Follow Me

Wednesday, January 25, 2017

Teknik Menulis Fiksi Turun Drastis?

Bismillah.

disclaimer: banyak #selftalk, jangan merasa diajak ngobrol ya, ini murni obrolan dalam pikiran diri sendiri

Niatnya akan kujadikan fiksi, tapi somehow, ga niat untuk membuat plot, karakter, setting dll. Jadi? Jadi akan aku tuliskan singkatnya saja, trus dilanjutkan dengan hikmah.

***

Alkisah di sebuah tempat, terdengar suara lantunan Quran dari seseorang, sepertinya sedang murajaah, karena sesekali suara itu terhenti, diselingi istighfar, lalu lanjut lagi melantunkan ayat-ayat Quran. Di tempat yang tak jauh dari sana, ada beberapa orang yang sedang sibuk dengan buku masing-masing, membacanya, ada juga yang membaca studi ilmiah yang sudah di cetak. Seseorang dari beberapa orang itu (A), orangnya audio, jadi.. dia tidak bisa fokus pada bacaan dihadapannya, telinganya dan suara lantunan Quran membuatnya fokus mendengar, mencoba mencari-cari dalam memori, surat apa yang dibaca orang di sebelah ruangan.

A bertanya pada teman di sebelahnya, berbisik pelan, agar tidak mengganggu orang lain yang sibuk membaca. Ia bertanya tentang orang di ruangan sebelah yang sedang murajaah surat di Quran, ia bertanya apakah temannya juga mendengarnya. Temannya mengangguk, lalu menimpali bahwa ia suka mendengarnya, nadanya bagus. A dibuat berkerut keningnya, 'Bukan itu maksudku...' gumamnya pada diri sendiri.

***

Dari situ.. aku gatau harus buat plot apa lagi, dan gatau gimana cara menyiratkan/menyuratkan lesson learnednya.

Jadi si A bertanya, karena ia mengira, cuma dia yang mendengar lantuan ayat Quran tersebut. Dia sebenernya niat nanya lanjut, kira-kira surat apa yang dibaca orang tersebut. Tapi tanggapan teman di sebelahnya membuat ia diam, apakah sebuah pertanyaan tersebut seolah menunjukkan kalau A tidak suka mendengar lantuanan Quran tersebut? Kan si A memang awalnya dia jadi ga fokus baca, karena orangnya audio ya. Itu yang pertama. Yang kedua.. hikmah yang ingin aku tunjukkan, mungkin mendengar lantunan Quran itu.. harusnya jadi pengingat buat si A, apakabar tilawahnya? hafalannya? murajaahnya?

***

Sudah lama memang saya tidak menulis cerpen dengan benar. Lebih suka menulis fiksi super pendek, setting dan tokohnya ga kuat, plotnya juga biasanya datar, ga ada konflik dan resolusi. Trus biasanya terlalu banyak dialog yang terpikir. Jadi seolah-olah, cerita itu isinya dialog semua. Padahal kan cerpen sama skrip film/roleplay beda. Kalau skrip memang lebih banyak dialog, trus aksinya ditulis dalam kurung. Kalau cerpen, harusnya dialog sedikit, dan ga boleh ada dialog basa-basi semacam 'selamat pagi'.

Teori sudah banyak baca dan dapet, tapi karena jarang dipraktekan, hasilnya.. teknik menulis fiksi saya turun drastis. Padahal beberapa hari ini.. ada beberapa ide untuk fiksi/cerpen.

***

Semoga bisa banyak latihan lagi menulis fiksi yang baik dan benar. Agar yang ga suka baca nonfiksi, bisa dapet hikmah juga dari tulisan fiksi di sini.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya