Follow Me

Thursday, September 21, 2017

Pertanyaan Getir

Bismillah.


Kemarin aku blogwalking lagi ke blognya Teh Meutia Halida, ada artikel tentang pertanyaan kapan. Aku gatau kenapa bacanya sensi, hehe, merasa dituduh kalau aku menulis bitter question bukan tentang itu wkwkwk. Habis sensi sendiri, aku jadi malu sendiri. Malu karena tahu sensiku ga berdasar, PD banget, siapa bilang tetehnya nulis itu karena tulisanku? yang memicu teteh tersebut nulis hal tersebut, mungkin bukan aku, dan hampir impossible kalau itu aku. jadi? Jangan sensi atuh hehe.

Tapi karena itu, aku jadi dapet inspirasi untuk menulis ini. Semacam sequel dari Berdamai dengan Pertanyaan. Kalau yang sebelumnya, aku fokus membahas kalau kita tidak bisa menghindar, dan sebaiknya berdamai saja, dengan cara mempersiapkan jawaban dll. Kali ini, aku ingin mengklasifikasi jenis pertanyaan getir, bukan jenis sih, lebih ke macam, sub, kelas? Semacam itu.

***

Pertanyaan getir itu muncul lagi, kali ini.. bukan dari mulut orang lain, tapi dari lintasan pikiranmu. Layaknya dikomik, komik, ada awan pertanyaan di atas kepalamu. Pertanyaan getir itu, memikirkannya saja, kau dibuat menjadi resah dan khawatir.

Jika kau bisa memilih, pertanyaan mana yang ingin kau hindari? tentang masa lalu? atau tentang masa depan? Pertanyaan mana, yang lebih membuatmu beku dan membisu. Pertanyaan mana, yang membuatmu ingin menghilang sejenak, sedetik, atau minimal, sampai orang lain mengganti pertanyaannya. Pertanyaan yang mana? Tentang masa lalumu? Atau tentang masa depanmu?

Berdamai dengan pertanyaan tentang masa lalu

Mungkin saat itu, masa lalu itu.. ingin sekali kau tutup rapat-rapat, kau gembok, kau bersihkan bekas-bekasnya. Memastikan orang lain, atau bahkan dirimu sendiri tidak lagi bertanya tentangnya. Mungkin awal dari pertanyaannya adalah "mengapa" atau "apa" atau "bagaimana". Mengapa itu terjadi? Apa yang memangnya terjadi? Bagaimana itu terjadi?

Pertanyaan tentang masa lalu, membuatmu harus mengingat lagi kejadian 'buruk' yang ingin kau lupakan. Pertanyaan tentang masa lalu, membuatmu menyadari, betapa bodoh dan buruknya dirimu saat itu. Pertanyaan tentang masa lalu, seolah membuka lagi jahitan luka lama yang sudah tertutup.

Tapi balik lagi ke tulisanku sebelumnya, kamu tidak bisa menghindarinya. Suatu saat orang lain, atau mungkin dirimu, akan melemparkan pertanyaan itu, dan kamu tidak bisa menghindar selain menangkap pertanyaan itu dan menjawabnya, mungkin dengan senyum pahit, atau dengan jawaban panjang nan jujur, atau dengan jawaban singkat dan misterius, atau dengan pertanyaan lain, "can we talk about something else?"

Berdamai dengan pertanyaan tentang masa depan

Mungkin fase itu adalah masa yang seharusnya orang seumuranmu sudah melaluinya. Fase, yang kau juga menginginkan juga, tapi somehow kamu belum ditakdirkan menemuinya. Fase, yang mungkin bisa jadi, tidak akan pernah terjadi. Karena memang kita tidak pernah tahu apa yang ada di masa depan.

Jika pertanyaan tentang masa lalu, mengingatkanmu tentang banyak hal. Pertanyaan tentang masa depan, menguji imanmu tentang takdirnya. Mungkin kau akan dibuat bertanya-tanya pada diri, ikhtiar mana yang kurang kau kerjakan, sehingga hal tersebut belum hadir dalam hidupmu saat ini. Pertanyaan itu, membuatmu bertanya-tanya, tentang kemungkinan-kemungkinan, yang tidak akan pernah habis. Pertanyaan itu, mengujimu untuk selalu berpikiran positif, atau memilih untuk menegatifkan semuanya.

Pertanyaan itu, sering membuatmu mempertanyakan berapa persen harapannya, haruskah kau berhenti saja? Pertanyaan itu, membuatmu resah dan khawatir. Meski kau tahu, tidak ada orang yang tidak memikirkan masa depannya. Mungkin pertanyaannya diawali dengan kata "kapan", atau "apa", atau "bagaimana". Kapan rencananya, apa rencanamu, dan bagaimana rencananya.

Tapi balik lagi ke tulisan sebelumnya, kamu tidak bisa menghindarinya. Suatu saat orang lain, atau mungkin dirimu, akan melemparkan pertanyaan itu, dan kamu tidak bisa menghindar selain menangkap pertanyaan itu dan menjawabnya, mungkin dengan senyum pahit, atau dengan jawaban panjang nan jujur, atau dengan jawaban singkat dan misterius, atau dengan pertanyaan lain, "can we talk about something else?"

***

Saat ini, untukku.. pertanyaan tentang masa lalu rasanya begitu pahit. Mungkin nanti.. kalau aku sudah sedikit bisa merelakan yang terjadi sudah terjadi, sekarang fokus ke depan. Mungkin saat itu, pertanyaan pahitku berpindah ke kategori masa depan.

Tapi tahukah? Manusia, semua manusia akan selalu dibuat getir tentang dua hal ini, masa lalu dan masa depan. Entah itu fitrah, atau memang takdir. Dan tidak ada yang salah untuk merasa khawatir atau resah, selama kita tidak tenggelam dalam lautan perasaan tak mengenakkan itu.

Someday we will worry, whether our past sins is forgiven, and that's okay. If you believe and know.. that when it happens, you just have to make a taubah, then do more good deeds.

Someday we will worry, whether  we'll make it to Jannah, and save from the Hellfire, and that's okay. If that makes you work hard to become a better and better slave of Allah. Bukan sekedar tentang memperbanyak ibadah, tapi juga dengan mengenal diri dan serve His Deen with what Allah has given us.

*ga jelas banget campuran bahasanya hehe. **maaf ya. Tidak berniat mengedit V ***what a bad writer I am

***

Apapun jenis pertanyaan getir yang kini sebisa mungkin kau hindari, tapi ketemu lagi dan lagi. Jodoh mungkin wkwkwk. Mungkin Allah menakdirkan pertemuan-pertemuan pahit itu, agar kau bisa berdamai dengan pertanyaan getir tersebut. Karena ketika kita sudah bisa berdamai dengannya, hidup kita bisa sedikit lebih ringan. Sedikit saja, because life is never easy, it's hard and won't be easy till you reach Jannah, aamiin.

Apapun jenis pertanyaan getir yang kini sebisa mungkin kau hindari, tapi ketemu lagi dan lagi. Jodoh mungkin wkwkwk. Mungkin Allah menakdirkan pertemuan-pertemuan pahit itu, agar kau bisa berdamai dengan pertanyaan getir tersebut. Seperti ujian, Allah ingin kamu berpindah dari pertanyaan getir satu, ke pertanyaan getir dua hehe. Biar kamu bisa melalui ujianmu dengan lancar, bisa menjawab dengan tenang dan ga panik, satu satu pertanyaan di lembar ujian hidupmu. Dan tidak stuck di satu pertanyaan kemudian bel tanda ujian sudah berakhir berbunyi. Ga pengen gitu kan?

Selamat berdamai! Untukku, dan untuk siapapun. Baik yang pertanyaan getirnya, masuk ke klasifikasi masa lalu, maupun yang masa depan.

It will pass, those bitter will somehow turn a little sweet. Bittersweet in syaa Allah.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya