Follow Me

Thursday, January 5, 2017

Menjadi Yang Terlupakan

#SensiMe #bersihbersihdraft

Bismillah.

Bagaimana rasanya, menjadi yang terlupakan? Kecewa, sedih... Entahlah.... Mungkin sebenarnya tidak terlupakan, hanya saja...

***

Aku tidak tahu mengapa sore ini aku jadi sensi pisan. Kalau tulisan sensi lainnya membuatku marah, tulisan kali ini membuatku menangis. Dasar cengeng! Dirimu Bell! Kenapa masalah kecil bisa buat kamu nangis sih? Kenapa sekedar 'perasaan' terlupakan, membuatmu merasa tersingkir, merasa kerdil, merasa tidak berarti....

Mungkinkah kau sensi karena luka lama--mu? Sampai kapan kau mau beralibi di balik luka itu??

***

Draft ini kutulis dalam posisi emosi, jadi niatnya memang tidak pernah terbit. Tapi.. karena sedang proyek bebersih draft, barangkali ada hal-hal yang bisa ditulis, ditambahkan, yang bisa membuat draft ini pantas di publish.

Dua pekan berturut-turut kalau ga salah, atau dalam satu bulan. Allah mengujiku lewat luka lama, masalah tentang sahabat. Oh ya, sebenernya aku udah pernah buat versi non sensi-nya di sini, barangkali mau baca hehe, judulnya "Yang Merenggangkan".

Dua kejadian, yang membuatku sensi, lebay lah pokoknya hehe. Mungkin karena sedang down banget mood-nya, mungkin karena tanggal-tanggal mendekati ...., mungkin karena ini secara tidak langsung berhubungan dengan luka lamaku, hal kecil itu membuatku mengecil, minder. Dua kejadian.

Yang pertama udah ditulis di paragraf paling atas ya, menjadi yang terlupakan. Menulis frase menjadi yang terlupakan, somehow membuatku bertanya-tanya. Apakah itu fitrah manusia, tidak ingin menjadi yang terlupakan? Apakah karena itu.. manusia menulis, membuat prasasti? Kan.. kalau kita menulis/membuat prasasti ga harus tulisan.. harusnya kita lalu berpikir, kemampuan kita berbahasa, siapa yang mengajarkan kita? Ibu? Ibu dari mana? Nenek, dst... sampai berujung ke Nabi Nuh, lalu Nabi Adam, lalu... buka Quran Albaqarah, ayat berapa hayo?? Kalau ga salah ayat 30. Mohon koreksi ya kalau salah hehe.

Yang kedua, singkat cerita ga pakai sensi hehe.. Aku merasa "dibohongi" sekaligus "disindir jleb" oleh seorang sahabat. Dibohongin di sini, karena aku merasa apa yang ia ucapkan tidak sesuai dengan sikapnya, disindir jleb yaitu.. lewat ucapannya. Intinya mah aku merasa terusir. Tapi, karena aku saat itu lagi sensi dan mengingat luka lama, aku ga marah ke temen tersebut, agak kikuk iya, menjaga jarak iya, tapi aku lebih menyalahkan diri. Kok ga peka sih? Menyalahkan diri, mengerdil, lalu berpikiran buruk lah pokoknya, mengingat luka lama juga, mewek, inget kejadian pertama juga, wwkwkkwk.

Kesamaan insiden satu dan dua adalah pada perasaanku, Allah ingin melatihku berprasangka baik, melatihku positive thinking, ga overthinking. Alhamdulillah lumayan lancar meski sehari dua hari sensi hehe. Yang pertama sudah aku ikhlaskan, aku yakinkan diri, ukhti manis itu tidak lupa diriku, ia hanya sedang begitu sibuk, atau ia sedang menjalankan sebuah sunnah, atau ia ingin memberiku kejutan. Yang kedua, alhamdulillah udah ga ada kikuk lagi, ga awkward, Alhamdulillah. I know she doesn't mean to lie, she doesn't mean to outcast me, she just need time on her own, as I know she's really introvert. Ukhti shalihah ini... ia cuma tidak bisa mengungkapkan sesuatu secara gamblang, ga bisa to the point, jago ngoding (dua-duanya bener hehe), jadi aku yang seharusnya lebih peka, aku yang seharusnya mencoba mengerti. Ah.. baru tadi siang rasanya, kami berbincang tentang 7 Habbit, yang salah satunya adalah seek first to understand then to be understood.

***

Waaaa panjang hehe. Semoga postingan yang awalnya sensi ini, lalu dilanjut curhat hehe. Meski cuma curhat, semoga bisa diambil hikmah dan manfaatnya.

Good night~

Allahua'lam.

PS: Maaf ya, belakangan ini lagi males banget ngasih gambar di blog hehe. Yang ga betah baca, boleh ga usah berkunjung lagi hehe. Peace V

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya