Follow Me

Thursday, January 5, 2017

Sepasang Kekasih

#blogwalking

Bismillah.

2 hearts
Menulis dan membaca itu seperti sepasang kekasih yang enggan berpisah. Seperti sepasang sahabat yang saling mengasihi dan tak mau dipisahkan jarak dan waktu. Jika satu kita kerjakan, yang lain akan mengikuti.
- Afifah Afra, dalam tulisannya "Membaca, Menulis dan Sepasang Kekasih"
Membaca tulisan di link tersebut membuatku mengangguk-angguk setuju. Kalau bisa dibilang, aku lebih sering menjadi penulis yang kehabisan bahan untuk menulis, ketimbang pembaca yang tidak menuangkan pikirannya. Meski dulu.. dulu.. aku lumayan rajin baca, sekarang ini, membaca menjadi hal yang sangat jarang aku lakukan. Bahkan aku sudah hampir 3 pekan, tidak menulis nukil buku, which means, I haven't read any book in three weeks.

***
Para senior di bidang kepenulisan selalu mengatakan, “Ingin ahli menulis? Banyaklah membaca!” Bahkan ada yang mengatakan, pekerjaan seorang penulis, 75% di antaranya adalah membaca. Jangan menulis hanya mengandalkan imajinasi belaka, kecuali jika kau hanya menghasilkan kumpulan impian dan angan-angan kosong semata.  Jika kau ingin karyamu penuh bobot dan pengetahuan, maka membacalah!



Kumpulkan referensi-referensi yang berbobot untuk dijadikan sebagai acuan, yang memperkuat opini pribadi kita. Sebab, referensi adalah “pemandu perjalanan ilmiah” seseorang. Ibarat seseorang yang hendak mendaki gunung, dia harus memiliki bekal memadai: makanan, peta, kompas, dan peralatan mendaki. Orang yang menulis tanpa referensi, ibarat pendaki gunung yang minim bekal. Perjalanan tak akan terarah, bisa kembali turun dengan selamat saja sudah sangat baik buatnya.
- Afifah Afra, dalam tulisan yang sama


Rasanya jleb, hehe. Tersindir. Aku pernah menulis di sini kan, tentang tulisanku yang remeh, tak berbobot? Aku mah cuma bisa mengeluh, dan dua paragraf itu seolah menjawab keluhanku. Baca, baca, kuncinya baca, agar tulisan berbobot, baca.. agar bisa turun gunung dengan selamat.

Di bagian akhir, penulis memberitahu kalau rajin baca otomatis membuat kita ingin mengungkapkan informasi dan ilmu yang tersimpan di otak. Di sana, penulis menyarankan agar disalurkan bukan lewat lisan, tapi lewat tulisan. Baca lengkapnya di sana ya.. hehe.

Aku suka.. penutup tulisan tersebut, tentang sejarah, dan prasasti.
Mari membaca, nanti kau akan bisa menulis. Mari menulis, nanti kau akan terbiasa membaca. Membaca dan menulis, sama-sama tradisi yang harus dibangun agar kita berhasil memiliki prasasti. Prasasti itu tanda bahwa sebuah kaum telah melewati pasa prasejarah dan masuk fase sejarah. Demikian juga, karya tulis yang kita susun, menjadi satu bukti bahwa kita pun telah masuk dalam sejarah. Jadi, buatlah sejarahmu dengan karya tulismu!
- Afifah Afra
***

Sekian, semoga blogwalking kali ini menyadarkanku yang bandel. Mengingatkanku agar membaca dan menulis, dan tidak memisahkan kedua. Jahat lah, kalau misahin salah satu mereka, kan mereka kekasih hehe..

See you^^

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya