Follow Me

Monday, June 25, 2018

I Want to be Mean

#fiksi

"I want to be mean" gumamku pelan sembari melihat ke layar ukuran 7 inchi. Tuk, sebuah permen dilempar ke tempatku duduk. Aku menoleh ke belakang, arah asal permen mint itu.

"Nih, gue lagi baik bagi-bagi permen mint. Pas banget lo gumam pengen permen mint." Mendengar penjelasannya, aku hanya mendesah nafas pendek, heran sama leluconnya yang ga lucu. Mungkin bukan lelucon, ia hanya salah mendengar kalimatku.


"Ga ada yang pengen permen mint. I just said, I want to be mean, pengen jahat sama orang."

Ia, dengan sekantung permen mint-nya mendekat, penasaran dengan maksud asli kalimatku. Kuceritakan padanya tentang anak kecil yang kutemui di dunia maya. Minta kritik dan saran tulisannya. Ga ada yang nanggepin. Kasihan kan? Yaudah aku paksakan diri baca cerita ala abg, yang isinya sinetron banget. Tokoh utamanya klise, perempuan cantik populer sesekolahan. Ketemu sama tokoh utama laki-laki ga sengaja nabrak pas pergi ke kantin. Dikejar-kejar cowok yang udah ditolak tapi ga punya harga diri. Trus ujungnya, yang ngejar ternyata niatnya cari "uang" karena nyokapnya karakter utama tajir. 

"Harus gue bales apa coba? Apa perlu gue babat habis? Jujur tentang ceritanya yang gak menarik? I want to be mean.. but.. "

"But? Kan anak kecil itu minta kritik saran, kenapa ga jujur aja meski menyakitkan?" jawabnya, sembari membuka permen mint yang ketiga, dua permen sebelumnya sudah habis dikunyah saat aku cerita tentang tulisan anak kecil yang baru kubaca. 

"Kasihan, masih kecil. Gue.. juga pernah di masa itu. Tulisan pertama anak kecil, wajar kalau ceritanya childish. Kalau gue jujur, takut malah matahin semangat anak orang buat nulis."

"Trus?" Ucapnya ringan, membuatku makin yakin, kalau bercerita dengannya percuma. Bagi ia, ini bukan hal yang perlu dipusingkan. Kalau ga bisa tega jadi kritikus pedas, ya lebih baik berhenti jadi kritikus. Kalimat tanya pendek 'terus' itu cukup untukku tahu, apa yang harus aku lakukan. 

"Ga ada terusannya. Udah sanah, pergi. Sampahnya jangan lupa dibawa".

***

Pelan, kuketik sebaris saran. Ya, yang diminta anak kecil itu kritik dan saran. Karena ga bisa kritik pedas, kuberikan saja saran untuknya, saran tentang membuat kalimat efektif. Kuabaikan plot ceritanya, aku fokus mengoreksi teknis pembuatan kalimat. Japri, bukan di grup. 

Tapi balasannya membuatku kembali menggumam kalimat yang sama. I want to be mean. 

"Kak, mau baca lanjutannya ga?"

***

Kuletakkan hp-ku, sebutir permen mengalihkan fokusku. I try hard not to be mean. But at the end.. I still mean to that little girl who wants to learn writing. Aku memang tidak mennumpahkan kritik penuh biji cabai padanya. Tapi pilihanku untuk tidak membalasnya, dan untuk diam saja, sudah cukup membuatku mengaplikasikan makna 'mean'.



The End.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya