Follow Me

Tuesday, July 31, 2018

Skenario Allah

Bismillah.

Aku selalu merasa takjub tentang silaturahim, komunikasi yang terjalin atas takdirNya. Aku paham dan tahu betul kekurangan diriku, aku.. yang jarang buka sosmed, jadi banyak ga update kabar teman, adik atau kakak yang pernah hadir di hari-hariku. Aku.. yang jarang memulai komunikasi terlebih dahulu. Tapi Allah, seringkali membuat skenario indah bagaimana komunikasi itu terjalin, silaturahim tersambung dan kami jadi saling mengaminkan doa baik untuk masing-masing. 

Seperti saat teman SDku, yang sekarang berdomisili di Bandung bertanya padaku, tentang tempat membeli sayur organik di Bandung. Aku, jadi tanya ke banyak orang, tanpa basa-basi apa kabar, langsung aja ke pertanyaan inti. 

Seorang kakak tingkat, yang pernah menjadi pembina asrama menjawab kalimat doa, "Bella, semoga kabar baik ya dirimu beserta keluarga..." kemudian memberitahuku bahwa ia juga tidak tahu dimana tempat membeli sayur organik selain di supermarket. 

Aku membaca kalimat itu mengamini, baru kemudian bertanya kabar Mba yang tegas, dan kalau diajak salaman pasti adu kekuatan cengkraman tangan hehehe. Kalau biasanya aku benci basa-basi, kali ini pertanyaan apa kabar jadi lebih ringan, karena doa baik yang ia lantunkan membuatku ingin mengetahui kabarnya. Percakapan berlanjut ini itu.. tidak lama, tapi juga tidak bisa disebut singkat.

***

Foto yang ia kirim cukup menjadi pengobat rindu. Aku mungkin bukan orang yang biasa kepo kabar teman via sosmed, ga update apakah si A sudah menikah, punya momongan, atau tinggal dimana. Tapi Allah, lewat skenarionya seolah ingin menunjukkan padaku. Kamu bisa bertanya langsung, tanpa sungkan. Seperti orang lain yang bisa bertanya langsung padaku, tanpa sungkan. Rasanya, lebih hangat dan lebih akrab bertukar kabar langsung, dan bukan dari sosial media. *atau itu cuma perasaanku aja?

Anyway, lewat tulisan ini. aku ingin mengungkapkan perasaan takjub. Alhamdulillah, atas setiap skenario Allah. Hal-hal kecil semacam ini, cukup untuk membuatku merasakan keindahan iman dan islam, keindahan hubungan dan relasi yang disandarkan pada iman. Aku mungkin memang tidak suka dan sering kesulitan basa-basi, sering pula membuat komunikasi kering, tapi lewat skenario indah Allah, semua kelemahan itu tertutup dan teratasi.

Aku yang ambivert aja, bisa merasakan seperti ini. Apalagi yang introvert ya? Hehe. Mungkin lebih kerasa lagi, bagaimana Allah memberikan skenario, bahwa menjadi introvert tidak selalu berarti sendiri, dan berdiam diri. Justru mungkin menjadi introvert artinya diberikan kesempatan untuk banyak menjadi pendengar teman-teman yang ekstrovert.

Allahua'lam. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya