Follow Me

Friday, May 4, 2018

Dependence and Me

Bismillah.
#buku
-Muhasabah Diri-

Hai hello semua~ Akhirnya saya menyempatkan menulis nukil buku lagi hehe. Kali ini masih dari buku 7 Habits. Ga ada kutipan sih*, hanya ingin menuliskan ulang salah satu bahasan di 7 Habits tentang ketergantungan, mandiri interdependent (saling tergantungan). Fokusnya lebih ke dependence sih, sama lebih banyak refleksi untuk diri juga.

***

Jadi di buku 7 Habits of Highly Effective People dibahas tentang tiga hal, ketergantungan, mandiri dan saling tergantung.

Seseorang tergantung pada orang lain ada tiga jenis, bisa jadi ia tergantung ketiga-tiganya, bisa juga cuma salah satunya. Atau cuma di dua sisi.

Pertama, ketergantungan fisik. Contohnya seperti orang disable, yang kakinya mungkin patah dan di-gips, atau seseorang yang lumpuh dan duduk di kursi roda. Atau bayi, yang baru bisa tidur, miring dan tengkurap, belum bisa ngapa-ngapain.

Kedua, ketergantungan emosional. Pride kita, Perasaan kita, tergantung sama orang lain. Aku agak lupa pilihan diksi di bukunya. Tapi intinya, kita tergantung secara emosional. Kalau orang lain merendahkan kita, kita ngerasa rendah. Kalau orang mengabaikan kita, kita bisa hancur. Contohnya mungkin seorang perempuan yang sangat tergantung secara emosional kepada kekasihnya. Saat kekasihnya meninggalkannya, ia menjadi hancur, merasa dirinya tidak pantas dicintai.

Yang ketiga, ketergantungan intelektual. Jadi membutuhkan/tergantung pada seseorang dari segi intelektual. Misal kalau ada masalah, harus dengerin analisis dari orang itu, pertimbangan orang lain. Mungkin contohnya, seperti seorang murid yang sering mencontek temannya, ia tergantung pada temannya secara intelektual, ga bisa atau ga mau ngerjain sendiri, kerjaannya nyalin tugas atau PR atau bahkan jawaban ujian temannya.

Itu tentang tipe ketergantungan. Sekarang, tentang mandiri. Mandiri itu, ya bebas dari ketiga ketergantungan di atas. Ga tergantung pada orang lain secara fisik, emosional maupun intelektual.

Tapi menurut Covey, mandiri itu belum cukup. Ada yang lebih baik, yaitu saling tergantung, mungkin bahasa inggrisnya interdependent. Aku baca 7 Habits versi Indonesia, belum menyempatkan googling istilah bahasa inggrisnya. Kalau salah, mohon dikoreksi ya.

Nah, di salingtergantung ini, kita ga tergantung secara fisik, tapi kita percaya ada hal-hal yang bisa kita lakukan, hal besar, dan bisa maksimal, kalau kita kerja bersama. Secara emosional, kita gak tergantung emosional sama sikap orang lain, tapi kita percaya bahwa kita perlu saling menyayangi, peduli, dan interaksi emosional lainnya. Terakhir, kita ga tergantung orang lain secara intelektual, tapi kita percaya dengan diskusi dan bertukar pikiran, kita bisa menghasilkan ide atau inovasi yang hebat, bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih efektif kalau dipikirkan bersama-sama.

Kesalingtergantungan adalah konsep yang jauh lebih matang dan maju. Jika saya saling tergantung secara fisik, saya percaya diri dan memiliki kemampuan, tetapi saya juga menyadari bahwa kalau bekerja bersama-sama, saya dan Anda dapat memperoleh hasil yang lebih banyak daripada yang dapat saya capai sendiri, bahkan dengan kemampuan terbaik saya. Jika saya saling tergantung secara emosi, saya memiliki rasa bermanfaat yang besar dalam diri saya, tetapi saya juga mengenali kebutuhan akan cinta, memberi serta menerima cinta dari orang lain. Jika saya saling tergantung secara intelektual, saya menyadari bahwa saya memerlukan pemikiran terbaik dari orang lain untuk digabungkan dengan pemikiran saya."
-Stephen R Covey, 7 Habits of Highly Effective People  

***

*warning* banyak bicara tentang diri, lebih baik ga dibaca


Sampai di situ, semua bahasan dependence, Independence dan interdependence muter-muter di otakku. Menciptakan sebuah cermin, lalu aku melihat di cermin itu refleksi diriku. Dimana posisiku, apa aku termasuk mereka yang tergantung pada orang lain? Jika iya, pada aspek apa? Atau Aku termasuk yg mandiri, dan belum termasuk orang yang memegang prinspi saling tergantung?

Aku melihat diriku, yang dulu, yang lalu. Ah. Bahkan itu mungkin bukan aku yang lampau, itu masih aku yang kekinian. Ada yang pernah baca tulisanku di blog ini tentang attachment to people? Tulisannya udah aku balikin draft sih, karena banyak curhat dan cenderung kaya buka aib.

Kalau mau jujur pada diri, aku memiliki itu, attachment to people. Aku ternyata masih tergantung pada manusia. Penjelasan di buku 7 Habits membantuku melihat lebih detail lagi tentang diri. Aku.. tergantung pada orang lain secara emosional. Aku bisa menangis dan merasa terlukai hanya karena takut akan pandangan orang terhadapku, baik itu yang terlalu buruk, atau yang terlalu baik. Aku.. juga sering jatuh dan menangis, kalau ternyata orang disekitarku tidak sebaik yang kukira. It really hurts me, saat tahu fakta kok ada ya orang yang kaya gitu, nusuk dari belakang TT padahal mungkin yang ditusuk bukan aku, padahal.. orang yang ditusuk dari belakang juga biasa-biasa aja, kok aku yang lebay? Di sini.. Aku jadi paham, ah.. aku mungkin termasuk salah satu orang yang masuk kelompok tergantung secara emosional. 

Ya, penjelasan di buku 7 Habits membantuku melihat refleksi diri lebih detail lagi. Aku paham sekarang, kenapa aku sulit untuk minta bantuan, baik itu yang fisik maupun intelektual. I denied the truth that I still somehow, sometimes, depend on people emotionally. Dan karena ga ngaku sama diri sendiri, aku berusaha menutupi fakta dengan ga mau tergantung sama orang lain secara fisik dan psikis. People said, I am too arrogant so I can't ask people for help. Dan aku hanya mengangguk dan membenci diri sendiri saat label itu mereka sematkan di dahiku. Ya, aku sombong. Selesai. Dan ini.. meski mungkin ada benernya, sebenarnya salah. I'm not arrogant, setiap kali aku kesulitan dalam meminta bantuan, sebenarnya aku sedang menutupi kelemahanku yang tergantung secara emosi pada orang lain.

Dulu, aku ga mau ngerepotin Teh Risma buat nemenin aku ngurus ini itu karena kesalahanku sendiri. Rasanya sakit banget waktu minta tolong teh risma buat nemenin aku nunggu. Di satu sisi aku ga bisa nunggu sendiri, karena tersiksa oleh overthinking dan prasangka buruk yang terus bermunculan, dan di sisi lain aku ga mau mengakui kalau aku tergantung secara emosional ke orang lain. Daripada aku sakit hati karena penolakan, misal teh risma sibuk ga bisa nemenin. Lebih baik, aku dicap sombong karna ga minta bantuan, tapi buruknya, bukannya sendirian ngurus ini itu, nunggu ini itu, aku saat itu justru memilih lari dan tidak menyelesaikan masalah.

Begitupun secara intelektual. Yang ini maaf gamau aku jabarin hehe. Area sensitif. Takut buka kartu lebih banyak hehe.

***

Selama ini, aku menelan mentah-mentah label orang tentang tingginya egoku, tentang kesombonganku karena ga mau, minta tolong ke orang lain. Bahkan selama ini, aku ikutan men-judge diriku sendiri. Dengan banyak sifat dan karakter buruk yang tanpa sadar kutanam sama sendiri di otakku. Kemudian aku membenci diriku. Hm. Sekarang alhamdulillah udah sadar, kalau yang aku benci bukan diriku, tapi dosa-dosa yang pernah kulakukan, karakter buruk, sifat-sifat buruk, serta kebiasaan burukku.

Selama ini, gitu aja.. I keep looking down at myself. Makanya, waktu pak Nass ngingetin aku lagi tentang makna Bismillah dan ngingetin untuk ga menghakimi diri sendiri, I broke down in tears, trus nelurin tulisan di link ini.

Penjelasan asli di 7 Habits padahal singkat, ga puitis, lebih teoritis malah. Tapi uniknya, tulisan itu bisa membawaku ke depan cermin untuk mengaca, melihat detail tentang diri dan apa yang selama ini aku rasakan. Membaca benar-benar manfaat, jadi meski jarang, kalau bisa sempatkan membaca ya hehe. Baca blog itu bagus, tapi baca buku lebih baik, kalau online banyak distraksi. Oh ya, jangan lupa juga baca quran, kok? Iya quran, kitabullah. Lebih baik lagi kalau ga cuma baca lafal arabnya, tapi juga belajar artinya, maknanya, mentadabburinya.

***

Sekian nukil buku plus muhasabah diri. Buat yang baca tulisan ini, mohon doakan aku ya hehe. Aku masih sedang belajar memperbaiki diri, memperbaiki mindset, mengobati luka lama, belajar ga tergantung secara emosional pada manusia, dan juga belajar lebih banyak hal lain.

Semoga kamu, siapapun yang sedang berjuang dalam perjalanannya sendiri, untuk menjadi insan yang lebih baik dii mata Allah, juga diberikan kekuatan dan kemudahan, tidak mudaj menyerah meski jatuh berkali-kali, tidak berbalik arah, meski distraksi setan datang dari depan, belakang, kanan dan kiri. Semoga terus istiqomah di jalan yang jauh dari rata, melainkan jalan mendaki dan terjal. Hingga kelak, semoga ajal menjemput kita dalam keadaan terbaik, menghadap padaNya dalam perjalanan memperbaiki diri.

Terakhir, qadarullah ini hari jumat, tak pernah bosan kusalin transliterasi sebuah ayat di al kahfi, 

'asaa ayyahdiyani robbi li aqroba min hadza rosyada.

Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan:
*bisa jadi ada kutipan yang bisa aku nukil dan taruh di sini. Tapi kemungkinan baru bisa diupdate hari senin, in syaa Allah. Jumat-Ahad ini bukunya jauh dari jangkauan tangan dan mata hehe J

**8May,sudah diedit, kutipan sudah disisipkan (:

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya