Follow Me

Monday, May 14, 2018

Guidance; We Need It Over and Over Again

Resume Meet Up Community with Ustadz Nouman Ali Khan

Sabtu, 5 Mei 2018 di MAJ Senayan

Tema yang diberikan panitia adalah hijrah. Sebelum membahas tentang hijrah, ustadz Nouman Ali Khan menjelaskan tentang dua jenis pendekatan terhadap Qur'an. Yang pertama, academic prerequisite, di dalamnya termasuk belajar bahasa arab, tafsir, dll. Yang kedua, psychological or emotional prerequisite, bagaimana Alquran mempengaruhi psikis dan emosional kita. Ustadz Nouman memilih pendekatan kedua, dan akan menunjukkan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan tema (hijrah).

Pertama, Qur'an itu Sempurna

Kita memahaminya atau tidak memahaminya, Alquran tetap sempurna.

Allah mengibaratkan quran dengan lautan dalam ayat di surat Al Kahfi.

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّىْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّىْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Ada yang pernah ke laut, kita masuk ke dalam airnya, efeknya apa? Kita basah dan tersisa bulir-bulir air di badan kita. Apa saat kita menyelam sekali ke laut, kita bisa mengatakan bahwa kita sudah merasakan seluruh lautan? Tidak. Sekalipun kita setiap hari ke laut dan menyelami lautan setiap hari, sesungguhnya yang kita ketahui hanya sedikit. Seperti bulir-bulir air yang membasahi tubuh kita setelah selesai menyelam.

Begitupun dengan Alquran.

Quran is an endless ocean, we just know small amount of its drops.

Maka saat kita setiap hari mempelajarinya, kemudian ada kebingungan di diri kita atas ayat tertentu, itu tidak mengurangi kesempurnaan Alquran. AlQuran tetap sempurna meski kita tidak dapat memahaminya.

Kedua, Quran itu Petunjuk

Ustadz Nouman menjelaskan perbedaan petunjuk dan informasi. Misalkan nih, kita baru pernah ke suatu alamat, kita tanya google map arah menuju alamat tersebut. Namun saat sudah berkali-kali ke alamat tersebut, kita tidak membutuhkan lagi direction dari Google Map, berarti itu informasi bukan petunjuk. Atau seperti kita yang tidak tau cara menggunakan mesin cuci, jika kita sudau tau, kita ga akan membaca lagi urutan cara menggunakan mesin cuci. Itu berarti informasi.

Yang membedakan informasi dan petunjuk adalah, informasi suatu saat tidak diperlukan lagi, sedangkan petunjuk terus menerus kita butuhkan. We need guidance over and over again.

Allah mengumpamakan Alquran dengan hujan atau air. Seperti bumi yang membutuhkan hujan lebih dari sekali untuk menjaganya tetap hidup. Seperti itu pula Alquran kita butuhkan dalam hidup kita.

Seperti manusia, apa manusia cukup meminum air satu kali saja dalam hidupnua? Tidak. Manusia butuh minum air lebih dari sekali, we drink water over and over again. Seperti itu pula kebutuhan manusia atas petunjuk dalam Alquran. Sepanjang hidup kita, kita membutuhkan Alquran.


My heart can't stay alive without Quran, just like human can't stay alive without water.

Ustadz Nouman juga menjelaskan bagaimana saat muda dulu, beliau dan temannya setiap membutuhkan petunuuk Allah, membuka secara random mushaf Alquran. Dan hebatnya, beliau dan temannya selalu menemukan jawaban atau petunjuk yang dicari. Ustadz Nouman juga menekankan, bahwa mungkin akan berbeda hasilnya, jika kita membuka random mushaf Alquran dengan niat mencari informasi tertentu.

Rasa “haus” kita terhadap Alquran sebagai petunjuk dalam hidup kita, seharusnya bisa dihilangkan dengan shalat kita. Saat kita berdiri dan membaca quran, dalam shalat kita, saat itulah kita “minum” untuk menghilangkan rasa haus kita.

Yang membuat kita berbeda adalah, dulu para sahabat berdiri dalam shalat dan membaca Quran, mereka mengerti ayat-ayat yang dibaca. Sehingga setiap kali sahabat shalat dan membaca quran di dalamnya, dahaganya terhadap petunjuk bisa terpenuhi. Sedangkan kita, karena kita tidak mengetahui dan mengerti ayat yang kita baca saat berdiri shalat, kita masih merasakan kehausan setelah selesai shalat. Maka di luar shalat, kita harus berusaha lebih keras, belajar quran untuk memenuhi dahaga kita terhadap petunjuk dari Alquran.

Poin ketiga, Komitmen untuk Berubah

Setelah petunjuk itu datang, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita memiliki komitmen untuk berubah?

Banyak yang mendengar ceramah, ikut terharu bahkan merasakan ‘segar’ setelah mendengarkannya. Namun tidak memiliki komitmen untuk berubah. It's an awesome speech, applause, but that's it. Bagus banget emang ceramahnya, tapi aku ga akan berubah. Ada juga orang-orang yang memiliki kebiasaan mengumpulkan saran dan jawaban dari banyak tempat, oh kalau menurut ustadz ini Q, oh kalau di sini jawabannya R, tapi aku ga akan melakukan apa-apa. Petunjuk yang seharusnya diamalkan justru hanya dijadikan sebagai informasi.

Allah memberikan kepada hati kita kemampuan untuk menerima petunjuk dan melaksanakannya. Tapi kitalah yang justru mengabaikan kemampuan tersebut, dan tidak menggunakannya.

Bayangkan kita tidak menggunakan kaki kita untuk berjalan selama setahun. Apakah setelah setahun, kaki kita bisa menggunakan kemampuannya untuk berjalan lagi? Atau misalkan kita menutup sebelah mata kita, dan tidak menggunakan kemampuannya untuk melihat selama setahun. Apa setelah setahun, mata yang ditutup tersebut bisa lagi untuk melihat?

Begitu pula dengan hati kita. Allah memberikan hati kita kemampuan untuk menerima dan mengikuti petunjuk, namun kita sendiri yang membunuh kemampuan itu.

If you don’t use the ability the heart to follow the guidance, it dies. That ability, you killed it.

Allah tidak pernah memberi seorang hamba ujian yang diluar kemampuannya, la yukallifullahu nafsan illa wus’aha.

Ustadz Nouman Ali Khan menjelaskan, ada beberapa jenis reaksi seseorang ketika mendengar petunjuk,
  1. Weak Reaction
  2. Nifaq
  3. Hijrah

Yang pertama, seseorang setelah mendengar petunjuk tidak melaksanakan/mengamalkannya dengan alasan ia merasa lemah, dan belum di level yang bisa mengamalkan petunjuk tersebut. I'm not strong like you, I'm weak. Padahal sebenarnya kalimat itu adalah kebohongan pada diri sendiri.

Yang kedua, nifaq atau kemunafikan. Saat mendengar petunjuk, ia merasa sudah berubah, dan tidak ada lagi yang harus ia lakukan. Padahal tidak ada orang yang merasa aman kecuali orang-orang yang munafik.

Yang ketiga, hijrah. Ini reaksi yang benar. Seseorang yang memilih untuk hijrah setelah mendapatkan petunjuk adalah seseorang yang merasa ia tidak sempurna, namun mau untuk berusaha memperbaiki diri.

Bersambung...

Allahua'lam

***

PS: Ini tulisan resume, dikemas pakai bahasa sendiri. Mungkin ga sama persis dgn yang disampaikan ustadz Nouman.

PPS: Baca resume official NAKID-nya di Mempelajari Al Quran dan Hijrah

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya