#fiksi
Bismillah.
"Bikin sketsa apa?" tanya Jiyya melihat sohibnya Tammy (Tam) sibuk dengan pensil di tangan kiri dan sketch book ditangan kanan.
"Basa basi," jawab Tam singkat, lalu menyempurnakan sketsanya dengan menggambar lebih banyak mobil. Mendengar jawaban Tam, Jiyya hanya tertawa kecil. Sketsanya sudah tergambar jelas memang, tokoh utamanya ada dua, seorang kakek bungkuk dengan tongkat di tangan kanannya, dan seorang pemuda, yang tampak membantu kakek tersebut menyebrang. Jadi pertanyaan Jiyya memang hanya basa basi.
"Huh.. Klise," komentar Jiyya, "mana ada jaman sekarang pemuda yang bantuin orang tua menyebrang?"
Pertanyaan pancingan tersebut berhasil membuat Tam meletakkan pensil dan menghadapkan tubuhnya ke Jia.
"Emang udah jarang sih Jiyya, tapi kemarin aku jadi saksi mata kejadian itu," jawab Tam dengan semangat. Ia kemudian menceritakan detailnya, seorang pemuda, yang menghampiri seorang bapak kepala lima dan dengan sopan bertanya, "Bapak mau menyebrang kah?"
"Trus, trus? Lo kenal siapa tu orang? Anak kampus kita kah? Angkatan berapa?" tanya Jiyya.
"Ga tahu, beneran ga kenal. Tapi kayanya seumuran mahasiswa sih," jawab Tam.
"Waaah.. Keren banget ya.." Jiyya mengambil sketsa Tam dan memandangnya seolah ia menyaksikannya secara langsung.
"Taruh nggak?" ancam Tam, membuat Jiyya menyengir lalu perlahan meletakkan sketsa. Tam memang paling tidak suka kalau sketsanya dipegang orang lain sebelum sempurna menjadi gambar yang ada di otaknya.
***
Jiyya terinspirasi dari pengalaman Tam, yang menyaksikan langsung sebuah kebaikan sederhana, yang terkesan ordinary tapi ternyata bisa menjadi extra ordinary karena jarang terjadi. Semua orang sekarang sibuk dengan gadget masing-masing, jadi jarang sekali peristiwa menolong orang menyebrang.
"Hyaa......?? Emangnya aku hantu??!!!" ucap Tam marah, lalu mengambil bantal dan melemparkannya pada Jiyya. Bantal tersebut mendarat di tangan Jiyya, yang kemudian menjulurkan lidahnya dan mengambil langkah seribu.
Selanjutnya, terjadilah kejar-kejaran mirip film kartun tom dan jerry, versi Tam dan Jiyya.
The end.
Bismillah.
zebra cross |
"Basa basi," jawab Tam singkat, lalu menyempurnakan sketsanya dengan menggambar lebih banyak mobil. Mendengar jawaban Tam, Jiyya hanya tertawa kecil. Sketsanya sudah tergambar jelas memang, tokoh utamanya ada dua, seorang kakek bungkuk dengan tongkat di tangan kanannya, dan seorang pemuda, yang tampak membantu kakek tersebut menyebrang. Jadi pertanyaan Jiyya memang hanya basa basi.
"Huh.. Klise," komentar Jiyya, "mana ada jaman sekarang pemuda yang bantuin orang tua menyebrang?"
Pertanyaan pancingan tersebut berhasil membuat Tam meletakkan pensil dan menghadapkan tubuhnya ke Jia.
"Emang udah jarang sih Jiyya, tapi kemarin aku jadi saksi mata kejadian itu," jawab Tam dengan semangat. Ia kemudian menceritakan detailnya, seorang pemuda, yang menghampiri seorang bapak kepala lima dan dengan sopan bertanya, "Bapak mau menyebrang kah?"
"Trus, trus? Lo kenal siapa tu orang? Anak kampus kita kah? Angkatan berapa?" tanya Jiyya.
"Ga tahu, beneran ga kenal. Tapi kayanya seumuran mahasiswa sih," jawab Tam.
"Waaah.. Keren banget ya.." Jiyya mengambil sketsa Tam dan memandangnya seolah ia menyaksikannya secara langsung.
"Taruh nggak?" ancam Tam, membuat Jiyya menyengir lalu perlahan meletakkan sketsa. Tam memang paling tidak suka kalau sketsanya dipegang orang lain sebelum sempurna menjadi gambar yang ada di otaknya.
***
Jiyya terinspirasi dari pengalaman Tam, yang menyaksikan langsung sebuah kebaikan sederhana, yang terkesan ordinary tapi ternyata bisa menjadi extra ordinary karena jarang terjadi. Semua orang sekarang sibuk dengan gadget masing-masing, jadi jarang sekali peristiwa menolong orang menyebrang.
"Mungkin ini.. Yang disebut amalan kecil, namun berpahala besar. Hal sederhana seperti membantu seseorang menyebrang, menyingkirkan penghalang di jalan, bisa terlihat 'wow' karena yang dinilai bukan tentang besar kecil, bukan sedikit banyak, bukan kompleks sederhana. Tapi yang dilihat ketulusannya.
Pemuda itu mungkin tidak tahu.. Di sekitar dia, ada seorang gadis yang terpukau hanya dari satu hal kecil. Gadis itu memang saksi, melihat langsung, tapi kemungkinan besar pemuda itu tidak melihatnya, karena gadis itu... Arwah anaknya si bapak tua wkwkwkwk #abaikan paragraf ini"Selang beberapa menit, postingan Jiyya penuh dengan komen, ada yang salah fokus, tapi banyak juga yang menangkap inti utamanya. Jiyya tersenyum puas... Ia memang seorang ekstrovert, yang selalu merasakan kepuasan tersendiri jika postingan di jejaring sosialnya banyak yang merespon. Sampai ketukan keras pensil di atas kepalanya membuat ia mengaduh. Jiyya refleks mengusap kepalanya dan melihat ke atas, dilihatnya Tam dengan ekspresi kesal.
"Hyaa......?? Emangnya aku hantu??!!!" ucap Tam marah, lalu mengambil bantal dan melemparkannya pada Jiyya. Bantal tersebut mendarat di tangan Jiyya, yang kemudian menjulurkan lidahnya dan mengambil langkah seribu.
Selanjutnya, terjadilah kejar-kejaran mirip film kartun tom dan jerry, versi Tam dan Jiyya.
The end.
Sukaaaaaaaaaaaaa
ReplyDelete