Follow Me

Monday, June 11, 2018

Tentang Takwa

Bismillah.


"Mengejar tanpa tahu seperti apa hal yang kita kejar adalah konyol. Begitu juga setiap Ramadhan, ketika kita diperintahkan untuk shaum agar kita bisa meraih predikat takwa, tapi konyol rasanya jika kita tak tahu seperti apa takwa itu. Hmm..." - Lintang Wahyu Mukti dalam bukunya Keep Calm and Read Quran

Membaca prolognya gatau kenapa ngena banget. Qadarullah pula aku membacanya di bulan Ramadhan. Jleb jleb... 

Jadi di Quran banyak sekali disebutkan tentang takwa, kenapa? Karena kita sering lupa.. lupa hakikat takwa, lupa untuk mengejar dan menerapkannya di kehidupan. Dan dari sekian banyak ayat yang menyebutkan tentang takwa, ada surat Ali Imran ayat 133-135.

 وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Kita diminta bersegera.. wa sari'u, ga boleh leha-leha. Kenapa? Ada dua yang alasan kita bersegera, yang pertama kita bersegera atas sesuatu yang terbatas. Segera beli diskon sekian persen selama Ramadhan. Ini juga... mumpung Ramadhan, waktu di bulan ini terbatas, dan waktu ini pas banget untuk kita meminta ampunan atas dosa kita yang bergunung-gunung, yang sebagian besarnya Allah sembunyikan dari mata manusia. wa sari'u.. dan bersegeralah... 

Yang kedua.. kita bersegera karena hal yang kita kejar itu penting. Seperti kita yang bersegera ke atm ambil uang jika uang cash kita habis, atau saat kita terbangun mepet waktu shubuh, kita bersegera untuk makan sahur. Seperti itu juga kita harus bersegera pada ampunan dari Allah dan surgaNya, karena itu adalah hal penting bagi kita. 

Di akhir ayat 133 disebutkan bahwa surgaNya, yang luasnya seluas langit dan bumi disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Nah, siapakah orang-orang yang bertakwa? Apa ciri-cirinya? Dua ayat berikutnya jawabannya.. 

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَـٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

#1 orang yang berinfaq baik di waktu lapang maupun sempit

Alladzina yunfiquna fissarrai waddhorroi. Pemilihan kata infaq ini sesuatu banget ternyata. Allah tidak menggunakan kata amwaal, yang maknanya jadi sempit, karena berarti memberikan harta atau hal yang sifatnya benda. Berbeda dengan infaq yang mencakup segenap potensi yang kita punya. Kita bisa berinfaq dengan harta, waktu, pikiran, energi, prioritas, masa muda, kebahagiaan, bahkan segenal kecenderungan perasaan.

Membaca penjelasan tentang infaq, membuat aku diingatkan lagi pentingnya belajar bahasa arab. Meski kita sudah sering dengar kata infaq, tapi ada penyempitan makna. Tapi kalau kita belajar lagi dari bahasa aslinya, kita jadi bisa merasakan efek yang jauuh berbeda, dari satu kata yang sama. Infaq. 

#2 dan orang yang menahan amarahnya

wal kadzimiinal ghoizh. Dan orang-orang yang menelan amarahnya. Kadzim lebih tepat diartikan menelan/shallow. Saat kita menelan sesuatu, orang lain sudah tidak bisa tahu bentuknya, apa yang kita telan. Begitu juga amarah, orang-orang yang mampu menelan amarah, menjadikan kita tidak sadar, bahwa sebenarnya dia sedang diserang marah. 

Penjelasan ini ngingetin aku juga... bahwa menahan marah itu beda sama sabar. Kita tidak menahan marah, tapi dada kita sakit. Bukan, kita menelan amarah, dan bersabar. Saat emosi kita sudah hilang, amarah sudah tidak menyerang, kita baru mengutarakan ketidaksukaan atau perasaan tidak nyaman kita.

That's the art. Seninya adalah, bagaimana kita mengutarakan hal yang tidak nyaman, dengan tenang dan tanpa emosi. Jelaskan pada orang yang bersangkutan, bahwa kita tidak nyaman ia memanggil kita dengan nickname 'ndut' misalnya, atau kita tidak suka saat seseorang menertawakan jatuhnya kita. Kita bisa berkomunikasi, tapi tanpa amarah, tanpa nada tinggi dan juga tanpa mendiamkan seseorang. 

#3 dan memaafkan (kesalahan) orang

Wal 'afina 'aninnas. Allah menggunakan kata 'afina bukan kata ghafir. Apa bedanya? Ternyata 'afina itu maknanya bukan cuma memaafkan, tapi memaafkan dengan cinta. Ada kasus kita sudah memaafkan tapi memilih menghindar dan enggan berbuat baik pada yang sudah kita beri maaf. Afina itu way above it.. kita memaafkan, dan kita masih memiliki kasih sayang kepadanya, kita tetap berbuat baik kepadanya. 

Gatau kenapa tentang pilihan kata 'afina ini mengingatkanku akan orangtua yang memaafkan anaknya, dan masih tetap mencintai dan mengasihi anaknya, meski kesalahannya ga kecil. TT

Kemudian di akhir ayat 134, wallahu yuhibbul muhsinin, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Siapa sih, yang ga mau dicintai Allah, yang dengan cintaNya, hidup kita terjamin bahagia, baik di dunia maupun akhirat? Siapa yang tidak ingin dicintai Allah, yang dengan cintanya, jutaan dosa kita diampuni, dan kita diizinkan masuk ke surgaNya, meski kondisi kita hina dina? TT

Lanjut ke ayat berikutnya... ciri-ciri orang yang bertakwa. 

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Ciri-ciri sebelumnya berat kan? Ayat ini.. semoga bisa membuat kita bersemangat, bahwa kita masih berkesempatan menjadi orang yang bertakwa.

#4 Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji ata menganiaya diri sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan tidak meneruskan perbuatan kejinya itu. 
Orang bertakwa bukanlah yang bebas dari dosa, melainkan mereka yang apabila mengerjakan perbuatan keji dan menyakiti diri sendiri segera mengingat Allah dan memohon ampun. - Keep Calm and Read Quran, Lintang Wahyu Mukti
Seperti Nabi Adam 'alaihi wasalam, yang mengakui kesalahannya dan memohon ampunan. Kita juga... semoga bisa termasuk orang, yang segera mengingat Allah ketika jatuh ke lubang dosa, kemudian memohon ampunanNya, serta bertekad tidak mengulanginya. 

Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.. 

Allahumma afuwwun tuhibbul afwa fa'fuanna.. 
Salah satu "produk adalan setan" untuk menjerumuskan kita adalah rasa putus asa terhadap ampunan Allah atas dosa yang telah kita perbuat. - masih dari buku Keep Calm and Read Quran, Lintang Wahyu Mukti 
Semoga kita tidak pernah putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah. Sungguh, sebanyak dan seberat apapun dosa kita, selama jantung kita masih diizinkan berdetak, ampunan Allah jauh jauh lebih besar dari dosa kita.

Jangan terlalu lama down kalau kata seseorang. Segera bangkit, mengaku salah padaNya, berlarilah mendekat padaNya. Kita hamba Allah, sehina apapun kita, tak ada tempat lain yang lebih nyaman, tak ada tempat kembali selain kepada Allah. Seperti anak kecil yang dimarahin ibunya karena kesalahannya, ia menangis, tapi tangan kecilnya masih erat menggenggam tangan ibunya.

Terakhir... setelah semua ciri-ciri itu. Ayat berikutnya mengingatkan kita akan ayat awal. Di awal kita diminta bersegera pada apa? Ampunan dan surgaNya. Di ayat 136, Allah menyatakan lagi.. 

أُو۟لَـٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌۭ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَـٰمِلِينَ
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (Ali Imran ayat 136)

***

Dibukunya banyak penjelasan lain sih.. Hadits tentang hamba yang berulang kali berdosa, minta ampun, dan diampuni. Manusia itu khattaun, berulangkali melakukan kesalahan, tapi Allah Arrahman, Al Ghofur. 

Dibukunya juga dijelasin kasus fitnah Aisyah. Dan gatau kenapa kemarin, baca ayat yang Allah turunkan untuk menghibur Aisyah, seolah baru pertama baca. Seolah ayat itu hadir untuk menghiburku.. TT "... janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu". Even if it is a false rumors, it may be good things happen to you. Though sure it hurts.

Termasuk ayat yang membuat Abu Bakar kembali menafkahi saudaranya, meski saudaranya termasuk penyebar berita bohong tentang Aisyah putrinya. 

Termasuk juga.. bagian akhir tulisan, ada doa yang belum lama aku pelajari dari seorang ustadzah. Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal 'afaf wal ghina. Seolah semua "kebetulan" ini jadi sebuah skenario indah. Qadarullah ma syaa Allah (': Alhamdulillahirrabil’alamin...


Allahua'lam. 









No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya