika diminta mengulang-ulang sebuah cerita. Akuratkah? Konsistenkah?
- Sinta Yudisia, 5 Cara Mengetahui Pasangan Berbohong
Oh ya, kalau penasaran sama tulisan lengkapnya, langsung aja ke link-link diatas ya.

***


Tentang ilmu merawat cinta dalam LDR, mungkin sudah bisa dipraktekan mulai sekarang, ke orang tua hehe. Bagaimana agar tetap harmonis, saling tukar kata-kata manis, kangen, dll. Alhamdulillah kalau yang marah-marah lewat komunikasi ga pernah, biasanya lebih suka dimarahin langsung kalau pas pulang hehe. Gapapa, namanya juga anak bandel, sekali-kali harus dinasihatin biar ga mengulangi kesalahan.

Oh ya, tentang bahasa tulisan yang beda dengan lisan, ini pengalaman waktu organisasi sih. Saya yang dulu sangat mudah sensi (sekarang masih kadang kambuh juga sih). Dulu.. ada organisasi yang hampir ga pernah rapat temu muka, cuma di grup saja, rapat temu muka bisa dihitung jari, sepertinya cuma 2-3 kali seingat saya. Di grup organisasi tersebut, saya sering tiba-tiba marah, karena salah paham, tidak membaca sesuai intonasi yang seharusnya atau karena pesan yang cuma di read tapi ga ada yang nge-reply. Hmm... dulu grup message fb udah punya teknologi itu.

Selain organisasi, saya juga sering salah baca pertanyaan/pernyataan orang lain di tulisan. Ga tahu, saya yang aneh, atau itu hal wajar. Contohnya saat SMA menuju pengumuman SNMPTN Undangan:
I: Kamu kalau undangan masuk, masih mau ikut tulis?
K: Kalau masuk, nggak kayanya
I: Loh kok gitu? Kan kita harus optimis..
K: (bingung, lalu menjelaskan ulang, kalau masuk SNMPTN undangan, ya nggak ikut SNMPTN tertulis)
I: (maluu... TT)
Atau akhir-akhir ini.. ada seorang adik yang kalau kirim-kiriman pesan ga pernah pakai tanda tanya. Dan aku, hampir selalu mengira dia lapor, dan bukan tanya. Contohnya, dia nanya "teh di salman", aku bales "waaah akhirnya kamu ke salman juga..". Trus dia bales, "ini nanya teh". Trus aku protes deh wkwkwk, tentang tanda baca yang harusnya dipakai. Pernah juga hal lain, "teh sedang galau". Aku kira dia mau curhat, ternyata dia nanyain apakah aku sedang galau wkwkwkwk.

Masih tentang cara merawat cinta LDR poin ke lima kalau di tulisan sumber, adalah kirim jokes/meme. Menurutku ini lumayan oke sih untuk grup wa yang isinya banyak orang, misalnya grup wa asrama putri. Kebanyakan pesan yang masuk adalah info A, B, C. Jarang ada yang menanggapi kalau gitu. Cuma ada dua cara biar bikin rame, yang pertama undangan/kabar bahagia, yang kedua postingan lucu. Meski yang jawab cuma dengan emot senyum/nyengir, tapi lumayanlah daripada terlalu sepi.

***

Tentang cara mendeteksi kebohongan, ada beberapa hal yang agak aneh menurutku. Tentang pemberian hadiah dan reaksinya. Sepanjang yang aku tahu, karakter tiap orang berbeda, termasuk dalam hal mengekspresikan rasa bahagia. Ga semua orang bisa bereaksi wow, kaget, terus terlihat bahagia karena hadiah kecil yang menyentuh hati. Kadang ada yang di luar, kesannya reaksinya dingin banget, biasa aja, padahal pas sendiri, nangis berdoa sama Allah berterimakasih dikasih istri yang romantis dan sering kasih hadiah, misalnya hehe.

Cara pengekspresian orang beda-beda. Jadi mungkin perlu diketahui ya.. ga harus reaksi raut wajah, tapi bisa jadi after effectnya, misal setelah dikasih hadiah, jadi lebih sayang, atau diam-diam dia pamer di blognya tentang hadiah itu, dll.

Lanjut ke poin lima tentang telpon seluler. Aku.. antara setuju ga setuju hehe. Aku pribadi terbiasa apa-apa dibacain sekeluarga, termasuk diary dari SD-SMA, pesan-pesan di hp, terutama dibaca kakak sih, yang kalau ada sesuatu, pasti dilaporin ke ibu hehe. Jadi, ga masalah kalau buat aku. Tapi menurutku lebih romantis, kalau ga ada sesi periksa hape masing-masing, tapi lebih ke cerita ke masing-masing, ga mudah memang tapi.. entahlah *tiba-tiba teringat, aku ga punya pengalaman atau ilmu lebih tentang ini.

Oh ya, ingin cerita tentang kakak yang super kepo, ga cuma ke aku tapi juga ke adikku. Dulu, pas SMA aku pernah di ceng-cengin gara-gara ada pesan dari temen cowok, yang ga kuhapus, padahal isinya tanya pelajjaran wkwkwk. Sejak itu, aku jadi ga pernah nyimpen thread percakapan dg ikhwan meski penting. Habis selesai, dihapus, kalau ada info yang perlu disimpan bisa dicopas dan disimpan di tempat lain, misal tentang Rundown Acara, password email organisasi dll. Selain itu, aku juga merasa, kayanya kalau ga urgen, ga perlu bahas japri, kan bisa di grup. Bertiga lebih baik, meski yang dibahas penting. Terkesan ekstrim memang, tapi lebih baik mencegah daripada mengobati. #ntms

***

Maaf jika komentarnya panjang, kan prosedur baca tulisan #blogwalking adalah baca lengkapnya di link sumber. OK? Sip (y)

Sampai jumpa lagi..

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya