Bismillah...
Mentari menyingsing, menghangatkan bumi. Dan abad ini, abad dimana aku dilahirkan, bukanlah lagi zaman es. Bahkan mereka bilang, ini zaman kaca, zaman dimana... panas dari mentari, terperangkap di bumi.
***
Aku memandangi dari balik kaca. Memperhatikan lalu lalang manusia. Adapun mereka, mereka tak melihatku. Ya, kaca ini merupakan kaca ... entahlah apa namanya. Yang aku tahu, aku nyaman berada disini. Karena aku bisa melihat dunia dari sini dengan jelas, adapun dunia.. ia tak bisa melihatku dengan jelas.
Beberapa hari yang lalu, seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku membuka pintu perlahan, membiarkan ada sedikit celah antara daun pintu yang satu, dengan daun pintu yang lain. Bertanya dengan suara lirih, "siapa di sana? ada yang bisa dibantu?". Ia menjawab dengan santun dari luar, menjelaskan satu dua hal.
"Apakah..." ia membuat jeda. Terdengar ragu untuk meminta bantuanku.
"Saya bersedia membantu" ucapku tanpa menunggunya menyelesaikan pertanyaannya. Saat itu, aku berpikir pendek. Mungkin aku memang harus membantunya, batinku.
Itu beberapa hari yang lalu. Hari ini? Ya.. sekitar satu jam yang lalu seseorang yang sama mengetuk pintu rumahku. Menanyakan perihal satu dua bantuan yang kemarin ia minta. Dan aku, aku tak justru menutup pintu, sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Membiarkan tangis bisu membungkamku. Aku tak peduli, orang tersebut kebingungan di luar sana. Aku tak peduli!! Jerit hatiku pelan.
***
Suara ketukan pintu kembali terdengar. Tanpa membuka pintu, aku berucap dengan nada kesal, "Aku tidak mau pergi keluar rumah. Aku sudah lelah harus bertemu dengan orang asing." Tak menyadari, bahwa seseorang yang di balik pintu, adalah orang yang berbeda. Aku baru menyadarinya, saat ia berucap "Ya, aku bisa mengerti. Kau tak perlu keluar dari rumahmu".
***
Mereka tidak tahu. Musim panas ini, musim panas mereka. Ya, di musim ini.. mereka lebih suka menikmati hari di luar rumah. Mengobrol, tersenyum, tertawa, dll. Mereka menikmati kegiatan mereka di luar rumah.
Mereka tidak tahu. Musim panas ini, musim dingin-ku. Ya, aku akan selalu lebih suka berada di sini. Di dalam rumah. Jikapun ingin keluar rumah, memandang dunia dari balik kaca ini bagiku sudah cukup. Mereka tidak tahu. Musim panas ini, musim panas mereka, tapi bukan milikku.
Terlahir di abad dimana semua orang lebih suka beraktifitas di luar rumah. Berharap merasakan abad, dimana es dan salju menghias. Karena aku lebih suka berada disini saja. Tapi mereka, memaksaku untuk keluar rumah. dan aku tidak mau! apalagi sekedar untuk melakukan ini itu, yang menurutku tidak termasuk kategori penting dan mendesak.
***
Mentari tenggelam, suhu bumi turun. Jejak-jejak air sudah mengering. Aku menutup kaca dengan tirai berwarna keabuan. Menghirup udara dalam-dalam.
begumam lirih pada dirinya sendiri,
"iman adalah mata yang terbuka,
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban"*
"tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban" ulangnya meyakinkan diri.
#fiksiku
*diambil dari sini.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya