Follow Me

Monday, May 14, 2018

Yang Mana Reaksiku?

Bismillah.
#selftalk
-Muhasabah Diri-

suasana sebelum acara meetup community dimulai

Sabtu,  5 Mei 2018. Sesi coffee break, adzan magrib sudah berkumandang, MC dan panitia mengarahkan agar ikhwan terlebih dahulu shalat berjamaah. Ustadz Nouman jadi imam... tapi aku ga fokus ngelihatin sih, pas adikku tanya, baca surat apa bell? Eh? Aku jawab, aku ga merhatiin, kayanya, cuma denger al fathihah di awal, kemudian aku pergi ke mushola depan dapur MAJ Senayan untuk siap-siap shalat, atau mungkin aku pergi sama temen, ambil minuman dan ngobrol, entahlah, memoriku terdistorsi noise.

Saat waktu break itu, setelah shalat magrib jamak isya, seorang ukhti berpakaian rapi, dengan penanda panitia menghampiri meja kami (aku, dua orang anggota komunitas NAKID, dan dua orang remaja masjid at tin, aku lupa namanya organisasinya apa). Ia memperkenalkan diri, kemudian dengan antusias bertanya, "Gimana tadi denger pemaparan langsung dari ustadz Nouman? Bedanya gimana sama nonton video? Insight atau bagian mana yang paling ngena?" Aku ingat suaranya, intonasinya, penekanannya. Sangat antusias siap menerima feedback dari peserta meetup community.

Seseorang anggota NAKID menjawab terlebih dahulu pertanyaannya. Orang Sumatera yang logat suaranya sudah bercampur jawa, karena pernah lama tinggal di Jombang *kalau ga salah ingat hehe. Ia menjelaskan, tentang dakwah kepada keluarga, dakwah dengan cinta, dakwah fokus ke diri sendiri yang begitu mengena. Memang saat itu sudah dimulai sesi diskusi, dan ada pertanyaan dari seorang istri yang mulai berhijrah namun suaminya belum, juga pertanyaan bagaimana mengingatkan orangtua untuk shalat.

Aku menyimak jawabannya, namun tak bisa kupungkiri, otakku terbelah, sebagiannya sedang berpikir, bagian mana dari pemaparan ustadz Nouman yang ingin aku highlight. Saat giliranku, terbata aku mengejanya, baru sebentar, kemudian ukhti panitia tersebut pamit karena hendak mengurus hal lain. 

Aku pikir saat itu, pertanyaannya dan jawabanku, harus ditulis. Bukan untuk yang bertanya. Justru untuk yang menjawab. Aku menulis ini untuk diri, sebagai pengingat.

***

Ada yang bisa nebak, yang mana yang ingin ku-highlight? Dari resume yang baru sebagian aku tulis di postingan sebelum ini? Ada di judul hint-nya hehe.

Ya, ini tentang petunjuk, Al Quran sebagai petunjuk, dan bagaimana reaksi orang saat menerima petunjuk.

Sebelum duduk di acara meetup community, tepatnya tanggal 4 Mei, aku menulis di blog ini tentang Dependence and Me. Menulis itu sebenarnya mengingatkanku betapa keras kepalanya diriku dulu, teh Risma baik banget sering ingetin aku, coba baca buku 7 Habits deh bell. Dan aku saat itu sering mengeluarkan excuse, reaksi pertama, weak reaction. Alesan aja, kalau teh Risma kan jauh lebih kuat dari aku, lebih dewasa. Da aku mah apa,.. *i hate this phrase actually. Tapi dulu aku gituu...

Dan saat ustadz Nouman memaparkan tiga jenis reaksi, duar, berasa ditembak tepat di memori itu. Penjelasan beliau membuatku ingin berkaca lebih lama di depan cermin. Memandangi refleksi diri, refleksi reaksi diri terhadap petunjuk yang Allah sajikan di hidupku. Berapa kali,... berapa banyak aku memilih reaksi pertama. Berapa kali,... tak jarang aku memilih reaksi kedua, muka tebal. Baca tulisan tentang hijab dan segala hal terkait itu, udah selesai, ga dijadiin cermin? Atau mungkin tentang hal lain. Kadang kita lupa, terlalu sering memposisikan petunjuk sebagai informasi TT Seperti misalnya lagi, bab How We Earn in Life di buku Revive Your Heart. Dan lain2 dan seterusnya. Kadang gitu, sedih, kalau lagi lupa, suka ga sadar, bagaimana sebuah petunjuk harusnya kita cerna. Sering salah pilih reaksi. Harusnya hijrah, eh.. pilih reaksi nomer 1 atau 2. Gimana Bella??? Kamu... mau digimanain biar jangan salah pilih reaksi saat petunjuk Allah sandingkan lewat mata, lewat telinga, lewat cermin sesama muslim.

***

Apa kabar hati? Apa kabar iman? Masih roller coaster?

Sebentar lagi Ramadhan, tapi ga ada jaminan kita bisa bertemu dengannya.

So please,... immediately get up, no matter how hard you fall. Don't try fooling yourself. Mu'ahadah bell.. ini bukan sekedar janjimu pada diri, untuk segera bangkit. Bukan TT Ini bentuk janjimu pada Zat yang selalu menepati janjiNya. Please... kamu tahu kan jatuhnya karena apa, kenapa masih melalui jalan yang licin, jelas-jelas ada peringatan, wet floor. Jadi?

***

Terakhir.. semoga kita bisa memilih reaksi yang benar saat menerima petunjuk. Tidak memposisikan petunjuk sebagai informasi. Namun menerima petunjuk serta berusaha mengamalkannya. Perlahan, terus berjalan menuju kepadaNya, sembari berdoa... 'asaa ayyahdiyani robbi li aqroba min hadza rosyada. Aamiin.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya