Follow Me

Sunday, September 3, 2017

Diulang Lagi, Diulang Lagi

Bismillah.
#hikmah

Cucu pertama Mamah, Tsabita Khalisha Taqiyya. Sempat empat atau tiga bulan pertama di Purwokerto, sebelum akhirnya diboyong ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Barangkali karena cucu pertama, atau karena LDR, tapi yang jelas.. ibuku sangat sangat sayang dan kangen sama Tsabita. Kalau aku di Purwokerto, kerjaan ibuku sebelum tidur ya.. liat foto tsabita, di zoom, dilihat detailnya, matanya, hidungnya, bibirnya, alisnya yang tebal, rambutnya yang sebagian panjang, sebagian yang lain belum tumbuh. Lalu menonton video-video singkat juga, saat Tsabita teriak, saat Tsabita nangis, saat Tsabita geleng-geleng kepala, saat Tsabita mengoceh "mam mam maem", saat Tsabita bersenandung "ta da ta ta ya ya ya". Diulang lagi, diulang lagi.

Aku yang sering berada di sisi Ibuku saat ia mengulang lagi dan lagi jujur agak cemburu. Tapi kemudian jadi malu, ah.. sekarang the apple of her eye is not me, neither my sister, nor my brother. Sekarang jadi Tsabita. Malu juga, karena ingat, barangkali melihatku, justru yang dirasakan sebaliknya. TT Semoga tidak.

Hal tersebut membuatku menyadari beberapa hal. Bahwa kecintaan kita, bisa membuat kita rindu, rindu ingin bertemu, mendengar suaranya. Diulang-ulang, melihat fotonya, diulang-ulang, memutar videonya.

Kalau kecintaan kita terhadap Al Quran sudah bisa seperti itu. Mungkin tilawah bukan sekedar menggugurkan kewajiban ODOJ (One Day One Juz), mungkin menghafal bukan sekedar kewajiban setor sepekan sekali, mungkin mempelajarinya, bukan 'kalau sempet aja'.

Kalau kecintaan kita terhadap Al Quran sudah tumbuh, lalu mekar. Maka kita akan selalu rindu, untuk membaca lagi dan lagi. Lalu menghafalnya, mengulangnya lagi dan lagi. Lalu mempelajari arti dan maknanya, lagi dan lagi.



Jadi ingat salah satu quotes dari buku Serial Cinta-nya Anis Matta,
Kamu takkan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali dengan satu kata: cita. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku, tanpa nyawa tanpa gerak, tanpa daya hidup tanpa daya cipta. Kecuali ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak tanpa henti, penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dan mengalahkan diri sendiri, angkara murka atau syahwat.

Iman itu laut, cintalah ombaknya
Iman itu api, cintalah panasnya
Iman itu angin, cintalah badainya
Iman itu salju, cintalah dinginnya
Iman itu sungai, cintalah arusnya.
Semoga Allah menumbuhkan dan menyemikan cinta kepada Al Quran dalam hati kita, sehingga di "akhir hari" kita bukan termasuk mereka yang dipertanyakan karena telah mengabaikan/ meninggalkan Al Quran.

Mari sama-sama belajar mencintai Al Quran^^

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya