Follow Me

Wednesday, May 9, 2018

Pertumbuhan Diri: Lembut; Bukan Perbaikan Kilat

Bismillah.
#buku

Sebelum bahas tentang perubahan, pertumbuhan, ada yang perlu dibahas terebih dahulu, tentang kesadaran diri. Sesuatu yang bisa meyakinkan kita, bahwa kita, bisa berubah, bisa tumbuh, menjadi lebih baik. 

***

Tulisan ini, termasuk serial nukil buku, kali ini masih dari buku 7 Habits-nya Stephen R. Covey. 
Begitu banyak orang cerdas dan berbakat yang merasa seperti ini, menderita berbagai bentuk patah semangat dan depresi yang menyertainya. Respons bertahan hidup dari budaya yang berlaku adalah sikap sinis - "turunkan ekspektasimu dalam hidup sampai pada titik kau tak lagi merasa kecewa pada orang atau hal apa pun." Perbedaan antara prinsip pertumbuhan dan harapan dalam perjalanannya memberikan penemuan bahwa "Aku adalah kekuatan kreatif dari hidupku." 
- Kata Pengantar Edisi 2004, tentang Putus Asa, yang ditulis oleh Stephen R. Covey
Oh ya, buku yang aku baca, cetakan kedua edisi Bahasa Indonesia, Januari 2017.

Kutipan tersebut adalah, salah satu kalimat yang ngena banget untukku, kutipan pertama yang aku salin di buku tulis big boss hehe. *sebut merk lah hehe.

Gatau kenapa, rasanya ngena aja. Aku mungkin bukan orang cerdas atau berbakat yang dibicarakan di kutipan tersebut. Tapi aku merasa tulisan itu pas untuk kondisiku. Mungkin, aku yang sekarang ini terkesan ga berambisi, ga punya cita-cita, itu adalah efek dari patah semangat dan depresi yang dibawanya. I mean.. Aku pernah patah semangat, ya silahkan dicek sendiri kapannya, ga akan aku sebutkan detail waktunya hehe. *ga ada yang penasaran padahal hehee. Ngena aja, kalimat.. turunkan ekspektasimu sampai kamu ga kecewa ke orang atau hal apa pun. Rasa-rasanya itu yang sekarang ini masih sering aku lakukan. ya, walaupun sering gagal juga, namanya juga manusia, kadang suka berekspektasi tinggi, trus kecewa hehe.

Kalimat terakhir dari kutipan di atas, sebenernya aku ga paham. Prinsip pertumbuhan? Prinsip harapan? Maksudnya?? Tapi aku biarin aja pertanyaan itu di otak, sambil lanjut baca buku.

Gerbang Perubahan, Open From Inside Only

*Sebelumnya maaf, heading-nya bahasanya campur. hehe.

Jadi, setelah penjelasan tentang perbedaan pendidikan kepribadian dan karakter. Jelasin tentang dependence-independence-interdepence, setelah jelasin tentang keseimbangan P/KP (kisah angsa bertelur emas), Covey kemudian menulis tentang perubahan, yang gerbangnya cuma bisa dibuka dari dalem. Baca buku 7 Habits ga menjamin kita bisa jadi orang yang efektif, sama seperti baca quran ga menjamin kita beriman. Ada kan, yang baca quran, ngafal, tujuannya cuma untuk menyerang isinya, hmm.

Jadi ini kutipannya, 
Tak seorang pun dapat membujuk orang lain untuk berubah. Kita masing-masing menjaga gerbang perubahan yang hanya dapat dibuka dari dalam. Kita tidak dapat membuka gerbang lain, entah lewat argumen atau melalui himbauan emosional.
- kutipan dari Marilyn Ferguson, di buku 7 Habits
***

Seburuk Apapun Dirimu, Situasimu, Kamu Bisa Berubah

Salah satu yang membuat manusia istimewa adalah kesadaran diri, conscience conscious? Enrahlah apa istilah yang tepat. Jadi... kalau di penjelasan buku sih, kita punya kesadaran diri yang bisa melihat diri kita dari luar. Jadi misal kamu lagi baca blog ini, nah, kamu bisa membayangkan kamu diluar dirimu, kamu bisa melihat dirimu menatap layar, sesekali jemarimu mengusap layar, scroll ke bagian akhir tulisan. Kesadaran diri ini, yang bisa membuat kita memilih respon dari setiap hal yang terjadi di diri kita. Jadi kita bukan makhluk yang cuma diciptakan reajtif atau ngikutin naluri. Misal nih, ada makanan, kita laper, tapi lagi puasa. Nah, kesadaran diri itu, bisa membuat kamu memilih untuk tidak makan. Beda sama hewan, yng kalau laper ya nalurinya pasti milih makan. Makanya ga heran, kalau kucing, meski udah dikasih makan, kadang masih nyuri, bukan kenapa-napa, karena laper, atau tergoda aroma ikan goreng hehe.

Kesadaran diri ini juga, yang membuat manusia bisa lebih mulia kedudukannya daripada malaikat. Kenapa, karena malaikat diciptakan untuk beribadah, ga punya kesadaran diri untuk memilih. Kalau manusia, diberikan kesadaran diri untuk memilih, mau beribadah atau maksiat, karena bisa memilih, dan ternyata memilih untuk taat, itu yang membuat manusia kedudukannya bisa lebih mulia dari malaikat. Oh ya, penjelasan paragraf ini bukan dari buku 7 Habits ya, hehe. Kalau ga salah pernah denger dari ceramah ustadz Nouman, lupa tapi yang mana, dan kalimatnya gimana. Nanti kalau ingat, aku cantumin link-nya.

Balik ke buku 7 Habits, jadi karena kesadaran diri itu... kita bisa ngacauin habit kita, kita bisa buat habit baru, pokoknya seburuk apapun situasimu, dirimu, kamu bisa berubah, percaya deh, seperti Allah yang masih membuka lebar pintu taubat siang dan malam. Allah tahu, kita bisa berubah, dan bertumbuh menjadi hamba yang baik, yang ihsan, yang takwa.. 
Apapun situasi Anda saat ini,...................  Anda bukanlah kebiasaan Anda. Anda dapat mengganti pola-pola lama dari tingkah laku yang merusak diri dengan pola-pola baru. Kebiasaan baru efektivitas, kebahagiaan, dan hubungan berdasarkan kepercayaan. 
- Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People
Ini juga yang ngingetin aku tentang kutipan yang pernah aku nukil di Belajar dan Benturan. Jadi, banyak banget hal yang bisa kita pelajari, termasuk iman, syukur, sabar, kesantunan, positive thinking, dll. Bahkan berbenah juga bisa belajar kan? Hehe. Jadi inget buku the Life-changing Magic of Tidying Up. J

Trus nih, kita kan udah tahu, kalau kita bisa berubah menjadi lebih baik, bisa bertumbuh. Tapi kok, perjalanannya gitu banget ya? Rasanya ingin nyerah berkali-kali, setelah jatuh, terpeleset, terjembab, tersungkur, berkali-kali. Rasanya ingin berhenti saja, kayanya emang ga bisa deh tumbuh, ga bisa deh berubah. Eits... jangan gitu dong... aku dan juga siapa pun harus tahu, bahwa untuk tumbuh, untuk berubah, it takes a lot of shabr hehe

Bersabarlah dengan diri Anda. Pertumbuhan diri bersifat lembut. Hal ini jelas bukan perbaikan kilat.*
* aslinya bukan kalimat berurutan, itu aku satuin, karena pas hehe, cek hal 86, dua paragraf terakhir kalau mau lihat aslinya
 ***

Penjelasan tentang kesadaran diri dan kebebasan memilih udah di atas, aku langsung kasih kutipannya aja ya hehe.
Kita menyebutnya "kesadaran diri" atau kemampuan untuk memikirkan proses pemikiran
....
Inilah juga sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain serta pengalaman kita sendiri. Ini juga sebabnya kita dapat membentuk dan melanggar kebiasaan kita.

***

Terakhir, kutipan singkat tentang kebebasan memilih. Dibalik kutipan singkat ini, Covey menceritakan kisah yang belum pernah aku baca. Tentang salah satu penghuni kamp konsentrasi Nazi dan pilihannya untuk 'bebas' meski terpenjara secara fisik. 

Itu tokoh di luar islam, kisah itu ga bisa, ga ngingingetin aku, tentang ulama yang dipenjara namun hatinya bebas. Ada yang hafal perkataan Ibnu Taimiyah?
“Apa yang mereka lakukan padaku? Jiwaku merdeka dalam genggaman Allah. Jika aku dipenjara, jadilah ia rehat. Jika dibuang jadilah ia tamasya. Jika dibunuh, apalagi yang lebih kurindukan selain menemui Allah?”
- diambil dari web salimafillah.com, dalam tulisan berjudul Menari di Atas Batas
Kita....aku terutama, harus sering diingatkan, bahwa,
Diantara stimulus dan respons terdapat kekuatan terhebat kita - kebebasan memilih.
- from 7 Habits of Highly Effective People
Allahua'lam.

***

PS: Kutipan terakhir mengingatkanku akan sebuah video, bagaimana kita ga bisa nyalahin lingkungan atas kondisi iman kita. Bukan cuma ngingetin isi videonya, juga ngingetin.... aku harusnya buat resume TT

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya