Follow Me

Saturday, June 2, 2018

Ridha

Bismillah
#buku

Nukil buku Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah


***

Nabi shallallahu 'alaihi wasalam bersabda,
"Yang merasakan manisnya iman ialah orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb, kepada Islam sebagai agama dan kepada Muhammad sebagai rasul."
Beliau juga bersabda,
"Siapa yang mengucapkan saat mendengar adzan, 'Aku ridha kepada Allah sebagai Rabb, kepada Islam sebagai agama dan kepada Muhammad sebagai rasul, maka akan diampuni dosanya.'
.....
Yahya bin Mu'adz pernah ditanya, "Kapankah seorang hamba mencapai kedudukan ridha?" Maka dia menjawab, "Jika dia menempatkan dirinya pada empat landasan tindakan Allah kepadanya, lalu dia berkata, "Jika Engkau memberiku, maka aku menerimanya. Jika Engkau menahan pemberian kepadaku, maka aku ridha. Jika Engkau membiarkanku, maka aku tetap beribadah. Jika Engkau menyeruku, maka aku memenuhinya."
Apakah seseorang yang merasakan penderitaan/benci akan hal-hal yang tidak disukai, dianggap tidak ridha?
Yang benar, tidak ada pertentangan antara ridha dan kebencian. Adanya penderitaan dan kebencian tidak menafikan ridha, seperti ridhanya orang yang sakit untuk minum obat, ridhanya orang puasa pada hari yang sangat panas yang harus menanggung derita lapar dan dahaga atau ridhanya mujahid fi sabilillah yang harus menanggung derita luka dan lain-lainnya.
Ada sekitar 60an poin, yang membahas bagaimana seseorang dengan ridha, kelebihan ridha ketimbang amarah, dll. Berikut beberapa diantaranya,
Dia tahu bahwa sekiranya dia ridha, maka ridhanya itu bisa berubah menjadi nikmat dan karunia, beban yang diembannya juga semakin ringan dan ada kegembiraan yang dirasakannya. Namun jika dia marah, maka beban yang diembannya akan terasa semakin berat dan tidak menambah kecuali kesulitan. Inti masalah ini, bahwa imannya kepada qadha' Allah merupakan kebaikan baginya.
......
Siapa yang hatinya dipenuhi keridhaan kepada takdir, maka Allah memenuhi dadanya dengan kekayaan, rasa aman, dan kepuasan, mengosongkan hatinya agar hanya mencintai-Nya dan tawakkal kepada-Nya.
.......
Setiap takdir yang dibenci hamba dan tidak sesuai dengan kehendaknya, tidak lepas dari dua perkara: 
- itu merupakan hukuman atas dosanya, namun hal ini ibarat obat dari suatu penyakit, yang andaikan Allah tidak memberinya obat, tentu dia akan terjerumus ke dalam kebinasaan. 
- itu bisa menjadi sebab untuk mendapatkan satu nikmat, yang tidak bisa didapatkan kecuali lewat sesuatu yang dibenci itu. Sebab sesuatu yang dibenci pasti akan berakhir dan tidak berlalu selama-lamanya. Sementara nikmat yang muncul setelah itu tidak terputus.
Allahua'lam.


PS: Menulis ini maju mundur, niat sudah ada tapi belum menggerakkan jari. Ada keraguan. Malu, karena cuma bisa nukil buku aja. Di buku Madarijus Salikin dibahas juga tentang Ri'ayah yang maknanya beramal berdasarkan ilmu yang dimiliki dan keadaannya. Ada dua level sebelum tingkat ri'ayah, yaitu dirayah dan riwayah. Urutannya dari yang paling rendah : riwayah, dirayah dan ri'ayah. 

Setelah baca penjelasan ketiganya. Jujur rasanya jadi paham, dimana level diri hehe. Cuma bisa riwayah saja, menukil saja. Belum sampah dirayah (memahami, mendalami dan menelaah makna), jangan tanya tentang ri'ayah. Jujur kata asing itu (ri'ayah) sering membuat diri bertanya-tanya, pada diri lagi, apakah ilmu yang kita dapat, entah dari membaca, dari mendengarkan, atau dari hadir di majelis ilmu, sudah bisa kita amalkan? TT

Maju mundur keraguan menulis nukil buku, pelan tapi pasti mulai aku hapus. Gapapa masih di level riwayah. Nukil buku dulu, untukmu, ini anak tangga pertama. Nanti... someday, kalau aku berusaha, in syaa Allah bisa naik ke anak tangga berikutnya. Jangan sampai berhenti belajar karena kebodohan diri. Stay foolish, stay hungry J.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya