Follow Me

Tuesday, September 26, 2017

Kadaluarsa

Bismillah.

#hikmah
 

Seperti halnya makanan yang punya batas waktu layak makan, tidak abadi, begitu juga banyak hal lain. Tidak hanya makanan, ada banyak hal lain yang punya "tanggal" kadaluarsa. Air mungkin bening mungkin tidak ada kadaluarsa-nya, tapi kemasannya, punya batas kadaluarsa.

Hal-hal yang saat ini menyita pikiranmu, juga memiliki tenggat kadaluarsa. Suatu saat akan berganti, dari satu hal ke hal lain. Masalah, yang saat ini membuatmu menangis, suatu saat akan menemui kadaluarsa-nya, kemudian hal tersebut mungkin bisa kau ambil hikmahnya atau bahkan bisa membuatmu tersenyum. Kesenangan yang kau miliki saat ini juga ada kadaluarsanya, berganti dengan kesedihan. Karena memang seperti itu kehidupan berputar. Kesehatan kita, kemampuan kita mengingat, kemampuan kita berjalan suatu waktu akan memasuki masa kadaluarsanya. Mungkin kita sadar, sehingga kita menjaganya dengan baik dan mensyukurinya selama masih ada. Tapi mungkin juga kita lalai, dan keburu terlambat, lupa mengucap 'alhamdulillah', keburu dilatih untuk mengucap 'innalillah'. Iman kita, mungkin termasuk yang ada kadaluarsanya. Sifat iman naik turun, menua, maka harus sering kita isi ulang, kita perbarui. 

Semua ada batasnya, ada waktu tenggatnya, ada kadaluarsa-nya. Karena tidak ada yang kekal dan abadi selain Allah. Lewat satu fakta ini, kita diminta mengambil hikmah dan belajar. Belajar untuk bersyukur, belajar untuk menyadari dan mengakui betapa kehidupan kita singkat, sakit, senang, tangis tawa, akan berlalu lalang. 

Semua ada batasnya, ada waktu tenggatnya, ada kadaluarsa-nya. Karena tidak ada yang kekal dan abadi selain Allah. Lalu kita diminta mengambil hikmah dan belajar. Tentang bagaimana mendayagunakan nikmat, sebelum tiba masa kadaluarsa. Agar nikmat, menjadi berkah.. berkah yang bertambah dan bertambah. 

Semua ada batasnya, ada waktu tenggatnya, ada kadaluarsa-nya. Karena tidak ada yang kekal dan abadi selain Allah. Lalu kita dipaksa mengambil hikmah dan belajar. Tentang bagaimana merelakan yang sudah pergi, dan mengakui kelemahan diri, serta kekuasaan Allah. Kemudian kita jadi tahu, diingatkan lagi untuk tidak lupa tujuan, tujuan Allah menciptakan kita. Kita menjadi tahu, diingatkan lagi untuk tidak lupa visi, visi kita hidup di dunia, untuk hidup selamanya kah? Mati dan tidak pernah bangkit lagi? Atau hidup ini adalah ladang amal? Kita mati kemudian Allah hidupkan lagi untuk ditanya pertanggung jawabannya, untuk dihitung perbekalannya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dan diberi petunjuk oleh-Nya. Aamiin. Ya muqallibal quluub tsabbit qalbi 'ala dinik. Rabbana latuzigh quluubana ba'da idz hadaitaa wa hablana milladunka rahmah.

Allahua'lam.
***

PS: Terinspirasi dari Draft 28 Juni 2017, tentang Ayah yang mengingatkanku bahwa 'pertanyaan itu' sudah kadaluarsa, sekarang udah pindah ke pertanyaan lain. Mungkin maksud Ayah agar aku bisa segera move on, agar bisa 'tutup buku' dan memulai lembaran baru. Tapi maafkan aku pah, aku butuh waktu yang lebih lama untuk bisa move on hehe. Doakan aku ~

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya